Pagi ini aku bergegas merapikan diri lalu menemui Gustav. Ia mengajakku berlatih pedang, pamanku itu memang selalu tau bagaimana membuatku senang dan merasa nyaman.
"Pagi Gustava," sapaku pada Gustav yang sedang menyiapkan perlatan untuk berlatih pedang.
"Oh hai Miss, kau terlihat sudah sangat siap" bahkan saat gustav sedang bicara hal yang sepele seperti ini, aku tak bisa menahan kuat kharisma dalam tatapannya.
"Kau memang selalu mengerti aku, ayo kita segerakan saja, aku sudah tak sabar"
Gustav hanya tersenyum melihatku, senyum gustav tentunya, senyum yang selalu meluluh rantahkan pondasi-pondasi perasaan setiap manusia.
"Kau masih ingatkan caranya" diiringi senyuman jahil gustav memberikan pedangku.
"Bahkan jika aku lupa, aku masih bisa menggunakan pedang ini untuk menghabisi lawanku"
"Bagus"
Seusai berbicara gustav langsung memainkan pedang yang ia bawa. Sebenarnya aku sedikit terkejut oleh gerakannya. Ah tapi tak apa, itu hanya karna aku sudah lama tak berlatih.
Ku lakukan beberapa teknik yang ku suka, aku berputar dengan memegang pedang sejurus dengan pandanganku. Lalu ku hunuskan pedangku di celah siku kiri Gustav,
"HUGH! I got you"
"Takkan semudah itu nona"
Sial! Gustav menangkis dan menangkap pedangku dengan pedang miliknya, dan hal itu terjadi saat aku sudah merasa menang! Itu membuatku merasa sangat bodoh. Gustav benar-benar menyebalkan dan ahli.
"Itu takkan terjadi lagi. Percaya padaku, aku akan menang!!!"
"Semoga saja Miss" senyuman jahil (lagi) tersimpul di bibir Gustav.
Menyebalkan.Beberapa kali sudah Gustav mengambil poin dari ku, membuatku lelah karena harus bekerja ekstra menangkis dan menyerang.
"Gustav bisa kita istirahat sebentar? Aku lelah"
Tanpa berkata-kata Gustav mengakhiri latihan kami dengan melepas pelindung kepalanya, Ia menuju meja yang sudah ia siapi minuman,handuk dan beberapa perlatan lainnya.
"Minumlah dulu," Gustav menyodorkan segelas air padaku.
"Bagaimana? Apa kau mulai dendam padaku?" Tanya Gustav
"Untuk segala kekalahan yang meyakitkan barusan, iya. Untuk membawaku kembali kesini, aku menyayangimu"
"Haha, bisa ku minta sesuatu darimu gadis kecil ku?
"Tentu, apapun yang terjadi di dunia ini, kau masih ayahku. Ayah kedua ku pastinya"
"Hahaha, aku menyayangimu gadis kecilku. Dan apapun yang terjadi di dunia ini kau masih gadis ku. Gadis kecilku, walaupun kau sudah tak kecil lagi. Hahahaha"
"Aku bahkan tak ingin tumbuh besar Gustav" kataku sambil meliriki Gustav
"Bisa kau berjanji mulai dari sekarang, dipercakapan kita tidak akan lagi mengungkit-ungkit 'masa lalu' yang baru kemarin itu?"
"Hahaha, janji!" Tanpa minta kejelasan dari Gustav aku sudah tau apa yang ia bicarakan. Tentu saja tentang semua yang kualami 'kemarin' tentang sakit hati ku, tentang Abelard, tentang semuanya. Terimakasih Gustav.
"Good girl, kau tau? Aku sangat suka caramu bermain pedang. Ya walaupun kau sering lupa dan terlihat ragu, tapi kau lakukan semua dengan teknik. Tertata rapi! Kau punya bakat"
"Haha, aku tau itu. Bisa ku minta waktumu ayahku untuk berlatih bersama gadis kecilmu ini setiap hari?"
"Hahahaha, kau ini. Mulai dari ini aku resmi melepas semua jabatanku di istana ini untuk melayani mu puteri ku"
Kupeluk Gustav erat-erat bahkan sampai tulangnya copot aku tak peduli. Aku sangat mencintainya. Tak tau apa lagi yang kupikirkan saat itu kenapa kutinggalkan dunia yang berisi Gustav untuk meratapi kesedihanku.
"Ingin berkuda? Sambil menghilangkan letih, menghirup udara segar."
"Tapi aku takut gustav, takut jika mereka masih melihatiku seperti kemarin"
"Kita akan berkuda dengan cara yang menyenangkan, Dan membuat mereka tak bisa melihat kita"
"Hah? Aku tak mengerti Gustav"
"Balapan."
Gila, aku mulai mencintai hidupku yang sekarang. Kuikuti Gustav ke kandang kuda. Kami di istana ini mempunyai kuda masing-masing, ya walaupun sudah ada juga mobil tapi kuda masih menjadi kesukaan kami.
"Aloha daniel, hai wilbert. Kami akan mengajak kalian bermain-main hari ini" Gustav menyapa kuda ku (daniel) dan kuda miliknya (wilbert)
"Pakai peralatanmu dulu nona, akan kusiapkan daniel untukmu,"
"Akan kuambilkan peralatan untukmu juga, tunggu aku Gustav, aku tak akan lama"
**
"Kau siap nona?"
"Pernahkah kau lihat aku sesiap ini tuan?"
"Pada hitungan ke tiga"
Gustav mengambil posisi didepan ku dan daniel, mengangkat tangannya sebagai isyarat hitungan, kubungukukkan badanku sebagai kuda-kuda, lalu saat kulihat jari Gustav mengisyaratkan angka tiga, secepat angin Gustav langsung merubah posisi dan melesat. Keterkejutanku tak bleh membuatku kalah terlalu jauh dari Gustav."Ayo Daniel aku tau kita pasti bisa!"
Kurasa kecepatan Daniel sudah sangat meningkat semenjak terakhir kali aku berlatih kuda."Yeah kita berhasil! kau lihat didepan, Gustav sudah terlihat jaraknya hanya sekitar 15meter dari kita, ini mudah kan!?"
Aku mulai menguasai juga berkomunikasi dengan hewan ternyata pengurungan ku ada hasil baiknya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Deep Is Your Love
RomanceKetika manusia pandai berucap tapi hilang dibukti.