Chapter 5: Hal yang menarik

12 0 0
                                    

Cahaya mentari pagi mulai menerangi hutan di Inferno, membuat kebanyakan makhluk malam kembali ke sarang mereka masing-masing untuk istrirahat, namun tak semuanya masih ada makhluk yang tidak pernah istirahat 24 jam non-stop. Mereka adalah makhluk yang berada di luar jalur rantai makan, mengalami evolusi yang mengerikan, mereka adalah para Akami yang saat ini makin aktif dalam hal berburu akibat cahaya penerang makin besar.

Daratan. Lautan. Bahkan di langit sekalipun nampak banyak Akami yang berkeliaran mencari mangsanya ataupun saling memangsa satu sama lain tanpa pandang kawan-lawan.

Teriakan demi teriakan seakan menjadi lagu penyambut mentari pagi dan teriakan itu tidak lain berasal dari seorang manusia yang menemui ajalnya karena kesalahan kecil yang dibuatnya, bertemu dengan sekelompok Akami.

Tak begitu jauh dari lokasi teriakan itu, nampak sebuah goa kecil dengan tanaman rambat yang menetupi jalan masuknya. Goa itu agak kelap dan cukup dalam, hingga butuh puluhan detik agar bisa menemukan sebuah pintu yang terbuat dari logam adamantine. Tepat di depan pintu itu nampak seorang gadis dengan rambut putihnya di biarkan tergerai, mengenakan gaun putih--gaun yang di gunakannya untuk tidur. Tangan kanannya dengan cekatan menekan satu persatu tombol yang ada disisi samping kiri pintu itu dan mengeluarkan bunyi 'tit' yang halus setiap kali tombolnya Ia tekan.

Detik berikutnya pintu itu tebuka dengan sendirinya dan memperlihatkan suasana yang berada di balik pintu tersebut. Suasana nyaman, aman dan tentram layaknya suasana di dalam sebuah istanah megah, itulah suasanya yang di pancarkan oleh tempat tersebut. Tanpa menunggu lebih lama, gadis itu segera masuk ke ruangan tersebut dan begitu selutuh tubuhnya masuk pintu itu kembali menutup.

"Pagi, Yuu."

Sebuah suara sapaan terdengar dengan jelas yang berasal dari seorang pemuda dengan pakaian serba hitam yang saat ini sedang menaruh piring terakhir di atas meja yang berisikan makanan--nasi goreng.

"Pagi juga, Fili. Ternyata kau bisa masak juga? Kenapa tidak bilang dari semalam."

"Semalam itu saya lelah, lagi pula ada dua perempuan masa laki-laki yang masak."

"Nah sekarang kenapa masak?"

"Bentuk masakanmu itu mengerikan."

"Jangan mengejek masakanku!" Dan bersamaan dengan kalimat itu selesai, sendal yang di pakai Yuu-pun meluncur ke arah Fili dan sukses dengan keras mengenai wajah Fili. Untuk sepersekian detik sendal milik Yuu menempel dengan indahnya di wajah Fili, kemudian terjatuh ke lantai namun meninggalkan bekas sendal di wajah Fili yang saat ini masih memasang wajah datar dan menandakan otaknya masih mencerna kejadian yang di alaminya itu. "Rasakan itu!"

"Ada apa yah? Kok berisik sekali?"

Sekali lagi sebuah suara yang baru saja keluar dari kamar mandi yang merupakan seorang gadis dengan rambut merahnya tergerai dan sedikit basah datang menghampiri keduanya.

"Wah Qiz sudah bangun juga rupanya, ayo sarapan, makanannya sudah siap tuh." Ucap Yuu berjalan ke arah meja makan sambil menyuruh Qiz untuk ikut sarapan.

Sesaat kemudian kedua gadis itu telah duduk di meja makan tepat di depan piringnya masing-masing. Yuu mulai mengambil sendok dan bersiap menyantap sarapannya, sementara Qiz nampak sedang melihat kanan-kiri mencari sesuatu.

"Yuu, Fili mana? Kok gak kelihatan?" Tanya Qiz yang tidak menemukan sosok Fili dimanapun sepanjang matanya memandang sekeliling ruangan.

"Noh si Fili." Jawab Yuu sambil menunjuk ke arah samping bawahnya.

Mengikuti arah yang di tunjuk oleh Yuu, iris ruby Qiz langsung menemukan sosok Fili yang saat ini sedang jongkok sambil memegang wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Broken BladeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang