Seminggu sudah kakak dan istrinya pergi. Aku sangat senang menjaga rumah kakak, bagaikan bos; mau makan, minum, nonton TV, dan menghabiskan hariku dengan bermain game, bebas, suka-suka aku. Kebetulan juga kuliahku sedang libur.
Suatu malam, aku yang belum bisa tidur memutuskan bermain game bola kesukaan. Ketika aku sedang asyik bermain game, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan bunyi bel rumah yang berdentang. Bunyi bel rumah yang aneh, kenapa kakakku membeli bel yang meyeramkan ini.
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku, menuju jendela dan.. ketika ku buka tirai rumah untuk memastikan tamu yang datang, aku tidak melihat siapa pun di luar. Aku menoleh kanan kiri, memantau keadaan di luar rumah yang cukup sepi malam itu. Aku kembali duduk di ruang TV, melanjutkan game yang semakin seru.
Lalu... suara bel berbunyi lagi. Hih! Siapa sih, malam-malam begini, ganggu orang main game aja.
"Bel rumah terletak di sebelah kanan gerbang depan, jadi siapa pun bisa iseng memencet bel rumah" fikirku. Hal itu membuat ku mulai membiarkan bunyi bel. Aku tetap melanjutkan permainanku. Namun, usahaku untuk tidak menghiraukan bunyi hanya membuatku benar-benar kesal. Sebab, bel terus berdentang. Aku melempar stick game, dan berjalan menuju gerbang depan ke arah pintu rumah.
Ujung mataku menangkap sekelebat banyangan di jendela rumah yang gelap di seberang sana. Mataku langsung fokus ke arah jendela depan itu. Tanganku masih memegang besi pagar rumah. Jendela tumah tua itu tampak gelap dan kotor, ada cahaya putih di situ, tapi itu bukan apa-apa, melainkan pantulan lampu dari halaman rumah ku mungkin(?)... Ya, mungkin bayangan tadi berasal dari lampu itu
Kakiku sedari tadi berjinjit aku turunkan, aku melangkah masuk belum jauh kakiku melangkah, selintas aku melihat sesuatu bergerak-gerak di atas pohon besar di depan rumah. Aku terdiam sejenak, aku sadar apa yang kulihat di atas pohon besar itu.
I-itu... sepasang kaki yang bergerak gerak me..lam..ban.... Astagaaa....
Ya Tuhan....Badanku mematung, darahku berdesir, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Keringatku mengucur deras. Perlahan aku memalingkan pandangankuvke pohon itu, dan... ASTAGAAA! ini bukan halusinasi, aku bisa melihatnya dengan jelas. Seorang perempuan tengah duduk di atas pohon, dia memakai baju putih dengan rambut panjang. Kakinya bergerak-gerak.
Perempuan itu duduk sambil bersenandung.
Terang bulan... terang bulan purnama, buaya timbul disangka telah mati... jangan percaya mulut lelaki... berani sumpah... dia... takut mati....
Aku segera mengalihkan pandanganku, perlahan aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Aku menutup mataku sambil berkomat kamit membaca doa. Aku ingin segera lari dari keadaan ini.
Aku berhasil masuk ke dalam rumah, secepat mungkin menuju kamar. Aku buru-buru merebahkan diri di tempat tidur dan munutup badanku dengan selimut. Dalam kepanikan itu, aku berusaha memejamkan mata, berharap aku tertidur dan baru bangun keesokan harinya.
Dalam rasa takut, sayup-sayup terdengar lagi suara nyanyian perempuan itu. Suaranya pelan, pelan sekali seperti jauh. Perlahan aku menurunkan selimutku, namun... AAAAAAAAA!! Tepat di sebelahku, berbaring seorang perempuan berambut panjang dan bermuka putih pucat yang jaraknya hanya beberapa sentimeter di dekatku.
Perempuan itu kini jelas ku lihat, pucatnya kontras dengan matanya yang berwarna merah darah dan bibirnya yang membiru. Dia menyeringai ke arahku. Aku tak bisa apa-apa. Suaraku seperti tercekik. Perempuan itu terus bernyanyi sambil memandangiku. Aku lemas, sepertinya energiku terkuras habis, pandanganku mulai kabur dan aku tidak ingat apa-apa lagi.
Entah, berapa lama aku tertidur. Hawa dingin menusuk telingaku. Perlahan aku membuka mata, dan ya... Tuhan... aku ingat apa yang terjadi semalam. Jantungku seketika berdebar kencang.
Aku melihat jendelaku terbuka lebar. Aku turun dari kasurku, mengecek keadaan rumah. Semuanya tampak aman. Aku mengusap dada, dan duduk di anak tangga. Lalu... suara deru mesin mobil diiringi klakson menyadarkanku.
Kak Gandi???
Aku langsung menuruni tangga dan langsung membuka pintu. Benar saja, itu Kak Gandi dan istrinya. Aku langsung membuka gerbang.
"Taufan..., kenapa mukamu pucat?"
"Nggak apa-apa, ka. Semalem Taufan tidurnya larut"
Aku merahasiakan kejadian semalam. Aku mengeluarkan tas dari mobil kakakku.
"Kakak pulang cepat jadinya, karena khawatir ninggalin kamu sendiri. Nggak ada apa-apa kan selama kakak pergi?"
"Eengg... enggak kok, kak. Semuanya baik-baik aja"
"Ya udah, bawakan koper kaka ya"Ketika aku menurunkan koper dari mobil, tiba-tiba saja dari arah belakang terdengar suara aneh. Seperti sebuah lagu yang liriknya aku kenal. Oh Tuhaaaaan... ini kan lagu... ini kan... lagu yang dinyanyikan perempuan itu. Aku refleks melihat ke arah belakang, ke arah rumah tua itu, lan tiba-tiba aku melihat lagi....
I-itu... ituuuuuuu....Selesai.
Cerita ke 3 sampai di sini saja. Hehe sorry gk ada penyelesaiannya, memang begini akhir ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare Side III
HorrorYang tidak terlihat bukan berarti tidak ada, dan yang terlihat belum tentu benar ada. Kita hanya bisa melihat sebagai firasat. Sekelebat bayangan tanpa tubuh, bulu kuduk yang berdiri tanpa sebab, atau suara halus yang terdengar entah dari mana. Itu...