1.0: I Love You

3.5K 245 2
                                    

"Oh my god!" Pekikku histeris.

"Nora!" Teriak Harry.

Aku berlari menyebrangi jalan tanpa melihat kanan dan kiri apakah ada mobil yang melintas. Aku tidak peduli, Zayn ada ditengah jalan, tergeletak dan ia sekarat!

Buket bunga yang dibawanya hancur, bunga mawar putih berceceran dimana-mana. Sekotak kado yang isinya belum ku ketahui tadinya, sekarang aku sudah mengetahuinya. Itu adalah snowball yang berisi boneka kecil dua orang kekasih yang sedang bergandengan tangan. Dan snowball itu pecah, kaca dimana-mana. Darah Zayn mengalir deras dari sudut bibirnya, hidung dan juga keningnya. Luka lebam dimana-mana.

"Oh, Tuhan!" Aku mengangkat kepala Zayn dan meletakkannya di pahaku. "Zayn, bangun! Ayolah, bangun!" Aku menangis sekencang-kencangnya, aku tidak peduli. Aku mengguncang-guncangkan badannya agar ia mau membuka mata dan bangun.

"Nora, ayo kita bawa ke rumah sakit sekarang!" Harry sudah datang membawa mobilnya, aku dan orang-orang yang disekitar membawa Zayn masuk ke mobil.

Dimobil tak lupa menelfon Bibi Grace, tetangga sebelah rumahku yang kuminta tolong untuk menjaga Elsa dirumah. Aku terus menangis melihat kondisi Zayn, dress biru muda yang kukenakan sudah berwarna merah karena darah Zayn.

"Cepatlah, Harry! Cepatlah, bodoh!" Aku meneriaki Harry yang menyetir sangat lamban seperti siput yang sedang berjalan, apakah dia tidak melihat kondisi Zayn yang sekarat?!

Sesampainya didepan UGD, perawatan medis pun datang dan Zayn dibawa ke UGD. Aku dan Harry menunggunya di depan ruangan putih tersebut.

"Kau penyebab ini semua, Harry! Kau bodoh!" Aku menuju dimana Harry terduduk. Ia menjambak rambutnya frustasi. "Coba saja kalau kau tidak menyebrang duluan, pasti Zayn tidak akan seperti ini!" Bentakku, kukeluarkan semua emosi yang menumpuk dalam benakku.

"Aku juga tidak mau sahabatku seperti ini, Nora! Aku juga tidak tau kalau ini akan terjadi!" Harry juga membentakku.

"Aku membencimu, Harry!" Bentakku dan aku pergi darinya, aku duduk di kursi yang sangat jauh dengannya.

Tak lama kemudian, the boys datang. Tak lupa membawa eleanor dan sophia. Aku memeluk kedua wanita itu saat mereka menghampiriku.

"Aku tidak tau lagi bagaimana, girls. Aku bingung, Zayn dalam kondisi yang menghawatirkan. Aku sangat menyayanginya." Kataku, sambil terisak dalam pelukan mereka.

"Shh, sabarlah, Nora. Ini cobaan, kau harus kuat. Zayn pasti bisa melewati ini semua, yakinlah." Nasehat sophia, ia membimbingku duduk dan mengelus pundakku pelan. The boys yang lain sedang menenangkan Harry.

"Ini, Nora. Sebaiknya kau ganti baju dulu saja. Tadi Harry menelpon bajumu penuh noda darah, jadi kami tadi membelikanmu baju." Kata Ele memberikanku sebuah goody bag.

Ternyata Harry masih peduli, ya?

Aku menggeleng. "Tidak, aku mau disini sampai dokter keluar dan aku mengetahui kondisi Zayn."

Ele dan Sophia terus membujukku, tapi sepertinya mereka menyerah karena aku tetap bersikukuh dengan pilihanku. Aku tidak bisa tenang sampai aku mengetahui keadaan Zayn yang sedang sekarat didalam ruang UGD.

Dokter keluar dari ruangan dan mencopot stetoskopnya. "Dokter, bagaimana?" Aku menghampirinya dengan wajah penuh harap.

"Tn. Malik baik-baik saja. Dia hanya perlu istirahat, beruntung benturannya tidak terlalu keras. Jaga dia agar tidak memikirkan hal berat dulu." Ucap Dokter, aku menggangguk. "Dia akan dipindahkan ke ruang rawat inap." Sebelum dokter itu pergi aku mengucapkan terimakasih padanya.

Aku masuk ke ruang rawat inap Zayn bersama dengan yang lainnya. Seperti janjiku, aku mengambil goody bag yang tadi diberikan oleh Ele dan membersihkan diri di kamar mandi.

Baby Styles [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang