Pada zaman dahulu di suatu kerajaan, hidup seorang permaisuri yang cantik, namanya putri Intan Permata. Beliau memiliki seorang putra yang bernama Pangeran Arya. Putri Intan Permata, begitu bangga pada putra pertamanya. Dengan penuh kasih sayang, beliau merawatnya. Sebagai salah satu ungkapan kasih sayangnya, Pangeran Arya dibuatkannya sebuah guling mungil bermotif bunga matahari.
"Arya anakku sayang lihatlah Bunda memiliki sesuatu untukmu," ucap Permaisuri.
"Apa itu Bunda???" ucap Pangeran Arya.
"Ini adalah sebuah guling kecil yang khusus Bunda buatkan untukmu Pengaran kecilku," ucap Permaisuri.
"Terima kasih Bunda, aku akan selalu memeluknya saat tidur," ucap Peran Arya.
Beberapa tahun kemudian.
Disuatu malam Permaisuri mendapati guling kecil Pangeran Arya tergeletak dibawah tempat tidur, lalu diambilnya guling itu, dan sejenak Permaisuri mengamati sulaman bunga matahari sambil mengelusnya. "Tak terasa waktu telah berjalan 7 tahun, dan Pangeran tak mau lagi memeluk gulingnya." Sang Ibu meskipun kecewa memaklumi bahwa anaknya kini sudah tidak memerlukan guling kecil itu lagi. Setalah itu sang Permaisuri meletakkan guling itu disamping puteranya.
Keesokan harinya Pangeran Arya terlihat geram dan marah, mengapa ia diberi guling bayi, padahal Pangeran sudah menyuruh para dayang untuk tidak meletakkan guling itu di kamarnya.
Semua orang yang ada di istana termasuk Merduati pengasuhnya sekaligus dayang yang sering mendongeng kapadanya, tak luput dari kemarahan Pangeran Arya.
"Siapa yang berani-beraninya meletakan guling kecil ini kedalam kamarnya kembali??" ucap Pangeran Arya.
"Ampuni kami Pangeran Arya kami tidak tau siapa yang meletakkan guling kecil itu," ucap semua orang yang ada di istana termasuk Meduati.
Permaisuri yang mengetahui kejadian itu meminta Merduati ikut bersamanya.
"Merduati, mari ikut bersamaku. Aku ingin berbicara denganmu," ucap Pemaisuri.
"Baik Permaisuri," balas Meduati.
Permaisuri terkenang betapa dulu ia menyulamnya siang dan malam. Permaisuri berharap agar kehidupan Pangeran Arya kelak cerah secerah bunga matahari yang ada di guling kecil itu.
Akhirnya Peramaisuri memberikan guling kecil itu kepada Merduati sebagai kenang-kenangan, karena Merduati ingin kembali ke kampung. Merduati merasa dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi di Istana sebagai pengasuh Pangeran Arya yang sekarang sudah dewasa.
"Merduati, saya ucapkan terima kasih telah membantu mengasuh Pangeran Arya sejak kecil hingga saat ini, dan sebagai kenang-kenangan saya ingin memberikan guling kecil ini kepadamu," ucap Permaisuri.
"Tapi Permaisuri itu adalah guling kesayangan Pangeran Arya saat kecil," ucap Merduati.
"Tidak apa-apa Pangeran Arya sudah tidak menginginkan lagi, jadi terimalah," ucap Pemaisuri
"Baik Pemaisuri, saya akan menjaga dan merawatnya," balasa Merduati.
Setelah kepergian Meduati dari istana sang Permaisuri menjadi pemurung. Raja yang mengetahui istrinya murung mencoba menghiburnya dengan mengatakan "Arya memang sudah besar, tapi dia tidak membenci siapapun."
Pangeran Arya terus tumbuh, dia terus dididik dan ditempa, karena kelak ia akan menjadi penerus Baginda Raja.
Malam hari di rumah Merduati. Dia sangat senang menerima guling itu, bukan hanya karena dia bisa mengenang kehidupan di istana, tetapi karena sulaman guling itu memang benar-benar indah, dan dibuat sendiri oleh Permaisuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dongeng untuk Aku dan Kau
RandomIni adalah beberapa ceriata dongeng yang pernah menghiasi hidupku dimasa kecil. Semoga kalian senang membacanya. TERIMA KASIH