Chapter 6

17.9K 1.4K 71
                                    

Re-post

Happy reading aja ya, guys! Semoga suka dan bisa terhibur sama cerita ini.

Love,

Seroja

----------------------------------------

Kantor Yayasan Wagner terletak di kawasan Ring Boulevard, sementara Anja tinggal hanya beberapa blok dari sana.

Senin pagi yang tidak menyenangkan bagi Anja, bukan karena banyak klien yang harus ia temui hari ini, tapi pikirannya masih terpaku pada kejadian kemarin dan malam sebelumnya.

Anja memasuki gedung dengan langkah gontai. Lesu dan tidak bersemangat.

"Ada apa?" tanya Bertha yang lagi-lagi bertemu Anja di lantai dasar, seperti beberapa waktu lalu.

"Tidak ada," sahut Anja. "Kenapa kemarin tidak meneleponku?" tanyanya kemudian.

"Menelepon?" Bertha balik bertanya.

"Kau tidak jadi berenang?"

"Oh!" Bertha menatap Anja dengan tawa tertahan. "Aku lupa," ujarnya, "aku pergi ke pesta teman," lanjutnya.

"Untunglah," kata Anja tidak jelas. Bertha memandangi Anja dengan tatapan serius.

"Sungguh, kau tidak apa-apa?" tanyanya lagi.

"Tidak. Aku baik-baik saja," sahut Anja.

"Lesu, tak bergairah, mata kuyuh. Itu tandanya sakit, Ms. Wagner," kata Bertha yang sengaja menekannya sapaan untuk Anja supaya yang punya nama memperhatikan dia. Anja mendengus mendengarnya.

"Lelang tertinggi diambil orang tak dikenal," kata Anja teringat paket liburan itu.

"Bagaimana bisa?" tanya Bertha. Anja sudah memberitahu dia bahwa ia akan mengambil salah satu paket dalam acara lelang itu. Kalau bisa, yang termahal.

"Itu yang terjadi," kata Anja, jelas tak berminat membahas siapa orang tak dikenal itu. Bertha menaiki tangga di sudut, mendahului Anja.

"Apa kau sungguh tidak apa-apa?" tanyanya lagi.

"Aku hanya sedikit demam karena kurang tidur," kata Anja jujur. Tapi bukan masalah lelang itu yang membuat ia kurang tidur sudah dua malam ini.

"Kau harusnya banyak istirahat. Menghadapi klien yang punya masalah segudang dengan kondisi seperti ini, aku rasa lebih baik kau membatalkan janji hari ini." Bertha menasihati.

"Sama sekali bukan masalah kalau soal itu," kata Anja, ia senang sudah sampai ke kantornya. Ia ingin sendiri sekarang ini. Janji temu dengan kliennya jam sembilan nanti. Masih ada waktu satu jam untuk merapikan diri. Lebih tepatnya merapikan pikirannya supaya fokus pada pekerjaan.

Anja menerima teh dari Stacy seperti biasa. Ia menyesap teh panas itu untuk menyegarkan pikiran.

Satu jam waktu berlalu dihabiskan Anja dengan melamunkan kejadian kemarin. Ia merasa bersalah karena baru menyadari apa yang terjadi kemarin malam, bisa saja memicu pertengkaran antara Phil dan istrinya. Belum lagi wanita yang ditinggalkan Phil di Heurigen itu. Anja benar-benar penasaran dengan wanita itu karena dia sama sekali tidak mirip dengan Lucy. Apakah wanita itu pacar gelap Phil, memikirkan hal itu, Anja semakin merasa bersalah dan juga takut.

Anja merasa sedikit tenang setelah meyakinkan diri bahwa ia tidak akan bertemu atau berurusan lagi dengan Phil. Dengan semangat yang lebih tinggi, Anja menerima kliennya pagi itu. Ia di sini untuk bekerja bukan untuk melamunkan orang yang tidak diketahui asal usulnya.

***

Lucy selalu senang pulang naik bus sekolah bersama teman-temannya. Tapi, ini sudah dua kali ia ketinggalan bus karena harus ke toilet setelah keluar dari kelas. Karena anak-anak seusia Lucy tidak diperbolehkan membawa handphone ke sekolah, Lucy terpaksa pulang sendiri lagi dan menunggu taksi lagi. Ia teringat hari itu ketika berjalan menyusuri trotoar di tepi Donaukanal, ia bertemu seorang wanita sangat cantik. Lucy pernah berharap bertemu lagi dengan wanita itu. Ia menyukainya.

Lucien (Repost-Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang