Chapter 1.1

635 18 2
                                    

(City of Ether, X430)

Suasana di hulu kota Ether dipenuhi keributan. Kota kecil yang damai itu entah bagaimana tersulut api yang membakar seluruh rumah. Setiap orang segera menyelematkan diri, beserta dengan keluarga mereka.

Seorang anak kecil tengah berlari di antara kerumunan orang-orang. Wajahnya kotor terkena abu dari rumah-rumah yang terbakar. Tapi wajahnya menunjukkan dia sangat ketakutan. Dia tak kunjung menemukan tanda-tanda keluarganya masih selamat.

"Kakak! Ayah! Ibu!"

Seruan gadis itu sama sekali tak terbalas. Orang-orang tetap berlari melewatinya, dan salah satu dari kerumunan orang-orang itu, ada seseorang yang tanpa sengaja menabraknya, membuat gadis itu terhempas ke tanah. Dia hanya bisa menangis saat menyadari keluarganya sudah tidak ada di antara kerumunan orang-orang itu. Keluarganya tidak selamat.

Gadis itu meringkuk, sementara api terus mendekatinya. Gadis itu sama sekali tak berusaha menghindar, hingga tiba-tiba dia merasa tangannya ditarik seseorang.

"Hei, jangan duduk di sini! Kau bisa di tangkap mereka nanti!"

Suara seruan itu menyentakkan gadis itu dari kesedihannya. Orang itu menarik gadis tersebut bersamanya dan berlari ke arah area luar dari Ether. Tapi tak ada jalan keluar bagi mereka. Gadis itu menyaksikan orang-orang yang menunggu mereka di gerbang, mereka terlihat asing baginya.Tapi, gadis itu hanya tahu satu hal dari orang-orang itu : mereka adalah penjual budak.

"Tangkap mereka!"

"Ayo kemari!"

Anak laki-laki seusia gadis itu segera menarik tangannya dan mereka berlari ke arah sebaliknya, meskipun teman-teman dari para penjual budak itu sudah menunggu mereka di sana.

Mereka tak punya jalan keluar, sementara api sudah menghanguskan rumah di sekitar mereka. Gadis itu tak bisa menahan tangisnya saat salah satu balok kayu menimpa kepalanya. Anak laki-laki yang sejak tadi bersamanya mencoba menolong gadis itu, tapi mereka tak bisa apa-apa saat penjual budak itu segera mengangkat tubuh mungil mereka yang tak berdaya.

Gadis itu menatap kotanya yang sudah habis terbakar itu saat dia berada di atas punggung penjual budak itu. Kini dia hanya hidup sendiri-tak ada artinya dia hidup tanpa keluarganya. Bahkan, setelah ini pun, sisa hidupnya akan dia jalani dengan menjadi seorang budak yang di perjual belikan.

"Kakak!!! Tolong aku! Kakak!!!!"

***

"Frey, hei, Frey! Kau baik-baik saja?"

"Hngg.."

"Frey, bangun!"

Gadis berambut merah muda yang bernama Frey itu mendadak terbangun saat temannya, Aelia, mencubit pergelangan tangannya dengan sekuat tenaga. Tak hanya terbangun mendadak, Frey juga berteriak, yang membuat anak-anak yang ada di lapangan saat itu menoleh ke arahnya.

"Sst, Frey! Jangan berteriak!"

"Harusnya aku yang bilang begitu!" sahut Frey kesal, "Kenapa kau mencubit tanganku?!"

"Hei, justru karena kau tertidur, makanya aku membangunkanmu!" balas Aelia, "Ah sudahlah, lupakan saja. Kau ini kenapa, sih? Bagaimana caranya kau bisa tidur dengan keadaan berdiri begitu?"

Frey menggelengkan kepalanya. Dia mendongak menatap langit biru. Kemudian matanya beralih pada anak-anak yang sedang berada di sini. Frey ingat dia sekarang berada di Zealon, akademi Mage atau penyihir yang berada di kota Xenolia, juga tempat dimana Shion, kakak angkatnya bertugas. Frey mulai mahir dalam sihir karena Shion, maka dari itulah Shion merekomendasikan guild ini pada Frey-sebagai kerabatnya, tentu saja.

Chronicles of AdamantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang