*Kieraprof*
Aku masih memeluknya. Bersandar disandaran yang benar-benar nyaman. Aku merasa akuada didekat Mom. Aku sangat merindukan hangatnya pelukan Mom. Bahkan setelah Mom meninggal Dad tidak pernah memelukku. Aku jadi tertawa masam sendiri mengingat bahwa Dad saja tidak pernah menanyakan kabarku bagaimana bisa ia memberikan pelukan hangatnya untukku.
"Hei udah nyampe, bisa ga turunya?" ucap David menyadarkanku dari lamunanku. Aku langsung turun perlahan, kaki sialan ini benar-benar membuatku repot.
Aku berdiri diam samping motor David. Aku menaikan alisku heran kenapa ia takkunjung pergi.
"Kok luga pergi sih?" tanyaku heran.
"Yailah lu lagi sakit juga masih aja tengil" aku langsung menatapnya dengan tatapan sarkas. Tapi dia malah ketawa, apa yang lucu coba.
*Tinnnnnntinnnnn*
Tiba-tiba dua kurcaci itu datang, masih dengan muka lucu nya.
"Ini tas nya princes" ucap Ryan. Akupun mengambilnya sambil senyum.
"Ke Ryan aja lu senyum, kalau ke gua berasa gua santapan lu tauga" jelas David.
"Bodoo"aku pergi meninggalkan mereka, tapi sebelum aku masuk ke pagar aku menjulurkan lidahku ke David. Mukanya langsung berubah, aku jadi tertawa sendiri sambil jalan masuk ke rumah. Saking asik nya aku tertawa aku sampai lupa bahwa kaki kusedang sakit.
"Awww"rintihku saat kakiku tak sengaja menyentuk tangga depan rumah. Aku mendengar suara orang tertawa. Dan benar saja, dengan puasnya David menertawakanku.
"Makanya hati-hati nona" ucapnya. Aku langsung memanyunkan bibirku dan menopang tanganku didada. Dengan tawa yang masih melekat David pergi meninggalkan rumahku. Awas aja besok tunggu pembalasanku.
Aku langsung masuk kedalam rumah. Seperti biasa, jam segini Dad pasti belum pulang.Aku melanjutkan jalan ku, sumpah pengen teriak kaki ini sakit banget. Aku sedikit menjerit saat kakiku menaiki satu tangga. Mendengar aku teriak Keisya yang sedang asyik menonton menoleh kearahku.
"Kamu kenapa?" tanyanya sambil menghampiriku. Dia berusaha untuk memegang kakiku,tapi aku menempisnya. Kalau kalian bilang aku jahat, ya aku jahat. Keadaan yang merubahku menjadi seperti ini. Keadaan yang selalu mendesakku untuk membenci Keisya. Keadaan yang selalu membuat aku merasa bahwa hanya akulah yang berada dalam keadaan seperti ini.
Tanpa menghiraukannya, aku berusaha menaiki anak tangga untuk mencapai kamarku. Aku mendengar bahwa dia memanggil ku beberapa kali. Tapi aku tidak peduli. Yang aku ingin kan hanyalah istirahat.
Hari semakin malam. Aku sengaja mengurung diriku dikamar. Aku sedang tidak ingin melihat wajah orang rumah. Sedari tadi bi Inah selalu menyuruhku untuk bergabung makan malam. Tapi untuk apa? Setelah sampai meja makan pun aku tidak pernah dianggap. Aku bahkan seperti orang yang makan sendiri sambil melihat pertunjukan didepannya.
Aku langsung mengambil posisiku untuk tidur. Aku lelah, aku cape. Tiba-tiba handphone ku berbunyi. Aku mengambilnya. Tertera nama David disana. Aku membuang nafasku kasar. Apalagi sih anak satu ini ganggu mulu. Aku langsung membuka pesannya.
"G.night boteng. Tidur yang nyenyak. Jangan mikirin gua mulu, gua tau gua ganteng wkwkwk.
Sampaiketemu besok disekolah{}"
Melihat pesannya entah kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri. Dasar cowo ngeselin, cowo kepedean, tapi kenapa kamu selalu bisa membuat aku tersenyum. Aku membalikan badanku, kenapa jadi gabisa tidur gini sihhh. Oke aku mulai memejamkan mataku siapa tau aku bisa tertidur.
****
Aku sudah selesai sarapan. Aku lihat Keisya langsung masuk ke mobil Dad. Begitupun Dad, setelah
mengambil tasnya, ia langsung masuk ke mobilnya. Tapi sebelum ia masuk aku memanggilnya.
"Dad" seruku. Dad langsung berhenti dan membalikan badannya.
"Ada apa?" jawab Dad.
"Dad mau kan anterin aku ke sekolah? Kaki aku lagi sakit Dad" ucapku sambil berharap agar Dad mau mengantarkanku. Dad membuang nafasnya dengan kasar.
"Dad gabisa Ra, sekolah kamu kan beda arah sama Dad. Sekarang Dad harus buru-buru. Kamu sama Pa Rudi aja ya" ucap Dad dan langsung masuk kemobil aku hanya menganggukan kepalaku pelan sambil menunduk.
Benar dugaanku Dad selalu sajatidak pernah meluangkan waktunya untukku. Bahkan saat aku sakit pun Dad tidak pernah terlihat khawatir. Setelah membukakan pagar untuk Dad, Pa Rudi datang menghampiriku.
"Ayo Non saya antarkan" ucap Pa Rudi. Aku menggelengkan kepalaku pelan. Aku cuman mau diantar Dad, bukan Pa Rudi.
"Tapi kaki Non kan sedang sakit" ucap bi Inah dibelakangku. Aku menolehkan kepalaku kebelakang dan memberikan seulas senyuman untuk bi Inah yang sudah dipastikan itu hanya senyaman palsuku.
"Ga bi,aku bisa jalan seperti biasanya. Aku berangkat" aku langsung meninggalkan mereka berdua.
Mood ku benar-benar hancur. Sedih rasanya saat yang memperhatikanku hanya pembantu dan supirku sendiri, bukan orang tuaku. Tapi aku sangat bersyukur karna aku mempunyai mereka berdua. Mereka yang selalu menyayangiku tanpa menganggapku sebagai Keisya.
Aku terus menysuri jalanan menuju sekolah, walaupun mungkin ini akan lebih lama dengan keadaan kakiku yang tidak bisa diajak kompromi.
Tiba-tiba ada mobil yang berhenti didepanku. Aku menaikan kedua alisku, merasa bingung mobil siapa yang berani-beraninya menghalangi jalanku. Saat aku ingin menghampiri meboli tersebut. Pintu mobil tersebut terbuka. Dan what?
"David?"heranku. Dia tersenyum sambil menaik-naikan kedua alisnya.
"Butuh tumpangan lagi nona?" tanyanya dengan nada mengejek. Anak ini benar-benar.Kalau bukan karena kakiku yang sakit, aku pasti sudah menendangnya. Dengan muka yang kesal aku langsung masuk kemobilnyaa. Dia langsung senyum kemenangan.
Selama perjalanan aku hanya diam melihat keluar jendela. Aku merasakan sesekali David melirikku. Tapi tidak ada keberanian diantara kami untuk memulai percakapan,sampai akhirrnya kita sampai di sekolah.
#######
sorry banget latrep abis UAS
semoga memuaskan yaaaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
RomanceSEMPURNA, satu kata yang memiliki banyak makna. Satu kata yang memiliki banyak kebahagiaan. Satu kata yang diinginkan setiap orang, termasuk aku. Memiliki kehidupan yang sempurna adalah impianku yang hanya ada didalam mimpiku. SEMPURNA, satu kata ya...