Aku mempersiapkan diri dengan gerakan cepat. Untuk yang kedua kalinya aku terpaksa harus meminjam pakaian Harry lantaran aku tidak membawa sehelai pakaian pun saat pergi kemari. Kuharap dia bisa mengerti keadaan dan tidak mempermasalahkan hal ini. Pun tanpa membuang waktu lagi aku langsung menuruni anak tangga dan mendapati tubuh Harry memunggungiku di atas sofa.
Berjalan mendekatinya, aku berdehem ringan sehingga ia menoleh ke arahku. Hanya beberapa detik, karena setelah itu ia memalingkan mukanya dariku lalu melihat jam hitam yang melilit pergelangan tangannya. "Ini baru sepuluh menit."
"Memang benar. Lalu kenapa? Bukannya bagus kalau aku sudah siap lebih awal dari yang kau minta?"
"Tapi aku memberimu waktu lima belas menit, tidak lebih dan tidak kurang."
Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengus rendah. Pria ini begitu membingungkan. "Lalu sekarang apa yang harus kulakukan? Kau mau aku kembali ke kamarmu dulu dan turun menemuimu setelah waktunya pas lima belas menit?"
"Tidak. Kita akan pergi sekarang." katanya, lantas bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari frat-nya. Aku sendiri lebih memilih diam dan mengekori Harry di belakang, bahkan setelah kami memasuki mobilnya pun aku masih terdiam. "Berjanjilah kepadaku untuk tidak menjadi gadis keras kepala lagi."
Aku diam sebentar, berusaha mencerna apa yang Harry maksudkan. Gadis keras kepala? Oh! Aku tahu dia akan mengungkit tentang semua yang terjadi pada malam itu. "Baik, aku mengerti dan aku akan menjauhinya. Tapi sebenarnya dia melakukan kesalahan apa? Dan mengapa di sana ada Louis?" tanyaku secara bertubi-tubi. Astaga, selalu seperti ini. Aku selalu mempunyai banyak pertanyaan mengenai kehidupan Harry maupun Zayn. Dan ucapanku barusan terlontar begitu saja tanpa bisa kucerna sebelumnya.
"Dia sudah membunuh kakak Louis, dan Louis meminta bantuanku untuk menangkap si keparat itu."
"Membunuh kakak Louis?"
"Ya, dia seorang pembunuh. Si bajingan itu sengaja menabrak bagian belakang mobil kakak Louis saat mereka sedang mengikuti balap liar sampai-sampai mobilnya hilang kendali dan menabrak pembatas jalan. Oleh sebab itu, hampir semua orang di kelompok kami mulai membencinya," Harry memberi jeda pada kalimatnya. "Apalagi dia berusaha kabur dengan cara memfitnah salah satu temanku hingga pada akhirnya temanku itu lah yang mendapat hukuman penjara, sementara si bajingan itu justru berkeliaran dengan bebas."
Mulutku terbuka, hampir tidak percaya dengan semua yang diceritakan oleh Harry. Benarkah Zayn melakukan hal hina semacam itu? Lagi pula mengapa dia melakukannya? Aku menggeleng cepat dan kembali terfokus pada Harry di sampingku. "Sulit dipercaya Zayn bisa melakukan perbuatan buruk sejauh itu. Kukira...—"
"Kau kira dia pria baik-baik tanpa melakukan hal buruk sekali pun? Itulah kesalahanmu. Kau sangat tidak mengenal jati diri bajingan itu."
"Iya, iya, iya. Aku tahu. Berhentilah memanggilnya bajingan atau semacamnya."
Harry tergelak. "Kenapa? Kau tidak terima jika aku memanggilnya dengan sebutan itu?"
"Bukan begitu, tapi—"
"Dia pantas mendapat panggilan seburuk itu, kau tahu. Dan sebentar lagi dia akan segera masuk ke penjara untuk mempertanggung jawabkan semua kesalahan yang sudah dia lakukan."
Aku terpaku pada tempatku sekitar beberapa menit, tidak bisa melakukan atau berkata apa-apa. Bagiku ini semua terlalu mengejutkan dan di luar nalar. Rasanya saat ini aku belum bisa menerima kenyataan kalau seorang pria seperti Zayn—pria ramah dengan segala kelebihan yang dia miliki, benar-benar seorang pembunuh. Dan tentu saja setelah mendengar kata demi kata yang Harry lontarkan tadi, aku jadi menyesal pernah menyimpan perasaan dan menaruh harapan lebih kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSHED
Fanfiction[DISCONTINUED] "He's an asshole. He's a bastard. He's hurting me. He makes me a mess." WARNING: This book contains sexual scenes and harassing words. If you're under 18 please be a wise reader. © 2015 by talibeharry