POV Ali
Arrggghhh sipa sih cewek sialan itu. Gara-gara dia, gue jadi telat meeting sama clien penting. Awas aja kalo sampai ketemu lagi.
"maaf pak saya terlambat, ada masalah tadi sekidit"ucapku sopan kepada orang-orang di ruangan meeting.
Aku langsung menempati kursi dan selama meeting otakku tak bisa bekerja seperti biasanya. Otakku kini terfokus sama cewek yang menabrakku tadi. Aku penasaran, siapa sih dia. Aku gak tahu siapa namanya, yang jelas aku tahu ciri-ciri cewek tersebut.
"maaf pak ada tambahan atau komentar dari penjelasan saya tadi"tanya seseorang yang menjelaskan topik meeting. Aku langsung tersadar dari lamunanku yang sama sekali tidak menjurus ke topik meeting.
"tidak pak semuanya sudah jelas"jawabku sok bisa. Ya walaupun aku tidak tahu sama sekali, lagi pula aku juga punya sekretaris yang bisa aku andalkan saat ini. Aku sih fine-
fine aja.
"saya akhiri meeting hari ini. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan waktu yang anda luangkan untuk meeting kali ini"ucap seseorang yang memimpin meeting.
Akhirnya keluar juga, sumpah aku gak betah lama-lama ada si ruangan meeting. Sangat membosankan. Berhubung sekarang jam istirahat ku putuskan untuk ke restoran depan kantor. Aku memang jarang sekali ke kantin kantor untuk makan, ya tahu sendiri makanan di kantin itu semuannya tidak ada yang aku suka dan tempatnya juga ramai. Saat aku melewati kantin, memang kalau mau ke parkir khusus orang sepertiku harus melewati kantin dulu.
Pandanganku langsung terhenti pada sosok gadis mungil yang menggemaskan dan cantik. Dia sedang minum jus mangganya, sesekali dia berbicara dengan temannya.
"Huhhh, apan sih kok aku ngeliatin dia, cewek itu kan yang tadi nabrak aku"ucapku dalam hati.
"awas aja, tunggu pembalasanku"umpatku serigai licik.
Aku segera meninggalkan tempat dan menuju tempat parkir. Setelah menemukan mobilku, aku langsung menancapkan gas untuk segera sampai ke restoran. Tak butuh waktu lama, aku sudah sampai di restoran, karena jarak ke restoran dari kantor memang dekat. Sekitar 10 menit waktu yang aku tempuh untuk sampai di restoran.
Ku parkirkan mobilku ke tempat yang disediakan. Aku langsung masuk ke dalam restoran dan mencari bangku yang kosong.
"mbak jus Alpukat sama nasi goreng seefood"ucapku pada pelayan.
"iya pak, tunggu sebentar"jawab pelayan.
Sembari menunggu makananku, aku menelpon sekretarisku untuk menanyakan apakah ada jadwal lagi hari ini.
"hallo Siska"
"...."
"apakah hari ini saya ada meeting lagi atau keperluan"
"...."
"ya sudah saya tidak kembali ke kantor. Saya langsung pulang saja. Kalau ada masalah di kantor, langsung hubungi saya"
"...."
"kalu gitu makasih Siska"
"...."
Seletah menelpon Siska. Makananku akhirnya datang. Aku langsung melahapnya tanpa ada sisa. Memang hari ini aku sangat lapar, mengingat aku dari pagi tidak saparan. Setelah makan aku membayar billnya dan langsung keluar dari restoran. Aku memasuki mobil dan segera pulang ke rumah, karena aku sangat lelah hari ini.
***
Sudah berjam-jam Prilly duduk sendirian di halte dekat kantornya. Memang hal ini sudah biasa yang ia jalanin sehari-hari saat pulang dari kantor. Tidak ada supir pribadi yang selalu antar jemput kemana pun yang ia mau. Tidak ada mobil mewah yang selalu ia tumpangi kala ia akan pergi.
"aduhh kok gak ada angkot yang lewat sih. Ini udah hampir gelap juga"gerutunya sambil menengok kanan kiri.
Sebuah mobil mewah berhenti di hadapannya. Dengan perlahan tapi pasti. Orang yang ada di dalam mobil itu menampakkan diri dari kaca mobilnya.
"woyyy ngapain lo disini. Nyari angkutan?jam segini mana ada angkutan yang lewat, yang ada setan yang lewat. Kenapa lo gak naik taksi aja, kan diseberang jalan sana ada banyak taksi lewat. Oh iya sih lupa, mana ada cewek kayak lo mau naik taksi. Pasti lo gak kuat bayar kan. Ngaku aja eh lo"cerocos Ali tanpa henti. Dan ia tidak tahu yang baru saja dia bicarakan sudah menyakiti hati Prilly secara langsung.
"iya saya tahu, kalau saya orang miskin yang tidak punya apa-apa. Setidaknya saya punya hati daripada bapak"balas Prilly yang menahan emosi. Ia tahu lawan bicaranya itu bukan orang biasa, bahkan yang dihadapannya sekarang yaitu bos dikantornya.
Prilly memilih meninggalkan tempat itu karena ia tidak mau berurusan dengan orang yang tak sebanding dengan dia. Dan ia sadar diri.
Prilly berjalan di pinggir trotoar, sesekali ia melihat ke arah samping untuk melihat jika ada angkutan umum yang melintas. Tapi usahanya nihil, tidak ada angkot yang melintas. Ia memilih naik taksi, dan merelakan tabungannya untuk naik taksi. Dia juga sebenarnya gak rela jika membuang uang untuk yang tidak penting. Tapi ini juga gak ada pilihan lagi.
Ali memang sesampai rumah, ia ada kepentingan mendadak, yang mengharuskan ia keluar rumah. Sebenarnya ia juga malas untuk keluar rumah. Setelah urusannya selesa ia menuju rumahnya kembali. Dan tidak sengaja melihat gadis yang membuat ia menahan emosinya di halte. Dan ia memutuskan untuk menghampiri gadis tersebut yang tak lain adalah Prilly.
Pertemuannya kali ini membuat hati seorang Ali yang arrogant tidak mempunyai perasaan itu, tiba-tiba tersinggung oleh ucapan gadis itu.
"iya saya tahu, kalau saya orang miskin yang tidak punya apa-apa. Setidaknya saya punya hati daripada bapak"balas Prilly yang menahan emosi.
Ucapan itu sudah menohok hatinya. Dan ia baru kali ini merasakan tidak enak hati pada Prilly. Ia ingin meminta maaf kepada Prilly, tapi egonya sekarang yang lebih dominan daripada hati nuraninya.
"minta maaf gak ya. Pasti anak itu pedean lagi kalo gue minta maaf"ucap Ali saat memasuki rumah bak istana itu.
Memang ego itu muncul dan lebih mendominan saat kita emosi. Tapi setidaknya kita berfikir dua kali akan melakukan tindakan. Dan tidak mengandalkan ego, tapi hati juga penting untuk itu.
maaf ya kalo ada typo
jangan lupa vote dan comment ya
salam manis
Della
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Ternilai (END)
FanfictionKehidupan awal adalah bukanlah akhir pencapaian hidup yang sesungguhnya - Prilly Mahatei. Kehidupan yang sekarang bukan hal yang indah tanpa adanya kasih sayang orang-orang terdekat. Entah kapan kehidupanku akan berubah - Ali Syarief Ada bagian yan...