Pagi ini, seperti pagi kemarin. Aku berangkat sekolah dan sesampainya di kelas, aku mendengarkan musik, untuk sejenak melupakan lingkungan sekitarku.
Tadi ketika aku tiba disini, Thalia sudah duduk manis di kursinya. Dia terlihat memainkan handphonenya dengan asik. Sepertinya tak menyadari kedatanganku.
Baru saja aku larut dalam musikku, Thalia menyentuh bahuku.
"Apa?" ucapku sambil menatapnya. Sedikit terganggu dengan panggilannya.
"Cowok itu, namanya siapa? Lo tau gak?" Thalia melirik seseorang dan aku pun mengikuti arah lirikannya.
Laki-laki manis itu, dia meliriknya.
"Gak tau... emang kenapa? Jangan bilang lo suka sama dia?" Aku menatapnya dengan mata menyipit.
"Nggaklah" jawabnya.
Aku mengangkat alis mendengar jawabannya,
"Oke"Sesaat kemudian, kulihat dia berdiri dan menghampiri laki-laki manis itu.
Karena rasa penasaran yang besar, aku memperhatikan mereka berdua. Secara diam-diam tentunya.
"Halo" sapa Thalia kepadanya.
Dia yang mendengar sapaan itu mendongakkan wajahnya dan menatap Thalia dan tersenyum.
"Oh hai" ucapnya.
Wow... bukan hanya manis, dia juga ramah.
"Hmm kenalin, gue Thalia Anastasia" Thalia menyodorkan tangannya minta dijabat oleh laki-laki manis itu.
"Gue Vino Andreas, salam kenal, Thalia... " ucapnya sambil menjabat tangan Thalia.
Oh sekarang aku tau namanya. Vino Andreas.
"Salken juga Vin, kalau gitu gue balik ke tempat duduk gue dulu ya" Thalia memberikan cengiran kuda pada Vino yang dibalas anggukan olehnya.
Thalia kembali, aku segera berakting seperti orang yang sedang fokus pada musikku.
"Sekarang gue tau namanya hahaha" dia berbisik di kupingku yang tertutup headset. Namun tetap saja suaranya terdengar jelas olehku.
"Siapa?" aku pura-pura tidak tau.
"Vino Andreas" ucapnya.
"Ohhh.... " jawabku seolah tidak peduli. Padahal dalam hatiku aku merasa mulai tertarik pada Vino.
* * *
"Dra, gue balik dulu ya, bye Sandra" pamit Thalia padaku ketika bel pulang sekolah berbunyi.
"Oke, bye Lia"
Thalia melangkah menuju pintu gerbang, sedangkan aku berniat untuk pergi ke atap gedung sekolah, aku butuh angin sekarang untuk menyegarkan otak dari pelajaran yang sulit dan banyak.
Atap gedung berlantai 6 ini cukup menenangkan, karena jarang ada murid yang naik kesini. Tempat yang cukup bagus untuk menyendiri.
Aku menaiki tangga terakhir dan mataku langsung tertuju pada seseorang yang sedang berdiri di sisi gedung menikmati angin yang menerpa tubuhnya.
Aku memperhatikan orang itu Rambut coklatnya yang agak panjang menjadi berantakan akibat ulah angin. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celananya.
Hah? Vino?
Aku berjalan mendekatinya dan bersiap memanggilnya. Hingga tiba-tiba ia berbalik dan menatapku membuatku terkejut.
Dia menyerngit melihatku yang terkejut.
"Hey?" ucapnya.Aku mengerjapkan mata berkali-kali untuk mengembalikan kesadaranku.
"Hey, lo gapapa kan?" Ucapnya lagi karena aku masih terlihat aneh, mungkin.
"Ah ya, gue gapapa... " aku menjawab dengan sedikit senyuman, senyuman malu.
"Oke, good... Gue kira lo kenapa napa, habisnya ekspresi lo tadi kayak orang habis liat setan... emang ada setan disini?" Alisnya terangkat sebelah.
"Lo setannya" secara reflek aku menjawabnya.
Matanya membulat, dia bingung.
"Gak kok, gue bercanda hahaha.. " aku tertawa sendiri seperti orang kesurupan.
Dia yang melihat tingkah anehku hanya menatapku heran.
Dasar cewek gila
Pasti itu yang ada di pikirannya.
Tak kusadari aku melamun, hingga dia menggoyangkan bahuku pelan untuk menyadarkanku.
Seperti orang bodoh, aku malah menatapnya dengan ekspresi bingung.
Arghhh
Menyebalkan sekali aku."Lo sakit ya Vaniara?" tanyanya kemudian.
"Hah? Tau darimana?" aku bertanya langsung padanya.
"Maksudnya nama gue?" lanjutku.
"Tuh" dia menunjuk name tag yang ada di dada sebelah kiriku.
"Oh ya... btw gue Vaniara Cassandra, dipanggil Sandra" aku menjulurkan tanganku padanya.
"Vino Andreas" dia menjabat tanganku dan tersenyum tulus.
Oke, sekarang aku mulai terlihat normal dibanding beberapa menit lalu.
"Jadi, lo ngapain kesini? Gak takut jatoh?" dia membuka pembicaraan lagi.
Dia kembali pada posisi semula saat aku datang tadi.
"Gue suka disini, adem dan sepi, bikin tenang dan nyaman... " jawabku sambil memandang ke depan.
"Kalau lo?" tanyaku balik.
"Sama kayak lo, Dra. Gue suka tempat yang tinggi karena anginnya kenceng dan itu bikin gue rileks"
"Ohh.... "
Tak terdengar suara lagi diantara kami. Aku dan dia sama-sama terdiam, menikmati angin yang berhembus kencang sambil menutup mata.
Kurasa dia larut dalam kenikmatan yang diberikan oleh alam.
Sekarang aku tau, dia sangat menyukai angin.
Aku membuka mata dan menatap wajahnya, memperhatikan setiap detail wajahnya yang kusukai.
Dia tampan dan manis.
Oh astaga... apa aku menyukai dia?
Tiba-tiba dia memanggilku,
"Dra, kenapa ngeliatin gue? Suka?""Hah apaan sih, pede" jawabku berusaha menutupi rasa malu yang ada.
"Yaudah" dia menjawabku kemudian melangkah menuju tangga.
"Gue balik dulu ya, lo hati-hati disana, nanti kalo jatoh repot" ucapnya padaku sebelum turun.
Aku menghela nafas panjang.
Kini semakin kuyakini, aku mulai menyukai Vino.
* * *
Malam hari ini aku tidak bisa tidur.
Mungkin otakku tidak cukup menampung pikiranku yang begitu banyak dan bermacam-macam.
Sebenarnya penyebabnya hanya 1.
Vino.
Dia membuat pikiranku dipenuhi oleh bayangannya.
Untuk kesekian kalinya ku garuk kepalaku yang tidak gatal.
Aku terus menerus memikirkannya.
Dan ini adalah kali kedua aku merasakan hal yang sama. Pertama Varel dan sekarang aku merasakannya juga pada Vino.
Crap! Aku benar-benar menyukainya sekarang!
* * *
dark_amors,
02/01/2016

KAMU SEDANG MEMBACA
Vaniara Cassandra
Novela JuvenilSemua kisah tentang cinta telah dialami oleh gadis ini. Tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, cinta yang tiba-tiba datang, cinta yang hanya sementara, pahitnya pengkhianatan hingga kebahagiaan dari cinta. "This is my story" Copyright © 2016 b...