five

4.2K 188 16
                                    

Harry Styles

Aku tidak mengira pria berumur 37 tahun sepertiku akan berakhir seperti ini. Diceraikan mentah-mentah didepan keluargaku, separuh hartaku diambil wanita tua itu. Dan sekarang aku ­jacking-off mengidamkan gadis berumur 18 tahun. Shit, Caranya menyelipkan rambutnya dibelakang telinga, bokongnya yang bergoyang ke kanan-kiri ketika berjalan, and fuck those skinny jeans yang cukup untuk membuatku orgasme.

Ketika aku membuka mataku, yang kulihat hanya tanganku yang terlumur cairanku. Nafasku masih tersengal, detak jantungku berdetak dengan birama yang sangat cepat. Shit, gadis ini membuatku gila. Aku segera bangkit dari kloset menuju wastafel masih dengan keadaan telanjang. Aku mencuci kedua tanganku dan membasuh wajahku dengan air. Wajahku berwarna merah muda, wangiku seperti sex. Aku mengeringkan wajahku dengan handuk dan meraih boxerku yang tergeletak di lantai.

Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku melihat Niall duduk di tepi kasur king bed ku. Tatapannya fokus pada benda di tangannya. Ketika Niall menyadari kehadiranku, ia langsung menaruh ponselnya di kantung jeansnya.

"Really? You have to jack-off on her? Harry, banyak wanita yang ingin tidur dengan kau. Kau ini miliyarder for god's sake." Timpal Niall sambil tertawa. Aku memutarkan kedua bola mataku mendengar ucapan Niall.

"That's not funny. Wanita-wanita itu tidak sebanding dengan Olivia." Aku mengambil kemeja hitamku lalu mengancingi kancingnya satu per satu. Aku membuka lemariku dan mengambil jeans hitam ketat yang robek di bagian dengkul. "But seriously, siapa yang membiarkanmu masuk ke rumahku?" tanyaku seraya memakai jeans hitamku. Sungguh, jeans ini super ketat. but ladies loves this jeans on me. Apalagi ketika aku sedang terangsang di bagian bawah.

"Pembantumu, Mary, membiarkanku masuk." Sepertinya aku harus memecat Mary. Pembantu sialan. "Lagipula, aku punya kabar yang membuat penismu naik lagi dan kau ingin melakukan hal yang baru saja kau lakukan berulang kali." lanjut Niall membuat alisku mengkerut kebingungan. Niall membuka laptop yang berada di atas meja kerjaku dan membukanya. Ia mengetik sebentar lalu diam, seakan-akan menunggu. Ia tersenyum lebar dan memutarkan layarnya menjadi menghadapku. Aku melihat layar lalu membaca situs yang Niall buka. Lagi-lagi, aku memutarkan bola mataku.

"Aku tidak butuh situs porno." Niall kembali menyeringai lalu menggeleng. Sepertinya Niall harus berhenti menyeringai, itu menjadi hal yang menyeramkan untuknya.

"Bukan itu yang kumaksud. Lihat foto terbaru ini dan perhatikan baik-baik." Aku mengambil laptop nya dan mendekatkan ke wajahku. Terlihat seorang model perempuan yang tengah duduk di sofa dalam keadaan kakinya terbuka lebar, wajahnya tidak kelihatan. Hanya bagian dada sampai kaki yang terlihat di foto itu. Ia memakai lingerie merah yang terlihat sangat sensual di kulit putihnya dan heels tinggi berwarna merah. Namun bukan itu yang membuatku penasaran, tetapi tato di sebelah pinggul kanan yang bertuliskan forgive. Aku melotot ketika aku tersadar bahwa tato itu milik Olivia. Niall lagi-lagi menyeringai melihat ekspresiku.

"Ini Olivia? She's a pornstar?" tanyaku dengan nada tidak percaya. I mean, aku tidak berharap dia adalah gadis innocent tapi aku juga tidak menyangka kalau dia ternyata pornstar. Pornstar not superstar. That is so low but so hot at the same time. Niall menggeleng kepalanya, lalu menutup laptopnya.

"Tidak, dia melakukan ini karena membutuhkan uang. Bukannya kau tau dia sedang dalam masalah dengan bank?" Aku mengangguk. Ya, aku tau semua tentang masalah Olivia dengan bank. Aku tidak bercanda ketika aku bilang aku sangat mengenalnya. Tiba-tiba Niall memberikan aku sebuah kartu nama lalu berkata, "Ini fotografer yang memotret Olivia. Aku rasa kau membutuhkannya."

Aku meraih kartu nama itu dan mengamatinya. Cuma satu nama yang tertera di kartu tersebut, yaitu Josh Wagner dan deretan nomor yang ku asumsikan adalah nomor telefonnya. "Dari mana kau dapat kartu nama ini?" tanyaku.

Niall menaikkan bahunya angkuh, "Kau lupa aku Niall James. Semua orang membutuhkanku." katanya sambil membetulkan kerahnya layaknya orang sombong. Niall terdiam ketika aku memukul belakang kepalanya. "Kau lupa, kau bekerja untukku." Kataku lalu meraih coat coklat. Niall mendengus.

"Kau mau kemana? Mencari gadis itu, huh?" tanya Niall, alisnya naik-turun seakan meledekku.

"Bukan urusanmu, pirang bodoh." Aku membuka pintu namun berhenti dan berkata "Hey, Niall. Bilang ke Mary, ia dipecat." Setelah itu aku langsung bergegas ke mobil dan menancap gas.

I need to find this guy.

Olivia Morris

Kau tau rasanya ketika kau kembali bertemu dengan cinta pertamamu? Aku sedang merasakannya sekarang. Josh memang banyak berubah tapi tingkah laku konyolnya masih ada. Aku sudah melakukan dua photoshoot –hanya bagian dada sampai kaki- dengan dua kostum berbeda. Tapi sedari tadi, Josh terus menggombaliku karena pakaian seksi yang kupakai ini.

"Kau tau, kau sangat panas menggunakan bra merah ini." Ucap Josh sambil mencubit bokong ku. Ya, kami sudah tak canggung lagi. Josh pernah melihatku telanjang sebelumnya, ketika kami berumur 15. Saat itu aku berlibur di rumahnya dan ia tidak sengaja melihatku ganti baju.

Aku mengamati Josh yang sedang bersandar di counter dapur dengan keadaan shirtless dan sweatpants nya yang menggantung indah di pinggulnya. Ia melipat kedua lengannya di dada dan menatapku. "What?" tanyaku dengan tatapan innocent.

Ia menghampiriku dan mengambil gelas yang berada di tanganku. Ia menaruh gelas itu di counter. Aku merasakan kedua lengannya melingkar di pinggangku. Bibir lembapnya menempel di leherku, ia mengecup, menjilat leherku. Aku menaruh kedua tanganku di dadanya, bisa kurasakan detak jantungnya berdegup dengan ritme yang sangat cepat.

"I missed you, Liv." bisik Josh di telingaku lalu ia mengecup tepat dibawah daun telingaku. Ia mencium leherku lalu kebawah sampai di tulang selangka. Aku membawa kedua tanganku ke rambutnya yang berwarna coklat. Rambutnya halus sekali. Josh seketika tertawa menunjukkan lesung pipi nya yang kupikir sangat lucu.

"Terima kasih, aku keramas dua hari sekali." Ujarnya lalu menurunkan tangannya ke bokongku. Apa aku mengucapkan itu dengan keras? Lagi-lagi Josh tertawa, "Ya Liv. Kau mengucapnya dengan keras." Kali ini aku bisa melihat gigi putihnya. Ya tuhan, mahluk ini tampan sekali.

Tatapan Josh kembali serius, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Bibir kami sangat dekat, sampai-sampai aku bisa merasakan hembusan nafas hangatnya di mulutku. Hal lain yang aku suka dari Josh, ia selalu makan permen mint sehingga nafasnya selalu segar. Ia memasukkan tangannya ke dalam panties ku lalu meremas kedua bokongku. Kulit ke kulit. Aku bisa merasakan telapak tangannya di bokongku.

Sejurus kemudian, bibir lembapnya sudah berada di bibirku. He kissed me with full force but i'm loving it. Ia menjilat bibir bawahku dengan lidahnya memberikan aba-aba agar aku membuka mulutku. Well, bukan Olivia namanya jika tidak menggoda orang. Aku membiarkan bibirku tertutup dan Josh terus menciumku dengan sedikit frustasi. Ia mengerang ketika mengetahui aku tetap tidak akan membuka bibirku. Fuck, erangannya sangat seksi.

Josh mengeluarkan tangannya dari pantiesku lalu naik ke payudaraku yang masih tertutup bra. Awalnya ia hanya memegang payudaraku lama-lama aku bisa merasakan tangannya meremas payudaraku membuatku membuka bibirku. Saat itu juga lidah Josh masuk dan mulai menjelajahi mulutku. Tanganku turun ke belakang lehernya dan memainkan –sedikit menarik- anak rambutnya.

Kami berdua terus berciuman, lidah dengan lidah, bibir dengan bibir, kulit dengan kulit. Sensasinya membuat jantungku berdegup sangat cepat dan kencang bahkan negeri China bisa mendengarnya. Namun, sensasi itu menghilang ketika kami berdua mendengar suara ketukan pintu yang cukup membuat ku terkesiap dan menjauh dari Josh.

Josh mengecup bibirku sekali lagi lalu pergi ke arah pintu. Aku masih diam, nafasku masih terengah akibat ciuman tadi. Fuck, Josh is a fenomenal kisser. Aku ke arah ruang tamu dan melihat kaus Josh tergeletak di lantai. Ketika aku hendak memakai kaus itu, aku mendengar suara laki-laki berat dan serak itu..

"Apa Olivia Morris ada didalam?"

Fuck.


*****

Sorry for the typos and grammar mistakes. and sorry for not updating kinda busy with school:)

as usual 10++ votes and i'll update. Leave comments

thank you



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

owned » stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang