Lightweight #27

2.3K 107 0
                                    

Sudah ku siapkan ancang acang kaki ku untuk segera beranjak pergi dari tempat ini, tapi bisa ku rasakan tangan kekar Marco mencengkram pergelangan tanganku kuat.

"Lepaskan aku brengsek!" Bentakku tanpa menoleh kebelakang untuk melihatnya.

Ia tidak bergeming dan tetap menggenggam tanganku dengan kuat.
"Kau menyakitiku sialan! Biarkan aku pergi." Bentakku lagi dengan gerakan meronta untuk melepaskan genggaman tangannya yang luar biasa kokoh.

"Kau sudah jauh jauh datang kesini. Mengapa langsung ingin pergi?" Katanya dengan tenang.

Aku tidak bergeming. Tidak tahu apa yang ingin ku katakan sekarang. Hatiku kacau ketika melihat Marco sedang bermain dengan wanita lain. Ini aneh memang. Mengapa aku harus bereaksi seperti ini? Bukannya ini memang sesuatu yang sudah sangat biasa dilakukan oleh seorang Marco?
Aku tak tahu. Ini sangat menyakitkan.

"Apa yang membuatmu datang kemari?" Tanya nya lagi yang mencoba untuk membalikan badanku.
Tapi aku tidak bergerak. Aku tidak mau bertatapan wajah dengannya untuk saat ini.

"Sudah tidak penting lagi. Lepaskan aku sekarang." Kataku lemah yang tanpa sadar mengalirkan cairan bening dari pelupuk mataku.
Bisa ku rasakan juga bahu ku berguncang karena menahan isakan.
Sialan! Mengapa kau menangis disaat saat seperti ini?!! Bodoh kau! Dewi batinku menggeram marah.

Bahuku terus berguncang seiringan dengan air mata yang ku keluarkan.
Dengan gerakan lembut bisa ku rasakan Marco mulai membalikkan badanku untuk menghadapnya.

"Mengapa kau menangis?" Katanya bingung.

Aku tidak menatapnya, tapi bisa ku lihat dada bidang telanjangnya sedikit basah. Ia sedang bertelanjang dada dengan celana jeans panjangnya yang masih menggantung sempurna di pinggulnya.

"Aku... tidak tahu." Kataku pelan di sela sela isakan tangis.

"MENGAPA KAU MENANGIS?!" Bentaknya. Aku terlonjak karena suara kerasnya menakutkanku.

Mendongakkan kepalaku dan memberanikan diri untuk menatap wajahnya langsung,
"AKU TIDAK TAHU SIALAN! SANGAT MENYAKITKAN DISINI KETIKA AKU MELIHATMU BERSAMA WANITA LAIN....." Balasku yang membentaknnya juga sembari memukul letak jantungku pelan.

"Aku benar benar tidak tahu Marco.." kataku lagi lemah disela isak tangisku.

"Lepaskan aku. Biarkan aku pergi. Aku muak denganmu brengsek!" Rontaku berusaha untuk melepaskan cengkramannya.

"Kau tahu aku adalah seorang brengsek. Harusnya aku membiarkanmu sendiri sejak awal. Aku sudah menjadi teman yang buruk. Harusnya aku berusaha lebih keras lagi untuk menghindar darimu. Tapi aku tidak bisa... aku tidak pantas menjadi temanmu, harusnya kau sadar itu dari pertama."

Aku terdiam. Menyerit bingung dengan apa yang baru saja ia lontarkan. Mengapa ia berpikir seperti itu sekarang? Dia benar benar membuatku frustasi.

"Jangan bertele tele karena aku sudah muak. Lepaskan aku Marco!" Kataku lagi berteriak.

"Biarkan aku mengantarmu." Katanya yang sudah ingin menuntunku.

"Tidak perlu. Kau lanjutkan saja apa yang sudah kau lakukan tadi. Aku bisa pulang sendiri."

"Tolonglah jangan keras kepala!" Gumamnya kesal.

Aku? Keras kepala? Ck
Aku tertawa sinis mendengar ucapannya,
"Mengapa aku tidak boleh keras kepala? Sedangkan kau saja tidak mau memberitahu ku apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa kau mengacuhkan ku dari kemarin? Mengapa hanya aku yang tidak boleh melakukan apapun yang aku mau? Mengapa selalu aku saja yang harus menuruti apa katamu? Lepaskan!" Dengan kencang ku injak kaki telanjangnya hingga ia mendengus kesakitan lalu mengendurkan cengkraman tangannya.

Lightweight [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang