1.4: She

1.4K 90 19
                                    

hallo, jangan lupa vomments ya biar aku lebih semangat lanjutinnya.

i need your opinion, biar cerita ini bisa lebih baik.

kritik dan saran diterima di kolom dm wqwq


warm hugs,

istri mas heri





"Tunggu,"

Aku mendengarnya saat tanganku meraih knop pintu. Apakah telingaku berfungsi dengan baik? Apakah Nora baru saja mengatakan hal tersebut?

Aku tersenyum berharap tak ada kenyataan pahit yang terjadi setelah ini. Aku menarik napas dan membalikkan badanku menghadapnya. "Ada apa?"

Nora melihat berbagai arah, gelagapan. "Aku...Aku...."

Ayolah, Nora. Apa yang ingin kau katakan? Kau semakin membuatku penasaran dan itu menyiksaku. Cepat katakan, Nora.

"Aku..." Dia meremas seprai ditangannya, mencoba mendongakkan kepala menatapku. "Aku hanya ingin bertanya, apakah kau sudah makan malam?"

Fuck.

"Belum," kataku singkat. Mengapa ia malah bertanya kalau aku sudah makan malam atau belum. Sialan. "Hanya itu yang ingin kau katakan?"

Nora menggaruk tengkuknya, "I-iya, selamat malam, Harry." Ia tersenyum canggung kepadaku. "Kau bisa tidur disini." Dia menepuk bagian kasur dimana biasanya aku tidur.

Aku menggeleng dengan wajah datar, tentu saja aku kesal padanya. "Tidak perlu. Aku akan tidur diluar."

"Ya sudah, kalau begitu." Nora mengangguk, dan aku pergi meninggalkannya di kamar.

Aku berjalan menuju sofa di ruang tengah, semoga saja aku tidak tersandung karena aku tidak menghidupkan lampunya. Sampai disana, kurebahkan tubuhku dan menatap langit-langit.

Aku yakin, sepuluh ribu persen kalau itu bukanlah hal yang akan dikatakannya. Dia pasti ingin mengatakan hal lain. Aku yakin, sangat yakin.

Kau semakin membuatku tersiksa, Nora.

***

"Bagaimana aku bisa sebodoh itu?!" Aku merutuki diriku sendiri. "Mengapa mulut ini tidak bisa diajak bekerja sama?!!"

Aku hampir frustasi karena ini. Harry jadi marah kepadaku. Aku bukan ingin menanyakan kalau dia sudah makan malam atau belum, aku ingin memberitahunya tentang sesuatu.

Bodohnya aku!

"Argh!" Aku mengacak rambutku, menyesal mengapa aku mengatakan hal bodoh seperti tadi. Aku masih terduduk dengan bekas tangisan yang mengalir di pipiku, dengan mataku yang sembab apalagi ditambah rambutku yang acak-acakan.

Aku pasti tampak sangat sangat mengerikan.

Aku membanting tubuhku hingga punggungku menyentuh empuknya kasur yang semakin membuat kantukku datang membuatku terlelap dalam tidur.

***

Aku menguap dan meregangkan otot-ototku, mengikat rambut dan menuju kamar mandi. "Sial." Aku melihat mataku yang memerah akibat tangisan lamaku tadi malam, langsung kuteteskan obat mata dan itu agak membuat mataku terlihat normal.

Aku berjalan ke dapur dan mengecek apa yang masih tersisa. Hanya ada telur dan sosis. "Mengapa aku lupa belanja kemarin?" Aku menepuk keningku.

Aku mengambil sisa makanan tersebut dan menggorengnya di atas teplon, menyajikan dua sosis dan satu telur diatas masing-masing piring. Tak lupa menambahkan saus dan mayonaise diatasnya.

Baby Styles [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang