«Earth ( Bumi )»
[ Kyoto-Japan 29 Maret 2075. 15:48 JST ]
Langit cerah tiba-tiba saja menjadi gelap di ikuti dengan munculnya beberapa fenomena aneh di sana sini. Salah satu fenomena itu adalah munculnya satu lagi matahari yang memancarkan cahaya merah, namun meski begitu para manusia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa seakan tak ada hal yang aneh sedang terjadi. Di antara sekian banyak manusia di tempat itu hanya ada beberapa saja yang menyadari perubahan pada langit dan rata-rata adalah anak remaja.
Salah satunya adalah serang gadis dengan rambut berwarna merah seperti darah yang saat ini sedang berada di dalam kamarnya dan melihat keluar melalui jendela kamarnya. Sejenak Ia nampak ketakutan namun segera mengambil ponselnya untuk mengabadikan fenomena tersebut. Saat Ia mengarahkan ponselnya untuk memotret fenomena itu, yang tertangkap dalam ponselnya hanyalah langit cerah dengan satu matahari saja.
"Eh? Kenapa seperti ini?" Gumamnya lalu kembali mencoba membandingkan gambar yang di tangkap oleh ponselnya dengan pandangannya.." Apa ini cuma ilusiku saja?" Gumannya lagi sambil mengusap-usap matanya namun hal yang terjadi di langit tidak berubah yaitu dua matahari dengan langit gelap.
Merasa tidak puas Ia mengalihkan pandangannya ke arah pejalan kaki untuk memastikan apa mereka juga melihat hal yang sama sepertinya, namun para pejalan kaki hanya berjalan seperti biasanya, semua aktivitas terjadi seperti biasanya tak ada yang berubah.
"Berarti cuma saya yang melihatnya? Jangan-jangan mataku sedang tidak sehat, sebaiknya besok kuperiksakan ke dokter." ucapnya lalu berjalan masuk dan mencoba mengabaikan fenomena tersebut lalu melanjutkan aktivitasnya yaitu mengerjakan tugas sekolahnya sambil mendengarkan musik kesukaannya yang berasal dari salah satu anime 'Detective Conan'.
Beberapa menit telah berlalu dan gadis itu akhirnya menyelesaikan tugas sekolahnya yang sedikit tertunda akibat kejadian yang menarik perhatiannya. Gadis itu sedikit penasaran dan memutuskan untuk melihat ke arah langit dan mendapati langit masih gelap dengan dua matahari yang salah satunya berwarna merah. Ia terus berdiam diri di sana sambil menopang dagunya memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di sini.
Sebuah fenomena langka sedang terjadi tapi orang-orang seperti tidak menyadarinya yang berarti hanya dirinya saja yang menyadari fenomena tersebut. Gadis itu terus memikirkannya hingga sebuah cahaya melintas di sampingnya dan masuk ke dalam kamarnya.
Sedikit kaget karena tiba-tiba saja ada cahaya yang melintas di dekat wajahnya sambil memancarkan hawa dingin, membuatnya langsung berbalik melihat apa yang sebenarnya terjadi. Saat berbalik tepat di tengah-tengah ruang kamarnya terdapat sebuah kristal yang melayang sambil berputar pelan. Gadis itu mulai penasaran dari mana datangnya benda itu memutuskan untuk mendekatinya, namun saat jaraknya tinggal beberapa puluh sentimeter gadis itu merasakan hawa yang sangat dingin dan membuatnya sedikit menggigil.
Selang beberapa detik kristal itu kembali memancarkan cahaya namun tidak terlalu terang dan membuat siapa saja yang melihatnya akan beranggapan kalau hal itu 'indah' atau 'cantik'. Gadis yang memiliki insting seorang wanita pada umumnya langsung mengulurkan tangan kanannya untuk menggapai kristal itu dan mengabaikan perasaan dingin yang terpancar dari kristal.
Ketika tangannya tinggal sedikit lagi untuk bisa menyentuhnya, cahaya kristal itu tiba-tiba saja menyatu menjadi sebuah sinar yang langsung meluncur ke arah telapak tangan gadis itu. Sinar itu terus meluncur ke telapak tangannya kemudian menghilang di gantikan dengan tubuh gadis itu yang memancarkan cahaya dengan aksen seperti kepingan-kepingan salju.
"Ini dingin, aneh tapi cantik." pikirnya sambil memperhatikan tubuhnya yang terus memancarkan cahaya itu sampai menjalar ke seluruh tubuhnya lalu menghilang.
Sesaat setelah cahaya di tubuh gadis itu menghilang, kristal yang awalnya melayang-layang sambil berputar mulai retak lalu berubah menjadi sebuah katana dan langsung jatuh menancap pada lantai kamar gadis itu. Begitu bilah katana tersebut menancap, seketika itu pula dari bilah katana menjalar es yang membekukan lantai hingga seluruh ruangan selain gadis itu berubah menjadi es termasuk langit-langit ruangan.
"Eh?! Kenapa semuanya jadi es?" ucap gadis itu menyadari kamarnya telah berubah menjadi es lalu pandangannya tertuju pada katana yang menancap di tengah-tengah kamarnya.." I-itu katana asli!!" Pekiknya sambil mengulurkan tangannya untuk memegang gagang katana tersebut.." Sudah lama saya ingin membeli yang seperti ini." Tanpa ragu gadis itu langsung mencabutnya karena perasaan senang sedang menyelimutinya.." Eh?!"
Di saat bilah katana itu tercabut, sebuah retakan langsung tercipta pada pijakan gadis itu yang langsung menjalar hingga ke seluruh ruangan dan di detik berikutnya ruangan itu hancur tak tersisa. Pemandangan yang dilihat gadis itu langsung berubah menjadi sebuah langit malam di penuhi dengan bintang-bintang dan tak lupa cahaya aurora yang bergerak ke sana kemari. Namun pemandangan itu tak cukup untuk membuat perasaan jatuh yang sedang dialami gadis itu tertutupi.
"KYAAAA!!!" teriak gadis itu menyadari perasaan jatuhnya benar-benar dialaminya, Ia hanya bisa memeluk katana di tangannya sambil memejamkan matanya, menunggu rasa sakit yang akan di alaminya saat tubuhnya menyentuh permukaan tanah di bawah sana.
« To be Continued »