Halo!
Oke, sesuai janji gue, gue udah buat cerita baru buat kalian yg lebih bagus dan untuk permulaan gue kasih 5 part (Prolog + 4 part). Mungkin alur ceritanya blm keliatan tapi tunggu aja update part berikutnya krn banyak yg gak terduga di cerita ini wkwk.Jangan ragu untuk vote or comment karena makin banyak yg support, makin cepet di update.
Dan ini dia ceritanya!
"Var, gue mau bilang sesuatu sama lo..." aku berucap tanpa berani menatapnya.
"Lo mau ngomong apaan sih, Dra? Kalo gak penting mending gak usah, gue masih banyak tugas" dia pun berucap dengan mata yang tetap tertuju pada laptop dihadapannya, tanpa menatapku.
Mendengar jawabannya, aku menghela nafas, jika aku mengatakan sekarang, mungkin akan lebih buruk. Lebih baik nanti saja.
"Yaudah, kapan kapan aja gue ngomongnya, kalo lo udah gak sibuk"
Dia hanya mengangguk mengiyakan. Aku melangkah ke luar dari ruangan OSIS ini.
Kalian tau apa yang ingin ku katakan pada pria bernama Varel itu?
Yup, yang ingin ku katakan adalah mengenai perasaanku padanya.
Dia, Varel Sanjaya. Berhasil membuatku berdebar-debar setiap didekatnya, membuatku memikirkannya terus menerus, membuatku merindukan senyumnya walau itu bukan ditujukan untukku.
Entah darimana datangnya perasaan ini, padahal aku tidak terlalu mengenalnya, begitupun sebaliknya. Bahkan dia seringkali bersikap dingin dan tidak peduli padaku, seperti tadi. Ditambah lagi, dia sudah punya pacar yang kurasa lebih baik dariku. Tapi tetap saja, perasaan ini tumbuh begitu saja tanpa bisa kuhentikan.
Mungkin ini yang dinamakan cinta.
Ya, ini cinta. Kuyakini hal itu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aku sudah merasakan cinta bahkan ketika aku masih SMP, dan Varel Sanjaya adalah cinta pertamaku.
* * *
Waktu terus berjalan, tanpa bisa terhenti. Bahkan sampai hari ini pun, aku masih belum mengungkapkan perasaanku padanya.
Cukup sudah, aku harus memberanikan diri. Hari ini juga, aku berjanji Varel akan mengetahui perasaanku yang sebenarnya, karena hari ini adalah hari perpisahan kelas 9, yang berarti menjadi hari terakhir aku bertemu dengan cinta pertamaku.
Kuyakini bahwa ketika SMA, kami tak akan bertemu.
Disinilah aku, ruangan OSIS yang menjadi ruangan favoritnya. Hanya disinilah aku bisa menemukannya.
Kali ini dia tak terlihat membawa laptop, tentu saja karena hari ini semua murid kelas 9 akan menikmati detik-detik terakhir pertemuan mereka.
Tapi aku sedikit heran, mengapa ia tidak berbaur dengan teman-temannya di luar sana?
"Var, gue mau ngomong sesuatu sama lo, lo harus tau hal ini sebelum kita bener-bener pisah dan nggak ketemu lagi... " aku menatapnya, tepat di matanya.
Dia pun membalas tatapanku,
"Apa?""Gue suka sama lo Var, bahkan cinta..." ucapku masih menatapnya.
"Lo yakin sama ucapan lo, Dra?" dia menyerngit menatapku, terlihat ragu.
"Yakin, gue tau kita nggak pernah deket dan gue gak kenal banget sama lo, tapi perasaan itu muncul gitu aja"
"Hmmm, sorry Dra, gue rasa kita temenan aja"
Ya, aku tau dia akan berkata seperti itu. Untungnya aku sudah menyiapkan mental untuk menguatkanku disaat seperti ini.
Sebenarnya menyakitkan mendengar dia berkata demikian, namun aku bukan wanita lemah, lagipula aku sendiri yang memutuskan untuk jujur maka aku harus siap terhadap resiko yang akan didapat.
"Oke, gue cuma mau ngungkapin aja sebelum kita bener-bener gak ketemu lagi... " aku berucap pelan. Berusaha menyembunyikan rasa sakit yang terasa.
Hening beberapa saat, dia tak berkata apapun lagi, begitupun denganku yang hanya terdiam. Sebenarnya ada lagi yang ingin ku katakan padanya. Namun untuk yang satu ini aku ragu.
"Var... " gumamku sambil memandang sepatu coklatku.
"Kenapa? Mau ngomong lagi?" tanyanya.
"Lebih tepatnya gue pengen minta sesuatu... "
"Apa? Berhubung ini hari terakhir kita ketemu, gue akan berusaha penuhi permintaan lo"
Dia benar, memang seharusnya seperti itu. Namun tetap saja rasa ragu itu ada. Sepertinya permintaan ini terlalu konyol.
"Gak usah ragu" tambahnya.
"Boleh gue dapet pelukan dari lo?" aku mendongakkan kepalaku dan menatap wajahnya yang lebih tinggi dariku.
Aku mengamati dan meneliti ekspresi yang ditunjukannya. Sayangnya, ekspresinya tak terbaca. Bibirnya pun tak mengucap sepatah kata pun.
Beberapa saat berlalu, suasana begitu hening dan canggung.
Hingga kuputuskan untuk mengakhiri kecanggungan ini.
"It's okay kalau lo gak mau, lagian--"
ucapanku terhenti seketika merasakan sebuah tubuh yang memelukku.Hangat dan nyaman. Hanya dua kata itu yang bisa ku katakan sekarang.
Seandainya waktu bisa berhenti untuk beberapa saat...
* * *
Yang namanya kisah cinta, gak selalu happy ending, entah itu cinta pertama atau bukan. It's okay, gue akan ikutin permainan takdir. Kita liat kapan gue akan ngerasain bahagia dari apa yang namanya cinta.
-Vaniara Cassandra-
* * *
dark_amors,
02/01/2016

KAMU SEDANG MEMBACA
Vaniara Cassandra
Teen FictionSemua kisah tentang cinta telah dialami oleh gadis ini. Tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, cinta yang tiba-tiba datang, cinta yang hanya sementara, pahitnya pengkhianatan hingga kebahagiaan dari cinta. "This is my story" Copyright © 2016 b...