Siang itu, Raras mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Di tengah terik panasnya kota Surabaya, Ia mengantarkan ibunya yang sibuk mengurusi keperluan rumah tangga, seperti membayar tagihan listrik, air dan lainnya.
"Kamu itu ndukk.. Yang kreatif sedikit toh. Ngapain kek, bikin kue gitu. Jangan handphone sama laptop saja yang kamu rangkul! Ibu bosan lihat kamu di kamar setiap hari." Protes Ibunya.
"Lah, ini sekarang Raras sudah diluar toh bu?" Jawab Raras.
"Lha iya kalau nggak diajak Ibu mana mungkin kamu mau keluar." Ujar ibunya membela diri.
Raras tidak berkomentar lagi. Memang benar apa yang dikatakan ibunya, ia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar. Teringat ketika ia sedang menyelesaikan Tesisnya, jangankan keluar rumah, meninggalkan kamar saja Raras enggan. Sampai suatu saat kedua orang tuanya terpaksa menggeret anak perempuannya itu untuk keluar. Mereka takut anaknya jatuh sakit karena stress.
Raras sangat bersyukur memiliki keluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu dan adik laki-lakinya itu. Ia merasakan kasih sayang dan dukungan penuh dari keluarganya atas apa yang menjadi pilihan Raras. Ibunya menjadi sahabat pertamanya sebelum Reisa, tempat berkeluh kesah, meskipun terkadang berselisih faham karena watak yang hampir sama namun Raras cukup manja dengan Ibunya. Semua hal Raras ceritakan pada Ibundanya itu,
kecuali kisah cintanya..
"Oh ya nduk, Bapakmu berencana liburan sebentar ke Jogja, sama tante Nilla juga. Kepinginnya sih nanti naik kereta nduk, disana sewa mobil biar bisa keliling. Maklum, sudah pada tua semua nduk.." Ucap Ibu sambil terkikik.
"Ibu kalau dikatakan anak jaman sekarang, namanya PHP bu alias pemberi harapan palsu. Sudah berapa kali ibu bilang akan berangkat? Toh batal juga." Jawab Raras.
"Hehehe.. Yaa, itu kan juga karena Bapak sibuk toh nduk! Bapak juga butuh refreshing makanya berencana seperti itu." Balas Ibunya
Raras selalu berbinar bila mendengar kota Solo, Jogja dan sekitarnya. Seperti terhipnotis, tiba-tiba pikirannya sudah sampai terlebih dulu menginjak kota-kota tersebut.
Bagaimana tidak? Dari ia balita hingga dewasa, Jawa Tengah selalu menjadi tujuan mudik keluarganya, meskipun kedua orang tuanya kelahiran kota Surabaya.Sang Ibu, sempat mengenyam pendidikan di kota Solo, selain itu masih ada sanak keluarga yang tinggal disana contohnya Buyut. Tetapi semenjak buyutnya meninggal, keluarga besar di Solo jarang mengadakan acara halalbihalal lagi, bahkan ada beberapa anggota keluarga yang sudah pindah kota.
Tujuan selanjutnya yaitu kota Semarang, dimana menjadi tempat persemayaman Ayah dari Ibunda Raras alias eyang kakungnya. Raras dan keluarganya hanya berkesempatan berziarah setahun sekali. Karena jarak yang cukup jauh menjadi pertimbangannya.
Berikutnya adalah kota Yogyakarta. Ini merupakan kota favorit Raras sekarang, sebelumnya Raras hanya terkesima dengan kota Solo karena waktu dengan saudara-saudaranya kala itu masih terasa. Namun beranjak dewasa, karena sudah tidak ada lagi yang dikunjungi di Solo, membuat Raras hanya mampir sebentar untuk istirahat disana.
Kedua kota ini sebenarnya relatif sama. Sama-sama memiliki simbol budaya Jawa Tengah, terkenal dengan batik nya dan masih memiliki kerajaan yang terbilang masih aktif.
Urusan kuliner? Jangan khawatir, gudeg, nasi liwet adalah andalan kedua kota tersebut. Membayangkannya, Raras sudah rindu.Beranjak dewasa Raras lebih memilih kota Jogja. Malioboronya, kereta kudanya, angkringan malam, pengamen jalanan, bakpia pathuknya membuat Raras susah lupa. Hal-hal yang menyenangkan muncul setiap menyebut kota itu,
...hingga suatu kabar sampai di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawa Tengah dan Takdirku -TAMAT-
פרוזה[Sebagian cerita dihapus.] TERBIT DI KARYAKARSA. Kita tidak pernah tahu siapa dan dimana jodoh kita berada. Begitu pun Raras, ia tidak menyadari bahwa takdirnya selama ini adalah pria yang ia temui ketika usianya masih 14th. Saat ini sang pria tel...