Part 1

136 21 5
                                    

"Kita mau kemana Zach?" tanya Stella saat Zach -pacarnya mendudukkan bokongnya di jok mobil Lamborgini Gallardo hitam miliknya.

"Kita mau ke rumah sakit Stell." kata Zach sambil menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Ke rumah sakit? Memangnya ada apa?" katanya sambil menatap Zach dengan serius.

"Mario dioperasi. Kecelakaan. Dengan truk," kata Zach sambil tetap menatap area taman yang mulai menggelap.

"Siapa?" tanya Stella memastikan pendengarannya tidak salah. Seingatnya tak ada saudara Zach yang bernama Mario.

"Dia saudara tiriku. Lebih tepatnya calon saudara tiriku. Ayahku dan Carrisa akan menikah. Maaf aku tak menceritakannya padamu Stell," lanjutnya dengan lirih.

"Carrisa sudah memiliki anak? Kukira dia belum menikah. Ia terlalu cantik dan wajahnya cukup muda untuk wanita seusianya Zach." kata Stella mengabaikan kalimat terakhir ucapan Zach.

"Kau tak marah padaku?" tanya Zach sambil memberhentikan mobilnya.

Bukan, bukan karena shock, kaget atau lainnya. Ini karena mereka telah sampai di rumah sakit tempat Mario dirawat.

"Tentu saja tidak. Memangnya ada apa dengannya?" tanya Stella sambil melepas seat belt nya.

"Tidak ada. Ayo cepat." kata Zach sambil keluar mobil.

Ia berlari kecil memutari mobilnya dan membukakan pintu untuk pacarnya, Stella Azylia. Bahkan disaat seperti ini pun ia masih romantis.

Zach berlari kecil memasuki rumah sakit sambil menggandeng tangan Stella.

"Pasien bernama Mario Riccardo" kata Zach pada salah seorang resepsionis.

"Mario Riccardo" ulang Zach saat resepsionis itu tak kunjung menjawabnya.

"Eh, iya. Maaf. Pasien bernama Mario Riccardo masih diperasi di ruang op
erasi. Disebelah sana. Ruang paling selatan disebelah utara" kata resepsionis itu sambil menunjuk ke lorong disebelah kanannya

Zach lalu berlari kearah yang ditunjuk resepsionis itu -dan tak lupa menarik tangan Stella yang sudah sedikit memerah karena cengkraman Zach di pergelangan tangannya

Dari kejauhan Zach melihat Carrisa duduk menunduk di salah satu sofa dengan keadaan sangat kacau. Rambutnya yang biasanya tertata rapi kini tak beraturan. Dan wajahnya yang biasanya fresh terlihat pucat.

"Carrisa..." teriak Zach dari radius 5 meter dari Carrisa. Ya, Zach memanggil calon ibu tirinya hanya dengan namanya saja.

Hey, jangan salahkan Zach karena dia memanggil Carrisa dengan namanya saja. Carrisa yang memintanya. Carrisa tak ingin ada kecanggungan antara ia dan calon anak tirinya.

Carrisa yang mendengar namanya disebut, segera mendongak dan melihat Zach berlari kearahnya sambil menarik Stella

"Bagaimana keadaan Mario?" tanya Zach sambil mengatur nafasnya

"Dia masih dioperasi didalam." kata Carrisa murung. Tatapannya lalu beralih ke Stella yang meringis. Lalu beralih ke Zach

"Dan apa-apaan kau ini Zach! Aku tau kau khawatir dengan Mario. Tapi lihatlah anak gadis yang kau seret itu."

"Memangnya Stella kenap-" ucapan Zach terhenti saat ia berbalik kearah Stella yang berdiri dibelakangnya sambil meringis

"Stella? Kau kenapa? Stella?" tanya Zach khawatir.

Stella semakin menahan sakit saat Zach makin mencengkeram pergelangan tangan Stella.

Carrisa yang melihat itu pun semakin kesal dengan Zach

"Yang terhormat Tuan Zach, tolong lepaskan cengkraman tanganmu yang kasar itu" kata Carrisa menaikan suaranya satu oktaf sambil melepas cengkraman tangan Zach di pergelangan Stella

Hari ini adalah hari Minggu. Rumah sakit ini teelihat lebih sepi dibanding hari-hari biasanya. Itulah sebabnya Carrisa leluasa sedikit -atau banyak berteriak pada Zach

"Ya ampun, maafkan aku Stell, Sakit?" tanya Zach khawatir seraya melihat pergelangan Stella yang kemerahan

"Tidak apa Zach" kata Stella sambil memasang senyum -terpaksanya

"Benar?" tanya Zach sambil mengangkat lengan Stella berniat melihat pergelangannya lebih dekat

"Auw" Teriak Stella tertahan

"Kau tak pandai berbohong nona Azylia. Sekarang ayo ikut aku, kuantar kau mengobati lukamu itu. Tidak apa kan Carrisa?"

"Harusnya kau melakukan itu dari tadi Zach" ucap Carrisa ketus

"Baiklah ayo" kata Zach

"Zach!" kata Carrisa ketus. Yah, Carrisa sudah sedikit melupakan tentang Mario yang kecelakaan.

"Kau mau membuatnya semakin memar?" tanya Carrisa ketus saat melihat Zach akan menggandeng -lebih tepatnya menarik pergelangan Stella lagi

"Oh, maaf. Maaf Stell aku lup-"

"Keluarga pasien Mario" kata dokter yang keluar dari ruangan tempat Mario dirawat

"Saya ibunya dok" ucap Carrisa spontan lalu berjalan cepat kearah dokter itu

"Saya kakaknya dok" sahut Zach tak kalah cepat

Terasa sedikit kebahagiaan di hati Carrisa saat Zach -calon anak tirinya mencemaskan Mario mengatakan Zach adalah kakak Mario. Mengingat selama ini hubungan Zach dan Mario tak terlalu baik.

Namun, kebahagiaan itu meluap setelah dokter melanjutkan kalimatnya.

"Maaf, kami hanya bisa sampai sini."

Setetes bulir bening jatuh membasahi pipi hingga dagu Carrisa.

"Jantung saudara Mario sudah tidak berdetak."

DEG

Wajah Zach dan Carrisa langsung memucat. Stella yang mendengar itu pun langsung menahan nafasnya hingga Carrisa menyadarkannya

"Saya mohon lakukan apa saja demi menyembuhkan anak saya dok. saya akan bayar berapapun." ucap Carrisa

"Maaf bu, tapi--"

"Tolong dok" ujar Carrisa

"Dokterr, jantung pasien ini kembali berdetak. Dokter." kata seorang perawat dari dalam ruangan tempat mario dirawat

Dokter itu berjalan tergesa-gesa ke dalam ruang operasi

"Pasien bernama Mario ini masih hidup dok. Detak jantungnya sangat lemah hampir tak terdengar. Namun ia masih bernafas." jelas perawat itu sambil memegangi sebuah kaca kecil yang berembun didepan hidung Mario

"Tolong selamatkan anak saya dok" ucap Carrisa lirih

"Suster, jantungnya semakin melemah. Cepat ambilkan setrika kejut jantung." kata dokter itu sambil berbalik kearah suster yang membantunya

Tak sengaja ia melihat ke jendela dan melihat ekor yang disebut 'bintang jatuh'. Sesaat dokter itu terdiam.

'Dulu saat aku kecil, nenek sering menceritakan kepadaku jika kita membuat permintaan saat ada bintang jatuh maka permintaannya akan terkabul. Kumohon pasien bernama Mario ini bisa hidup kembali ya tuhan."

Namun terlambat, uap itu perlahan menghilang dan tak ada lagi

Mario meninggal. Benar-benar meninggal.

Fatto di StelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang