02

174 26 3
                                    

I fade away, lost inside a memory of someone's life, it wasn't mine

Ini hari kedua Calum di Australia, yaitu di Uni barunya, Alexandria College. Hari-harinya masih sama seperti biasa. Hambar, tak ada yang spesial.

Saat ia berjalan menuju garasi ketika sudah selesai sarapan, orang tuanya memanggilnya.

“Calum,” panggil Joy, ibu kandungnya.

“Apa, mom? Kalau kau ingin menceramahiku mendingan nanti saja,” balas Calum seadanya, karena ini sudah 6.35, dan kelasnya dimulai pukul 7. Belum lagi kalau jalanan Sydney bakal macet. Apa jadinya? Telat? Pasti. Dan ia akan notabene di cap menjadi 'brandal baru' disekolahnya. Ya kalian bayangkan saja, seseorang yang baru masuk ke sekolah baru pasti ia akan masuk lebih awal daripada teman-temannya untuk sekedar jaga image. Tapi, Calum beda.

“Bukan, Calum,” sergah Joy.

“Lalu?” Ia mendengus. Ini sudah siang, Tuhan.

“Tunggu Olivia, kalian akan berangkat bersama!” ucap Joy terus terang yang membuat Calum tersedak dan membelakakan kedua matanya.

“What the fuc-” ia menyumpah serapah dirinya— mungkin pada Ibunya juga.

“Language, Son.” tegas Joy.

“Okay sorry, fuck.” ucapnya meminta maaf tapi ia masih menyebutkan sumpah itu di akhir kalimat. Ibunya hanya menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang sedikit keras kepala itu.

Apa? Sedikit? Apa aku tidak salah dengar?

Tanpa Calum dan Joy sadari, ternyata Olivia sudah ada di dekat mereka. And its fucking 6.45, belum lagi masalah jalanan Sydney yang bisa saja macet setiap kali. Calum mendesah frustasi.

***

“Hhh,” desah Calum, ia mengerang, sudah 6.50 tapi ia masih ada kurang 2 km untuk sampai di Uni nya itu. “Fuck!” erangnya.

Olivia memandangnya takut sebelum ia angkat bicara. “Is everything okay?” kata Olivia menunduk. Calum hanya menghembuskan nafas panjang. “Ya menurutmu bagaimana?” balasnya jutek lalu dilanjutkan memutar bola matanya.

“I'm sorry for bothering you these 2 days, Cal. Aku tahu, kau sangat kerepotan menungguku, tapi itu demi kamu, Cal. Aku hanya ingin tampil yang terbaik didepanmu. Tapi, caraku salah, tidak seharusnya aku seperti ini, aku memang bodoh, Cal. Aku bodoh!” jelasnya kemudian ia menangis. Aku memukul dashboard. “Bisa diam tidak?” ucapku kepada gadis yang duduk di sampingku ini. Kan tidak lucu kalau Calum disangka pelaku pemerkosa wanita bernama Olivia di mobilnya ketika hendak ke kampus karena Calum memerkosa nya dengan sangat keras. Siapa yang mau melihat itu di berita televisi harian? Tidak ada. Ok cukup.

“Kau bisa menurunkanku disini kalau kau fikir aku merepotkanmu, Cal.” ucapnya menawarkan.

No, no, Mom akan marah jika aku melakukan itu. Jadi lebih baik kau diam saja, itu lebih baik, ok? Dan oh, lihat! Ini sudah pukul 6.55 dammit, stop menangis. Kita akan terlambat,” Calum terus saja mengoceh hal-hal yang tidak penting, bahkan sama sekali tidak penting. Tetapi Olivia tetap tertawa, tertawa hambar, tepatnya. Dia hanya ingin menghargai Calum,

Meski Calum tak akan pernah menghargainya, bagaimanapun caranya, kuulang, tidak akan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

invisible • calum a.u [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang