3

127 10 3
                                    

Happy Reading!

Adira POV

Paginya aku bangun dengan semangat. Saat ini aku sedang sarapan bersama ayah dan adikku maksudku 'adik tiriku'. Aku menyantap makananku dengan buru-buru, tidak sabar ingin segera sampai di sekolah. Terlebih makanan yang dibuat Bi Idah lumayan juga.

"Pelan-pelan aja makannya nak" tegur ayahku. Sejujurnya aku belum terbiasa mendengar ayahku memanggilku 'nak'. Entah aku yang belum menerima dia atau dia yang terlalu canggung mengatakannya. Sudahlah aku tidak ingin memikirkannya.

"Iya pa" jawabku singkat.

"Tumben lo semangat banget hari ini" ucap Reyna di sebelahku.

"Bukan urusan lo" ucapku dingin sambil menatapnya tajam. Mulai kemarin aku sudah memutuskan untuk tidak membiarkan Reyna berkata seenaknya padaku. Mungkin dia juga belum bisa menerima kehadiranku di rumah ini terlebih umur kami tidak beda jauh. Aku cuma beda setahun darinya.

"Pa Dira berangkat dulu" aku berpamitan pada ayahku.

"Loh makanan kamu kan belum habis" ucap ayahku mengarahkan pandangannya pada piring di depanku.

"Dira udah kenyang pa" ucapku.

"Yasudah kamu hati-hati di jalan" ucap ayahku.

Aku tidak ingin Reyna menghancurkan moodku pagi ini. Jadi aku memutuskan untuk berangkat duluan ke sekolah. Hari ini aku tidak membawa mobil karena kak David akan menjemputku di sekolah. Jadi aku memutuskan untuk naik taxi saja.

Ngomong-ngomong soal mobil, ayahku yang membelinya khusus untukku sejak aku pindah kesini. Dia terus berusaha membuatku nyaman tinggal bersamanya. Meski terkadang menurutku itu terlalu berlebihan dan malah membuatku semakin tidak nyaman. Dan Reyna malah tambah membenciku karena iri atas perlakuan ayah terhadapku. Bukannya ayahku tidak adil, tapi Reyna belum cukup umur untuk mengemudikan mobil. Sehingga terkadang ayahku menyuruhnya ikut bersamaku.

***
Sesampainya di sekolah aku langsung menuju ke kelasku. Selangkah lagi menuju pintu tiba-tiba aku mendengar suara pertengkaran dari dalam kelas. Aku menghentikan langkahku.

"Jangan tinggalin gue kayak gini Vi" terdengar suara Brian dari dalam kelas.

"Lo gak punya malu yah, lo yang udah khianatin gue terus lo mohon-mohon biar hubungan kita tetap lanjut" Balas Viona.

"Maafin gue Vi, gue nyesel" ucap Brian dengan putus asa.

"Sudah Brian, minggu depan gue bakal pindah ke luar negeri dan lupain semuanya" Jawab Viona.

Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin kan aku langsung masuk ke kelas di tengah pertengkaran mereka. Kemudian tak lama pacar Brian keluar dari kelas. Dia sempat menatapku kemudian berlalu pergi.

Aku masuk ke kelas dan mendapati Brian yang tengah duduk sambil mengusap wajahnya frustasi. Dia sempat mendongak menatap siapa yang datang kemudian berlalu meninggalkan kelas. Lalu aku memilih duduk di bangkuku sambil membaca novel. Hingga setelah beberapa saat siswa lain mulai berdatangan dan bel masuk berdering.

Pelajaran telah dimulai tapi bangku di sebelahku masih kosong. Yah si Brian membolos pelajaran lagi. Aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran orang yang mengedepankan urusan cintanya ketimbang urusan sekolah yang jauh lebih penting. Ah sudahlah memikirkannya membuatku muak. Setidaknya aku bisa tenang dalam menyimak materi pelajaran hari ini tanpa ada Brian yang selalu nyerocos tidak jelas di sampingku.

"Anak-anak silahkan membentuk kelompok dan diskusikan tugas kalian dengan teman sekolompok kalian" instruksi dari ibu Fira selaku guru bahasa Indonesiaku membuyarkan lamunanku.

COLD (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang