Masa Lalu

283 23 1
                                    

Duduk berhadapan dengan seseorang yang kau harap tak pernah kau temui lagi selamanya memang menyebalkan. Dan, inilah yang dirasakan Nara saat ini. Tak pernah ia membayangkan akan duduk bersantai bersama Dhika, si lelaki masa lalu. Ditambah lagi, dia adalah kencan butanya saat ini.

Terdengar Dhika yang berdehem-Nara tau itu pura-pura-dihadapannya. Lelaki itu terlihat tidak terlalu nyaman dengan hawa dingin yang sengaja diciptakan oleh Nara. Tak ada niatan mengeluarkan satu patah kata pun dari mulut wanita itu untuk sekedar mencairkan suasana.

"Jadi..gimana? Kabar lo?" Tanya salah satu orang diantara mereka. Dan sudah dipastikan Dhika lah yang memulai pembicaraan duluan. Toh, sedari tadi ialah satu satunya orang yang merasa tak nyaman karena kesunyian diantara mereka.

"Yang pasti gue jauh lebih baik daripada tiga tahun lalu"

Skakmat. Jawaban tajam dari Nara membuat Dhika semakin canggung dibuatnya. Namun berbanding terbalik untuk sang gadis. Justru, Nara merasa senang dan menang telah membuat Dhika tak merasa nyaman karenanya.

Ia akui, Dhika memang semakin bertambah tampan -memang sebelumnya ia sudah tampan-, ia juga berani bertaruh bahwa Dhika rutin pergi ke tempat Gym karena jujur saja, badannya yang tinggi besar dan kekar sedikit membuatnya terpesona. Yah sedikit.

"Gue-'"Bentar gue ada telfon" Potong Nara saat Dhika baru saja akan membuka mulutnya, lagi.

Nara segera berdiri dan mencari tempat sepi untuk mengakat telfon mendadaknya barusan. Dan untuk menghindari Dhika juga. Sungguh, ia tak tahan harus berada dosatu ruangan, apalagi di satu meja yang sama dengan lelaki itu.

Unknown Number is Calling..

Hah? Siapa?

"Hallo..?" Perlahan ia mengangkatnya dan menyapa orang disebrang sana dengan canggung. Ia sedikit terkejut karena jarang sekali orang yang menelfonnya tiba-tiba. Jujur saja, hanya beberapa orang yang mengetahui nomor pribadinya, itu pun hanya orang-orang terdekat dan keluarganya saja.

Tak terdengar suara apapun dari sebrang sana. Hanya terdengar samar suara berisik lalu lalang kendaraan. Ya, bisa ditebak bahwa orang disebrang sana sedang berada di pinggir jalan.

"Haloooo?" Nara menyapanya sekali lagi namun nihil, tak ada balasan sama sekali. Kini hanya terdengar hembusan nafas berat dari ujung sana.

Aneh.

"Haloooo, ini siapa ya?" Karena penasaran, ia memutuskan untuk mengeluarkan suara sekali lagi. Jika kali ini tak ada balasan, sudahlah dimatikan saja, mungkin itu hanyalah akal-akalan seorang Pue yang ingin menjahilinya.

"Gue matiin sekarang y-'

"Nara"

DEG.

Tubuh Nara mendadak saja lemas, nafasnya tercekat, mulutnya mendadak saja kaku dan tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun. Dan tak lama kemudian, seseorang disebrang sana melanjutkan

"Apa kabar?"

Dua orang dari masa lalu yang sama-sama menanyakan kabar Nara. Dalam satu hari, ah tidak. Bahkan kurang dari lima menit

Baru saja mulutnya akan membalas, terasa tangan seseorang memegang bahunya lalu menyebutkan namanya dengan tiba-tiba.

"Nara"

"Aahh!"

Lalu setelah itu.

BRUK!

Terdengar suara sesuatu terjatuh. Bukan, bukan Nara ataupun orang dibelakangnya.
Namun, handphone Nara.

"Dhika! Lo kok ngagetin gue gitu sih!" Matanya melotot dan tanggannya kini sedang dalam posisi berkacak pinggang.

Dhika-sang tersangka-membalasnya dengan senyuman yang tampak bodoh diwajah tampannya tersebut.

"Abis lo lama sih, gue takutnya lo kenapanapa" Balas Dhika dan ditanggapi dengan Nara yang memutar matanya bosan.

"Lama apa? Lima menit juga enggak! Lebay lo"

"Nar hp lo, gue ganti, ya?" Tanya Dhika dengan hati-hati, matanya menatap bersalah kearah handphone malang yang kini tergeletak tak berbentuk kurang lebih tiga meter dari arah mereka berdiri.

"Engga us-Hah?!"

Ya. Nara baru tersadar bahwa tadi ia tak sengaja melempar benda berharga itu dari tangannya. Dengan kecepatan kilat ia berlari ke arah taman yang dipenuhi genangan air kotor dan bebatuan kecil.

Ah malang sekali!

"Handphone gueeee" Nara menangis tertunduk meratapi benda kecil yang sudah meninggal dihadapannya.

Ia kesal, sungguh. Teringat percakapan telfon misterius beberapa menit yang lalu dan,

"Ah! Siaalaaan"

Ia ingat betul suara lelaki disebrang sana, telfon misterius tadi.

Suara seseorang yang benar-benar ditunggunya selama ini.

Dean.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dean (EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang