Chapter 1.

71 5 0
                                    

" Cal, nanti datang ke ruang Dad lo." Malli tersenyum melihat Calum yang memperhatikannya sedari tadi.

" Ngapain lo senyum - senyum?" Tanya Calum menaikkan sebelah alisnya.

Mali tertawa, " Kan lo liatin gue daritadi? Gak nyadar?" Malli berbalik tanya. Malli tertawa keras melihat Calum salah tingkah didepannya.

" Ngapain salting?" Calum hanya menggaruk - garuk kepalanya yang tidak gatal.

" Uh, gue ke kelas dulu ya. Byee." Malli meninggalkan Calum sendirian. Sedangkan Calum hanya senyum tidak jelas.

~**~

Ruang kepala sekolah, 1.30 Am.

" Jadi, Yang ini dikali dulu baru dibagi. Paham belum?" Calum sedari tadi hanya memperhatikan Malli yang sedang menjelaskan Matematika yang sama sekali tidak dimengertinya.

"Cal? Udah jelas belum?" Calum masih asik memperhatikan wajah Malli.

" CALPAL? LO UDAH JELAS BELUM YANG INI?" Calum kaget mendengarkan suara Malli yang tiba - tiba naik 10 Oktaf.

"Belum, hehehe.." Calum hanya meringis sambil mengusap telinganya.

" Okay gue jelasin lagi, tapi kalo lo gak dengerin gue bakal lapor sama Dad lo." Malli terlihat serius mengatakannya, Calum pun langsung memperhatikan Malli yang sedang menjelaskan Matematika.

" Nah, sekarang lo tinggal ngerjain soal yang gue kasih. Good Luck." Malli tersenyum.

" Okaayy, kalo lo ganggu gue bakal coret wajah lo pake kapur." Ucap Calum tersenyum jahil.

Malli pun dengan sengaja menyenggol tangan Calum. Calum pun melemparkan satu kapur kepada Malli. Dengan jahilnya Malli juga melakukan hal yang sama. Malli dan Calum pun mencoret coret wajah mereka dengan kapur.

" Udah Cal, nanti dimarahin sama Dad lo." Malli tertawa melihat wajah Calum seperti mayat hidup. Sangat putih.

" Cal coba deh lo ngaca." Calum pun mengikuti perkataan Malli.

' AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!' 

" Hahahahahaha...." Malli tertawa sekencang - kencangnya melihat Calum takut dengan wajahnya sendiri.

" Anjir, lo bikin gue jantungan." Calum pun duduk kembali.

" Mana soalnya? Udah selesai kan?" Calum mengangguk lalu memberikan secarik kertas kepada Malli.

" Uhhmm, Akhirnyaa.. Lo bisa ngerti juga. Ini udah bener semua. Lo nanti tinggal belajar lagi tentang bab ini. Besok pasti nilai lo naik." Ucap Malli dengan percaya diri.

"Okaayy, Ms.Queen!" Malli pun tertawa melihat ekspresi Calum yang sedang serius hormat kepadanya.

" Udah ah, kakak gue udah jemput. Byee Calpal jelek seduniaaaa..." Malli pun melambaikan tangannya ke Calum. Calum hanya tersenyum.

" Nanti kirim message ke gue yakkk!!" Teriak Calum, Malli hanya mengacungkan jempolnya tinggi tinggi.

*~~*

Drrt..Drrtt

From: Calumista

Wooyy!!

Malli hanya tersenyum menanggapinya, Lalu membalasnya.

To: Calumista

Apa Calumista? Kangen sama gue?

Malli tertawa sendiri mengirim message kepada Calum. Dan padahal balkon rumahnya berhadapan.

Drrt..Drrt

From: Calumista

Calumista? Itu gue? Pasti buat nama kontak di Iphone lo. Eh, ke balkon gih. Gue nungguin lo.

Malli pun berlari ke dapur untuk mengambil coklat panas karena diluar sedang gerimis ditambah dingin yang tak biasanya.

" Malli!!" Calum berteriak dibalkon kamarnya.

" Isshh, apasih dek?" Tanya Mali, kakak Calum.

" Lah, emangnya gue manggil lo? Enggak kelezzz." Calum melihat Malli yang melambaikan tangannya, Ia pun tersenyum.

" Udah sana, gangguin orang aja." Mali pun dengan wajah kesal meninggalkan adiknya yang superr idiot itu.

" Kakak lo?" Calum mengangguk.

" By the way, nama nya sama kayak lo." Malli tertawa.

" Oh,, jadi lo teriakin nama gue tadi? Terus dikira lo teriakin nama kakak lo?" Calum mengangguk mantap. Oh iya, Balkonnya hanya berjarak 2 meter. Jadi, tidak usah berteriak terlalu keras untuk memanggil satu sama lain. Calum dan Malli sudah kenal sejak lama namun karena kesibukan masing masing membuat jarak semakin jauh. Keluarga mereka juga sudah saling mengenal.

" Oh iya, Dimana Sienna? Lo dirumah sendiri?" Tanya Calum sesekali menatap layar Iphone nya.

" Iya, dirumah sendiri. Mom lagi kerja, kalo Sienna dia jemput gue terus balik ke kampus lagi." Jawab Malli pada Calum. Dad Mallii sudah meninggal 3 tahun lalu, Bahkan sesudah Dad Malli meninggal ia hampir tak makan seminggu dan akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit.

" Waahh, lo gak bagi bagi ke guee.." Rengek Calum yang sedang melihat Malli meminum coklat panasnya.

" Haha, yaudah bikin sendiri sonoohh." Malli tertawa dengan penuh kebahagiaan, ia tak pernah sebahagia ini jika mengobrol dengan seseorang.

" Gue masuk dulu ya Cal, nanti malem kalo mau panggil gue untuk ajak ngobrol Mesagge gue aja, Bye.."

TBC

hay mbak - mas bro -_- Vommentsss please. And, thanks untuk yg nyempetin baca ff gaje ini :D Dark Readers? Biarin ajaahh










Too Late // CalumHood [ PENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang