***
Hari ini hujan ga turun. Sedih rasanya. Aku yang gaada kerjaan cuma nonton tv gajelas. Bete, bosen, pengen keluar tapi gaboleh, udah kaya burung yang dikurung di sangkarnya. FLAT, itulah kehidupanku. Semuanya datar-datar aja,bahkan lebih banyak down nya.
"Kiera,cepat ganti pakaianmu. Kita akan ke rumah sakit sekarang" teriak Dad dari mejamakan. Males rasanya kalo udah kaya gini. Aku langsung bergegas keatas untuk mengganti pakaianku.
Setelah memakai pakaianku, aku langsung bergegas memasuki mobil karena Dad dan Keisya sudah berada didalam mobil. Keisya adalah kembaranku, kembaran yang hanya menjadi pantulan kenyataan dari wujudku. Kembaran yang membuat aku selalu menjadi bayanganya. Kembaraan yang selalu disayang Dad. Kembaran yang selalu mendapatkan kebahagiaan. Kembaran yang membuat aku ingin meninggalkan dunia ini.
"Kiera, ajak Keisya ke ruang tunggu Dad akan mengurusi adminitrasinya" ucap Dad setelah kita sampai di Rumah Sakit.
"Iya Dad" aku langsung menarik Keisya, menggiringnya menuju ruang tunggu. Aku kesal memang saat semua kasih sayang Dad hanya ia berikan pada Keisha. Tapi sebesar apapun kekesalanku itu aku juga sayang sama dia. Aku juga kadang merasa sedih saat melihat dia menjerit kesakitan atas apa yang telah ia alami.
"Kamu tuh seharusnya jangan terlalu mengikuti omongan Dad tentang aku Ra, lagian aku juga gapapa kali. Kamu sudah terlalu sering menjaga dan mengawasi aku yang bener-bener susah diatur" celoteh Keisha selagi kita duduk menunggu Dad diruangtunggu.
Aku juga muak Kei, kalau boleh memilih aku juga gamau ada diposisi seperti ini. Aku gamau Dad menganggap aku hanya sebagai bodyguard kamu. Aku cape harus selalu mengawasi kamu padahal kita berbeda. Aku cape harus selalu menjadi sasaran dari semua amarah Dad. Aku cape saat aku selalu dihujam dengan kata-kata Dad karena apa yang telah menimpa kamu Kei.
"Udahlah diem tuh Dad udah dating ayoo" kita langsung masuk kedalam ruang Dokter seperti biasa kita lakukan setiap bulan.
***
Udara pagi hari ini sangat sejuk. Semalam habis hujan gede, jadi sisa-sisa udara dingin tadi malam masih membekas hingga pagi ini. Aku terus melangkahkan kaki ini. Aku memang lebih sering ke sekolah jalan dibandingkan naik kendaraan umum.Mungkin kalian bertanya kenapa aku tidak berangkat diantarkan Dad seperti remaja lainnya. Tapi kalian pasti tau jawabannya. Anak Dad itu Cuma satu ya Keisha. Mungkin menurut Dad hanya Keisha yang ada di fikirannya.
Aku berjalan sambil sesekali besenandung kecil menghilangkan kesunyian jalan yang memang masih sedikit orang yang keluar dari rumah nya.
*tin...tin....tinnn..*tiba-tiba terdengar suara klakson yang benar-benar nyaring. Siapa lagi kalo bukan si cowok ngeselin plus kepedean itu.
"Haii botenggggg.....!" benar saja dugaanku. Anak satu ini emang membuat mood kubener-bener ancur lagi.
"Apasih peddd" aku benar-benar lagi kesal dengan bocah satu ini. Dia sudah membuat moodku berantakan kemarin, dan sekarang dia tertawa seperti semuanya baik-baik saja.
"Cie ah masih marahhh..." goda David yang masih mengendarai motor dengan kecepatan rendah karena dia harus mengimbangi aku yang saat ini sedang berjalan.
Aku hanya diam menanggapi pernyataanya barusan. Aku terus melangkahkan kakiku lebih cepat lagi. Tapi secepat apapun itu aku tetap saja dapat dikerjar olehnya karena dia membawa kendaraan.
"Ayolahhh,lo kalo marah tambah jelek"
"Bodo"tiba-tiba dia memberhentikan motornya. Aku yang tadinya jalan entah kenapa spontan ikut berhenti.
"Ayo naik" sautnya yang masih ada di motor.
"Whatt?Engga"
"Ayo buruuu" tiba-tiba saja dia menarik pergelangan tanganku dengan gerakan refleks aku jadi mendekat dengannya.
"Cepetan nanti telat" tanpa aba-aba dan daripada buang-buang waktu yang bisa membuat akutelat masuk sekolah, aku langsung naik kemotornya.
"Nahh gandis pintar, pengangan jarang-jarang kan pegangan sama orang ganteng" ucapnya lagi. Sumpah anak ini udah tau aku lagi kesel sama dia ditambah kesel lagi dengan sikap kepedeanya itu.
"Gamau,modus lu" aku tetep kekeuh dengan pendirian ku. Dengan gerakan cepat tiba-tiba dia mengencangkan kendaraan nya dan hampir saja aku jatuh kebelang.
"Lo gila ya. Kalau ganiat boncengin gausah nawarin tadi. Lo mau buat gua jatoh hah?!"
"Marah-marah tapi masih pegangan" ucapnya dengan nada yang aku tau pasti meledek ku. Tapi tadi dia bilang apa? Pengangan? Aku langsung melirik tanganku dan benar saja tanganku kini melingkar di perutnya.
Dengan gerakan cepat aku langsung melepaskan tanganku. Tapi saat aku ingin melepaskan tanganku,tiba-tiba tangan David menahannya. Dia malah menatrik tanganku dan membuat pelukanku semakin erat. Kini jarak kita benar-benar dekat. Entah kenapa adarasa yang aneh saat berada sedekat ini dengannya. Apakahhh.....
___________
apakah apa yaaa? suka? gayakin ahhhh
maaf kalo gaje ya maklum masih amatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
RomanceSEMPURNA, satu kata yang memiliki banyak makna. Satu kata yang memiliki banyak kebahagiaan. Satu kata yang diinginkan setiap orang, termasuk aku. Memiliki kehidupan yang sempurna adalah impianku yang hanya ada didalam mimpiku. SEMPURNA, satu kata ya...