«Earth ( Bumi )»
Bumi tanggal 29 Maret 2075 terjadi sebuah fenomena yang melibatkan seluruh benua yang ada di Bumi. Fenomena yang paling mencolok ada fenomena di mana langit cerah tiba-tiba saja menjadi gelap di ikuti dengan munculnya beberapa fenomena aneh di sana sini. Salah satu fenomena itu adalah munculnya satu lagi matahari yang memancarkan cahaya merah, namun meski begitu para manusia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa seakan tak ada hal yang aneh sedang terjadi. Di antara sekian banyak manusia di tempat itu hanya ada beberapa saja yang menyadari perubahan pada langit dan rata-rata adalah anak remaja.
[ Makassar-Indonesia 29 Maret 2075. 14:48 Wita ]
"Apa ini?" ucap seorang pemuda dengan rambut hitam yang sedang memandang sebuah kristal hitam yang memancarkan aura hitam kelam dan membuat apa saja di sekitarnya langsung mati namun hal itu seakan tidak berpengaruh pada pemuda tersebut.
Seketika kristal itu tiba-tiba meledak menjadi hembusan aura hitam yang langsung menyelimuti pemuda itu kemudian menghilang bersama dengan pemuda tersebut.
[ London-England 29 Maret 2075. 08:48 BST ]
Sementara itu di London, seorang gadis nampak sedang berlari dengan sekuat tenaga untuk kembali ke rumahnya. Tak jauh di belakang gadis itu nampak sebuah kristal yang terbang mengikuti gadis itu, namun kristal itu mengeluarkan cairan darah dari dalam yang menetes turun hingga menyentuh tanah yang di lewatinya.
"Be-berhenti mengikutiku!" Pekik gadis itu dan langsung masuk ke dalam rumahnya dan menutupnya sehingga menurutnya kristal aneh itu tidak dapat masuk ke dalam rumahnya.
Namun seakan hal itu menghancurkan kelegaan gadis tersebut, kristal itu muncul dari genangan darah yang tiba-tiba saja muncul di lantai rumah gadis itu. Kristal tersebut mulai muncul kemudian mulai lagi berubah menjadi seperti sosok manusia namun dengan wajah dari Kristal itu sendiri. Sosok kristal itu langsung membungkuk seperti seorang kesatria yang sedang memberikan hormat pada rajanya.
"Hamba mohon maaf jika menakuti master."
Sebuah suara terdengar keluar dari sosok kristal itu dan lagi-lagi membuat gadis itu takut namun tak seperti saat pertama mereka bertemu, karena saat mereka bertemu pertama kali, sosok kristal itu sudah membunuh beberapa preman yang hendak melakukan hal yang tidak-tidak pada gadis tersebut.
"Se-sebenarnya kau ini apa? Dan apa yang kau mau dariku?!" tanya gadis itu.
"Hamba adalah salah satu dari sekian banyak 'Mortem' yang dikirim ke dunia ini untuk menjemput anak-anak yang terpilih."
"Salah satu? Lalu di mana yang lainnya?" Gadis itu sejenak melirik kanan kiri mencari kristal yang sama seperti kristal di depannya namun tak menemukan di manapun.
"Master tidak akan menemukan 'Mortem' lainnya di sekitar sini, karena kami para 'Mortem' di sebarkan secara acak ke seluruh penjuru Bumi namun tak ada 'Mortem' yang saling berdekatan."
"Seluruh penjuru Bumi? Apa maumu?"
"Seperti yang hamba katakan sebelumnya, kami para 'Mortem' dikirim untuk menjemput para Master kami ke Dunia Parallel."
"Apa yang akan kami bukan maksudku dengan mereka yang di bawah ke dunia sana?"
"Untuk pertanyaan yang satu itu kami para Mortem tidak mendapatkan hak untuk menjelaskannya, Master sendiri yang harus mencari jawabannya di Dunia Parallel."
"Lalu bagai mana kalau saya menolak untuk ikut?"
"Dengan berat hati hamba akan memaksa Master untuk ikut karena misi kami adalah mencari master lalu membawanya ke Dunia Parallel bagaimana pun caranya bahkan jika itu harus menyakiti master kami sendiri."
"Jadi mau tidak mau harus ikut yah?"
"Benar, jadi bagai mana keputusan Master? Saat ini waktuku tidak banyak lagi karena fenomena ini akan segera berakhir."
"Hu~ kalau begitu saya ikut, lagi pula dunia ini sudah membosankan. Mungkin di dunia sana ada sebuah kesenangan tersendiri."
"Kalau begitu hamba mulai proses transfernya."
Seketika tubuh sosok kristal itu kembali melebur menjadi darah lalu berputar di sekeliling gadis itu dengan sangat cepat, sesaat sebelum mereka menghilang, sebuah reaper tercipta pada tangan kanan gadis itu yang lebih menyerupai kapak raksasa.
.
.
.
.
.Kejadian itu terus terjadi di seluruh penjuru dunia tidak peduli tempatnya, entah remaja itu sedang diving, surfing, racing, sleeping, sampai yang hampir menyentuh death. Kristal yang menyebut dirinya sebagai 'Mortem' mentransferkan para remaja dengan ciri khasnya masing-masing.
«Inferno ( Parallel )»
Langit malam bertabur bintang dan dihiasi dengan aurora yang bergerak ke sana kemari seperti sedang menari menyambut kehadiran para remaja yang terpilih. Di langit, di darat dan di air, satu demi satu sosok remaja mulai bermunculan di sana-sini. Remaja yang muncul di udara secara automatis langsung terjatuh ke bawah namun saat tubuh mereka tinggal 50 sentimeter sebelum menyentuh daratan, laju mereka berhenti dan menciptakan sebuah kawah kecil. Sementara para remaja yang muncul di air, tubuh mereka langsung mengapung di permukaan air seperti seorang ninja di dalam anime 'Naruto'.
.
.
.Di sebuah ruang hampa hanya ada sebuah layar proyektil yang berukuran besar dan menampakkan seluruh sosok remaja yang berhasil selamat dari transfer. Di depan layar proyektil itu nampak dua sosok manusia berbeda jenis kelamin yang memakai pakaian seperti seorang ilmuwan.
"Jadi berapa yang kembali." tanya si pria.
"Menurut data beberapa menit lalu, dari 300 Mortem yang kita kirim hanya ada 259 Mortem yang berhasil cocok dengan 'Induk' mereka dan langsung melakukan transfer ke Inferno. Sisanya dinyatakan gagal dalam melakukan penyatuan yang mengakibatkan keduanya hancur tak tersisa. Tapi saat melakukan transfer, sembilan Mortem dan Induknya kita kehilangan kontak dengan Mortem itu." jelas wanita tersebut.
"250 yah... Angka yang melebihi perkiraanku. Jadi bagai mana dengan pergerakan 'Akami'?"
"Beberapa 'Akami' sudah mulai bergerak dan memburu mereka, menurut data terakhir pertempuran mereka sudah ada yang mulai dan sepertinya juga sudah mulai memakan korban akibat para 'Induk' belum berhasil mengubah 'Mortem' mereka sampai yang takut dengan sosok 'Akami'."
"Cih... Lebih cepat dari perkiraanku. Luncurkan Unit A sampai Unit D dan cepat perintahkan untuk menjemput mereka!"
"Baik."
Setelah mendapatkan perintah, di depan wanita itu langsung muncul keyboard dan dengan cekatan wanita itu mengoprasikannya.
"Unit A sampai Unit D diluncurkan."
.
.
.Di langit malam tiba-tiba saja muncul empat buah bola kemudian berpencar ke empat penjuru angin.
«To be Continued»