Ingin rasanya aku meyakinkan diri untuk tidak berangkat mengikuti perjalanan itu! Tapi, meskipun takut, aku juga penasaran. Sampai-setelah berjanji akan selalu menemani dalam perjalanan nanti-pacarku berhasil meyakinkanku untuk ikut. Aku pun merasa cukup tenang. Hari ini pun tiba, aku bersama teman-teman melangkahkan kaki untuk menjelajahi Hutan Raya menuju Gua Jepang....
Sebenarnya, lokasi Gua Jepang tidak begitu jauh dari rumahku yang berada di Dago Pakar. Agar tidak terlalu kepikiran, aku mencoba untuk menenangkan diri dan tidak berfikir macam-macam. Sekitar pukul setengah sebelas malam kami sampai di pintu kedua Hutan Raya ini.
Udara sangat dingin dampai menusuk tulang. Jalanan jua tampak licin akibat hujan deras sejak sore tadi. Sekarang pun masih kurasakan tetesan air dari pohon-pohon yang tinggi menetes mengenai kepalaku.
Seorang guide yang memimpin perjalanan ini pun mulai bercerita sejarah dari Gua Jepang. Dan satu hal yang aku ingat betul, katanya nanti di dalam gua tidak boleh menyebut kata "LADA". Tapi, peringatan itu malah membuatku semakin memikirkan kata "lada!"
Setelah briefing singkat, kami mulai berjalan masuk. Kami berjalan berbaris dengan jarak kurang lebih satu meter dengan peserta lainnya. Kami tidak boleh mengeluarkan suara apa-apa. Senter pun kami tidak bawa.
Dalam hatiku seperti mengucap kata "lada" terus-menerus. Aku mencoba meyakinkan hatiku, jangan ngomong lada, jangan ngomong lada! Aku berusaha melihat sekitar, tapi aku ridak bisa melihat apa-apa. Di dalam gua begitu gelap dan pengap! Bahkan, angin atau tiupan kecil pun tidak bisa kurasakan.
Sambil melangkah aku terus berbisik dalam hati, jangan ngomong lada, jangan ngomong lada..., Tiba-tiba saja ditengah kesunyian.. angin tipis berembus tipis di sebelahku. Dan mulai tercium bau anyir seperti... ini seperti... bau... bau darah! Entah teman-teman yang lain merasakannya atau tidak, tapi yang jelas aku mulai merasa ketakutan.
Sekali lagi, angin tipis kembali melintasiku. Pelan-pelan, suara angin itu semakin jelas terdengar. Se-se-seperti suara napas seseorang! Aku terperanjat sampai agak terloncat! Akibatnya, aku menabrak seseorang di belakangku. "Eh..., sorry... sorry...," pintaku. Karena gelap, aku tidak bisa melihat siapa itu. Kami pun kembali berjalan.
Tidak lama, rombongan kami berhenti di ujung lorong buntu. Sang guide menyalakan senter dan mengecek semua orang. Refleks aku melihat kebelakang untuk melihat siapa yang berada di belakangku tadi. Dan... a-a-apa?! Ternyata aku adalah orang yang paling belakang!? Padahal ini tidak sampai 1 menit sejak kejadian aku menabrak orang di belakangku. Tidak mungkin orang itu bisa tidak ada?!
Aku mulai tidak tenang, rasanya ingin segera pergi dari sini. Akhirnya, setelah beberapa lama kami berjalan-jalan di Gua Jepang ini-bahkan mencoba berinteraksi dengan penunggunya-kami pun mengakhiri perjalanan. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Sebelum pulang kami mengobrol sebentar tentang hal apa saja yang kami alami. Dari situ aku tahu ternyata bukan hanya aku saja yang merasakan desiran angin, bau amis, dan keberadaan orang misterius tadi. Ada beberapan teman yang juga merasakannya.... Tapi, tidak ada jawaban masuk akal yang kami dapat malam ini.
____________________________________
Makasih buat yang udah baca, semoga suka sama ceritanya.
Tolong kasih saran dan kritik lewat komen ya guys dan jangan lupa juga kasih votenya biar ada motovasi buat ngeposting cerita baru lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare Side III
HorrorYang tidak terlihat bukan berarti tidak ada, dan yang terlihat belum tentu benar ada. Kita hanya bisa melihat sebagai firasat. Sekelebat bayangan tanpa tubuh, bulu kuduk yang berdiri tanpa sebab, atau suara halus yang terdengar entah dari mana. Itu...