"Vote minimal harus 150 buat next chap."
"Vote harus lebih banyak dari chap sebelumnya."
"Ayo dong, rajin nge vote biar aku semangat."
Ada yang pernah membaca ini? Atau bahkan menulis ini? Mari kita bahas itu hari ini.
Saya awalnya gak terlalu peduli dengan footnote semacam gitu, tapi lama-lama saya harus peduli, karena apa? Ya karena penulisnya gak mau update, padahal ceritanya saya suka, penulis beralasan (saat itu) jumlah votenya belum mencapai 1000 votes.Entah deh, mungkin votes begitu penting bagi penulis itu. Tapi tau gak, ada hal yang lebih penting dari vote dalam menulis. Yaitu tulisannya. Semakin menarik kamu mengemas ceritamu, semakin banyak vote tanpa kamu perintahkan.
Saya tumbuh di lingkungan yang mengajarkan saya untuk rendah hati dan ini juga yang ingin saya sampaikan. Menulis kalimat perintah (3 kalimat di atas dan semacamnya) itu membuat kamu berfikir 'voters ku banyak berarti ceritaku bagus' Ini sebuah pemikiran yang salah.
Semuanya itu timbal balik, pembaca butuh hiburan, dan penulis butuh dukungan. Minta dukungan boleh, tapi jangan memaksa dukungan. Kamu bilang 'voment nya dong' saya masih bisa maklumi lah, tapi kalo udah beserta syarat-syarat meninggalkan kesan seperti pembaca yang butuh penulis. Well, saya ingin katakan bahwa ini kurang tepat.
Saya menulis lembar ini, tentu udah mengobrol dengan sumber ya.
Saya tanya, "Kalau kamu nunggu 100 vote untuk update, berarti sebelum mencapai 100 kamu sudah menyiapkan part baru kan?"
"Semacam tantangan aja, semacam effort untuk menikmati tulisan yang udah buat."
"Sama kayak kamu ngeluarin effort buat nulis, kamu juga minta pembaca mengeluarkan effort untuk menikmatinya?"
"Yap! Semacam penghargaan kecil-kecilan aja, aku di sini kan menerjang cape, lelah, bosen dan lain-lain, satu part aja bisa menghabiskan minimal 2 jam. Mereka suruh 1000 votes aja ogah. Gak adil." Saya langsung membuka majalah untuk menghilangkan ketegangan.
"Menurutmu harga tulisanmu cuma 1000 votes?" jawab saya penasaran
"Lebih dari itu, tapi rasanya rada jual mahal dikit bisa buat mereka ngehargain penulis deh."
"Kangkung cuma seribu noh di pasar, banyak yang beli. Ngapain jual mahal? Emang novel situ lebih enak daripada tumis kangkung?"
Karyamu tidak berbatas pada seberapa banyak bintang yang ditekan, nilainya berdasarkan nilai-nilai yang ada di dalam tulisan itu sendiri. Menetapkan vote minimal rasanya terlalu kekanakan, padahal kamu hanya perlu menulis yang terbaik yang bisa kamu lakukan, sisanya serahkan sama 2 juta orang di dalam bumi orange ini.
Kesimpulannya : Belajar yuk merendah, gak usah terlalu berpatok sama votes, penulis sejati prinsipnya tidak akan terganggu oleh votes, penulis sejati hanya memikirkan "apa karya saya menghibur pembaca?" atau mungkin di tingkatan lebih lanjut, penulis hanya berpikir bagaimana caranya membuat ending yang bagus dan sesuai dengan plot cerita. Votes memang penting, saya juga pernah sebutkan bahwa pembaca diharuskan memberi votes setelah membaca, terlepas dari suka atau tidaknya kamu dengan cerita itu. Tapi jangan terlalu narsis sampe meninggi-ninggikan diri sendiri dengan kesimpulan pribadi.
Merendahlah, hingga tidak ada orang lain yang bisa merendahkan kamu -Fushia-
Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia kepenulisan
DiversosDunia Kepenulisan adalah wadah untuk sharing semua tentang kepenulisan. Baik itu media Wattpad, Blogspot, wordpress, facebook, storial, atau yang lain? Bisa! Punya cerita unik tentang kepenulisan dan berminat membagikan? Boleh. Punya percakapan yan...