Alkisah hiduplah seekor naga, tubuhnya berwarna hijau, keempat kakinya panjang dan berkuku tajam. Bila ia bernafas api keluar dari mulutnya. Akibatnya ia tampak sangat seram sehingga tidak ada yang mau berteman dengannya.
Suatu hari, ia merasa sedih sekali. Lalu ia pergi ke sungai dan mencoba tidur, namun tak bisa. Kesepian amat mengganggunya, hingga ia menangis dan air matanya tanpa sengaja menutupi hidungnya. Tiba-tiba ia sadar api yang keluar dari mulutnya tak besar seperti biasanya. Di saat itu pula seekor burung Murai melihat kejadian tersebut lalu dengan rasa takut ia mendekati Naga dam bertanya, "Hai... Naga, mengapa engkau terlihat begitu sedih...?"
"Aku tak punya teman, sepertinya semua takut kepadaku, jadi aku merasa amat kesepian...," sahut Naga. "Seharian ini baru kamu yang mau berbicara denganku," kata Naga menambahkan.
Murai berkata, "Kau tahu..., aku berani mendekatimu karena air matamu mengecilkan api yang keluar dari mulutmu".
"Jadi itu yang membuatku dijauhi siapapun...?" tanya Naga.
"Mengapa kamu tak berendam saja di air sungai itu...?" kata Murai menyarankan.
"Dengan begitu mungkin api di mulutmu akan padam," tambahnya.
Mendengar saran Murai itu Naga kian sedih, dan berkata, "Aku takut tenggelam, dan aku tidak bisa berenang."
Ia malah ditertawakan oleh Murai yang memberi saran itu.
"Benamkan saja kepalamu kedalam air sungai itu, lalu angkat setelah beberapa lama...," sahut Murai.
Naga lalu menuruti apa yang dikatakan Murai. Dia langsung membenamkan kepalanya kedalam air sungai. Setelah beberapa lama diangkatnya kepalanya dari air, lalu dihembuskan nafasnya sekuatnya. Ternyata tidak ada api yang keluar.
Tak lama kemudian saat bernafas, Naga kembali mengeluarkan api yang besar, bahkan nyaris membakar bulu Murai jika tidak cepat menghindar.
"Apa yang kau lakukan Naga...?" seru Murai marah.
"Maafkan, aku tidak sengaja," kata Naga memohon.
"Ternyata mulutmu masih tetap menyemburkan api."
Lalu Murai menyarankan Naga, "Hanya ada satu cara untuk memacahkan masalah itu, engkau harus menemui si bijak Burung Hantu, ia pasti akan memberimu jalan keluar."
Naga menyetujui usulan Murai, lalu ia langsung bergegas pergi ke tempat Burung Hantu berada. Setelah menempuh perjalanan beberapa saat akhirnya mereka sampai di rumah Burung Hantu. "Permisi Pak Burung Hantu," ucap Naga.
"Ya, kalian mencariku...?" tanya Burung Hantu. Suaranya terdengar berat dan berwibawa.
"Benar," jawab Naga.
"Menurut sahabatku, kau dapat menolong memecahkan masalahku," tambah Naga.
"Bisakah kau menceritakan apa yang menjadi masalahmu....?" tanya Burung Hantu.
Lalu ia menceritakan semua masalahnya kepada si Burung Hantu, dan tanpa sengaja Naga kembali menyemburkan api. Kali ini Burung Hantu yang hampir menjadi korbannya.
"Hey... apa yang kau lakukan!" ucap Burung Hantu.
Karena Naga dianggap mencelakakan dirinya, Burung Hantu pun marah. Dia menyuruh Naga bergegas pergi dari sini.
"Oh..., tolonglah Burung Hantu..." pinta sang Naga memohon.
Lalu dengan nada marah Burung Hantu menjawab, "Tidak... aku tidak mau membantumu...!!"
Sang Naga kecewa dan lagi-lagi ia menangis dan itu sangat mengganggu ketenangan sang Burung Hantu.
"Sudah... sudah jangan menangis, aku tak mau menolong jika kau terus menangis, sekarang pergilah ke Utara dan cari kota Yuan-Wan!" teriak Burung Hantu dari dalam rumahnya.
Tanpa banyak tanya lagi, Naga langsung pergi menuju Utara untuk mencari kota Yuan-Wan.
Sudah berhari-hari dia terus berjalan kearah Utara dia sangat ingin segera sampai di kota tersebut. Terus dan terus berjalan, hingga ia sampai di daerah yang bersalju.
Akhirnya, Naga melihat kota Yuan-Wan yang bersalju dan berkabut.
Di kota itu dia mendapati seorang anak kecil yang kedinginan akibat cuaca bersalju di daerah itu. Naga mendekati anak itu dan bertanya kepada anak itu, "Hai..., anak kecil kenapa engkau menangis...?"
"Saat ini tengah musim dingin, aku sangat kedinginan sekali, dan orang tuaku tidak punya kayu bakar untuk perapian, lihatlah kaki dan tanganku membiru," jawab anak kecil itu.
Naga kemudian sangat iba mendengar cerita anak kecil itu, "Jangan takut, sekarang julurkan tanganmu..., dan aku akan menghangatkanmu."
Lalu disembutkanlah api dari mulut Naga ke arah tangan anak kecil itu. Anak kecil itu sangat senang sekali. Kini tangan dan tubuhnya terasa hangat.
Anak itu kemudian mengajak Naga ke tengah kota. Awalnya penduduk merasa takut, tapi setelah mereka tahu bahwa Naga ingin membantu menghangatkan para penduduk, orang-orang pun senang. Demikian pula Naga pun senang karena mendapat teman baru.
Kemudian orang-orang di kota itu mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun besar agar dapat menghangatkan seluruh kota.
Dengan segenap tenaga, Naga menyemburkan api untuk membakar kayu-kayu bakar yang dikumpulkan oleh para penduduk. Api unggun besar itu pun menyala dengan bantuan Naga. Semua orang di kota itu sangat senang. Karena berkat bantuan Naga mereka kini tidak kedinginan lagi saat musim dingin.
Hidup Naga menjadi lebih berarti dibanding sebelumnya. Semua makluk hidup diciptakan bagi sesamanya. Nah, kalian juga pasti mau kan membantu sesama seperti Sang Naga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dongeng untuk Aku dan Kau
De TodoIni adalah beberapa ceriata dongeng yang pernah menghiasi hidupku dimasa kecil. Semoga kalian senang membacanya. TERIMA KASIH