Promises

2.3K 145 5
                                    

A time machine? Waktu memang tidak bisa kembali. Namun, mesin waktu, dapatkah Sehun mengembalikan waktu berharganya bersama Luhan?






Sehun's dream...

"Hoam, aku lelah"

Seharian ini, tugas akhir sudah membuat badan ku pegal dan sakit semua. Kuputuskan untuk pulang ke apartemen.

Selama perjalanan pulang, tidak ada yang menarik. Bosan! Hari ini benar - benar mood ku turun drastis.

Kuputuskan untuk turun di stasiun Han's River. Ya, tujuanku memang ke Sungai Han.

Sungai Han memang terkenal indah, apalagi saat malam hari, jembatan di atasnya akan mengeluarkan air seperti air mancur, ditambah lampu warna - warninya. Hari ini cuacanya cukup sejuk, jadi berjalan di sekitar sungai Han dan menikmati pemandangannya cukup menghilanhkan kebosananku.

BRAK!

Layaknya de javu, aku menabrak seseorang, seorang ahjusshi sedang membawa barang yang agak banyak.

"Maaf, ahjusshi, mari kubantu,"

"Terima kasih, nak. Tapi, bisakah kau membantu membawakan sebagian barang ini?"

Aku mengangguk tanda setuju, ya sebagai permintaan maafku. Barangnya memang cukup banyak, tapi entah kenapa terasa ringan?

Aku hanya mengikuti arah si ahjusshi. Awalnya kupikir mungkin arah rumahnya. Memang beliau membawaku ke sebuah rumah, tetapi beliau bilang bukan rumahnya. Jadi ini rumah siapa?

"Masuklah, nak. Kita minum teh dahulu. Kau pasti lelah bukan?" katanya merajuk.

"Aku pulang! Ahjusshi, kau dimana?"

Aku mendengar suara yeoja, sontak membuatku menengok ke sumber suara. Namun...

Bukankah itu Luhan? Bukankah ia sudah meninggal? Apa ini mimpi?

"Perkenalkan, dia Park NaRa. Dia keponakan saya,"

"Hai!" ucapnya, namun aku masih tidak percaya bahwa ia orang lain. Ia Luhan bukan? Ia hanya ganti nama agar tidak diketahui.

Beberapa menit kami mengobrol, Luhan, ani, maksudku NaRa, pergi lagi. Kata si ahjusshi, NaRa pergi untuk bekerja.

Hari sudah semakin sore, kurasa sudah cukup untuk obrolan sederhana dengan ahjusshi yang baru kukenal beberapa jam lalu.

"Maaf ahjusshi, aku harus pulang. Kalau tidak cepat, noonaku pasti marah besar," kataku mengada - ada. Ahjusshi itu hanya tertawa.

Tawanya terhenti, "baiklah, nak. Terima kasih kau sudah menolong saya, maaf jika itu merepotkanmu."

Ahjusshi itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu, "ini, sebuah kenang - kenangan dariku, simpanlah baik - baik. Saya rasa, kau sangat membutuhkannya. Ini sangat penting. Kalau kau bisa menjaganya dengan baik, maka kau akan punya waktu banyak dengan orang yang kau cintai dan sayangi."

Ahjusshi itu memberikan sebuah... bentuknya seperti kompas, namun jika dibuka, akan menampilkan seperti jam. Sepertinya ini butuh sedikit perbaikan, karena kulihat seperti tidak berfungsi. Tetapi, kenapa beliau memberikan sebuah jam rusak untuk aku simpan baik - baik?

"Karena itu akan hidup jika kau gunakan, percayalah," seperti beliau bisa membaca pikiranku, beliau memjawabnya.

"Baiklah, ahjusshi, terima kasih atas barangnya. Kalau begitu, saya permisi dulu."

Aku melangkahkan kakiku keluar rumah itu. Tetapi, ketika aku baru berjalan beberapa langkah kecil dan membelokkan badanku ke belakang, aku tidak melihat rumahnya. Dan anehnya, aku tidak memikirkan seakan tidak terjadi apa - apa. Untuk apa aku memikirkan hal konyol itu? Lebih baik aku pulang.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang