Song : Andai aku tlah dewasa (Sherina) dan Yang Terbaik Bagimu (Ada Band)
-00-
...........................................
Andai aku tlah dewasa
Apa yang kan ku katakan untukmu idolaku tersayang
Ayah... oh...
Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu
Oh kutahu kau berharap dalam doamu
Kutahu kau berjaga dalam langkahku
Kutahu slalu cinta dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau ku pinta bahagiakan mereka sepertiku
(Andai Aku Tlah Dewasa - Sherina)
Lantunan lagu Sherina mengalun merdu memenuhi seisi rumah hangatku ini. Diusiaku yang masih belia ini ayah dan bunda selalu menuntunku. Perkenalkan aku Ita dan umurku lima tahun.
Ayah menggendongku, mengelus helaian rambut sebahuku. "Ita mau minta apa sama ayah?" tanyanya sembari memamerkan deretan gigi putihnya.
Aku memandangnya, bingung hendak mengatakan apa. "Nanti saja," ucapku sembari menenggelamku wajahku di pundaknya.
Hari ini bunda terlihat amat cantik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Paduan dress biru polos selututnya dengan high heelsberwarna silver serta rambutnya yang dibiarkan terurai panjang membuat bunda semakin terlihat awet muda. Baru saja bunda tiba, selepas pergi ke acara ulang tahun teman lamanya.
"Bunda cantik," ujarku dengan mata berbinar-binar. Aku berusaha meraih tangan bunda, namun ayah tak mengizinkanku lepas dari pelukannya ini.
"Berikan bunda mengganti pakaiannya dulu ya sayang," bisik ayah sembari tetap mengelus helaian rambut hitamku ini.
Bunda melambaikan tangannya hendak menuju kamarnya. Aku murung, rasanya baru satu jam yang lalu bunda meninggalkan aku dan ayah di rumah namun rasanya seperti sudah berhari-hari aku tak melihat bunda.
"Ita kangen bunda?" ayah terlihat cemburu saat tadi aku berusaha meraih tangan bunda.
Aku diam, sungguh aku kasihan melihat ayah jika ia tahu apa jawabanku. Tapi aku yakin, ayah pasti tahu apa jawabanku.
"Ayah nyanyiin kamu ya...." tawarnya.
Aku mengangguk semangat dan kulemparkan senyum termanisku untuk ayah.
"Andai aku tlah dewasa ... apa yang kan ku katakan untukmu idolaku tersayang, ayah... oh...." aku masih dalam pelukan hangat ayah. Di ruang keluarga inilah kami berada saat ini. Suara ayah memang merdu, ketenangan menyelimutiku saat aku mendengar ayah bernyanyi.
Tiba-tiba bunda datang, memeluk kami dari arah belakang, ikut bernyanyi bersama. "Andai usiaku berubah... kubalas cintamu bunda... pelitaku, penerang jiwaku dalam setiap waktu." Bunda tersenyum. Kecupan manjanya mendarat mulus di keningku. Tak mau kalah, ayahpun melakukan hal yang sama, di keningku dan di kening bunda. Aku tertawa.
"Ita sayang... kangen bunda ya?" tanya bunda sembari merapikan helaian rambutku yang baru saja aku acak-acak.
"Bunda...." kataku lantang.
"Iya... sini sama bunda," ujar bunda, mengambilku dari pelukan ayah.
Ayah menepis keringatnya, "Jadi sekarang ayah nggak mau Ita peluk lagi?" tanya ayah menggoda.
Aku menautkan dahiku sejenak lalu menggeleng lemah. "Bukan itu ayah maksud Ita. Ita mau kok selalu dipeluk ayah, Ita mau kok selalu dinyanyiin lagu sama ayah, Ita mau kok selalu dielus kepalanya sama ayah, Ita-" jawabku bertubi-tubi, merasa seperti mengecewakan ayah.
"Oh kutahu kau berharap dalam doamu... kutahu kau berjaga dalam langkahku....kutahu slalu cinta dalam senyummu... oh Tuhan, Kau ku pinta bahagiakan mereka sepertiku." Kusambung nyanyian lagu yang sempat terhenti sejenak.
Aku mengedarkan pandanganku, melihat kedua orang tua yang sudah membesarkanku hingga saat ini. Mereka tersenyum bersamaan, menampilkan senyum termanis yang mereka punya. Setelahnya mereka tertawa, mendengar suara yang menurutku bisa dibilang bahwa aku gagal menjadi penyanyi cilik, itu hanya terkaanku.
"Suaranya Ita lucu, imut banget kayak orangnya. Pantas saja juri ngasi kamu juara tiga di waktu silam." Goda ayah lagi. Ibu mengangguk tanda setuju.
.
.
.
"Anak ayah sama bunda sekarang sudah besar ya... sudah lima belas tahun," ujar ayah saat aku menghampiri mereka di ruang keluarga.
Aku duduk di sofa. Ayah dan bunda kini berada di antara aku. "Ita jadi ingat, sewaktu Ita masih kecil." Pancingku agar topik kali ini mengingat masa lalu.
Tangan kanan ayah merangkul pundakku. "Memangnya apa yang Ita ingat?"
Angin berhembus kencang memasuki ventilasi udara kami. Bunda meletakkan helaian rambut hitamku yang menghalangi pandanganku. "Dulu, Ita selalu digendong ayah sama bunda. Kalau bunda ada acara di luar, ayah pasti nungguin Ita di rumah, ayah selalu nyanyiin Ita, ayah selalu meluk Ita kalau Ita lagi ketakutan," ujarku terharu.
Hening sejenak. Suaraku seperti mulai terdengar tak jelas. Buliran air mata itu seakan ingin tumpah menjatuhi pipiku ini. "Bunda juga sama kayak ayah. Bunda selalu nemenin Ita, bunda selalu jadi tempat curhat Ita, bunda selalu manjain Ita kalau Ita lagi ngambek, bunda sama ayah selalu-"
Ayah mengelus lembut puncak kepalaku sedangkan bunda mengelus punggungku. "Sudah Ita. Sudah sepantasnya kita ngelakuin itu ke Ita. Ita yang dulu akan sama kita perlakukan dengan Ita yang sekarang. Ita yang tumbuh sebagai remaja yang cantik," ujar ayah tegas.
Napasku mulai tak teratur, air mata pun tak mampu kebendung, pecah seketika.
Bunda menatapku hangat. "Bunda dan ayah nggak minta balasan apa ke Ita. Yang bunda mau-"
"Bunda mau apa? Ita janji kalau Ita akan berusaha untuk nepatin janji Ita ke bunda dan ayah." Aku memotong pembicaraan bunda.
"Bunda sama ayah cuma mau Ita jadi yang terbaik untuk kita. Ya kan Yah?" lirik bunda ke hadapan ayah. Ayah mengangguk mantap. Kini kami berjalan menuju taman rumah kami.
Di taman inilah aku berlari mengelilingi tamanku, menghampiri kelinci-kelinci kesayanganku. Napasku bercampur dengan wangi parfum. Kukedipkan kedua mataku. "Jangan lari-lari nanti kamu jatuh," tegur ayah.
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan
Dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak
(Yang Terbaik Bagimu - Ada Band)
Tuhan... diumurku yang sekarang ini, kuharap aku bisa selalu menjaga kepercayaan kedua orang tuaku serta kelak aku bisa mewujudkan impian-impian mereka. Aku sadar, dalam kenyataannya aku belum bisa menyampaikan rasa sayangku kehadapan mereka, yang kubisa hanyalah mencium kening mereka dan aku berjanji tak kan khianati pintanya.
The End
-00-
![](https://img.wattpad.com/cover/54917032-288-k250940.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Song Ficiton : Double Song
Short StoryLihatlah! Ketika dua lagu dijadikan satu akan menghasilkan sebuah mahakarya yang indah! Dituliskan pada tanggal 9 November 2015