Part 2

1.7K 119 7
                                        

"Aww!" Erang Zeno jengkel bersamaan dengan seorang wanita yang tak sengaja ia tabrak. Kenyataanya adalah Zeno yang menabrak wanita tersebut karena saking asik dengan musik yang ia dengarkan.

"Kalo jalan liat-liat dong" ucap wanita yang ia tabrak.

"Yah sorry, gue juga gak sengaja" Bodohnya Zeno meledeni wanita tersebut dengan kata-kata ketus.

"Yeh.. lo minta maaf tulus kek! Buang-buang waktu gue aja" wanita itupun langsung pergi meninggalkan Zeno.

Zeno terbawa perasaan hingga ia tak sadar bahwa ayahnya sudah hilang ditelan keramaian. Namun, kakinya terasa menginjak sesuatu. Gantungan kunci beserta kuncinya. Gantungan yang menurut Zeno sangat norak dengan rancangan persegi panjang dengan warna merah, kuning, hujau, ungu, dan biru dengan tambahan emoticon tersenyum.

Pasti ini milik wanita itu, gue kerjain ah, batin Zeno.

Zeno lalu mengambil kunci tersebut lalu mengantonginya.

(***)

Zeno dan ayahnya akhirnya menginjak bandar udara Internasional Baiyun Guangzhou. Untungnya ayahnya yang memiliki kemampuan Bahasa Mandarin memuduhkan untuk berkomunikasi. Sayangnya Zeno hanya menguasai bahasa sehari-hari, itupun belum sangat fasih.

Zeno dan ayahnya menaiki taksi menuju Wangjing, tempat tinggal nenek dari ibunya. Jaraknya hanya 5 km dari pusat kota Beijing.

Rasa rindu dengan senyum merekah terpancar jelas dari sang nenek, ketika Zeno dan ayahnya sampai. Sang ayah memeluk rindu ibu dari almarhum istrinya.

"Aku sangat merindukanmu" ucap nenek tulus. Kini matanya tertuju pada Zeno sambil melonggarkan pelukan.

"Zeno.. kau Zeno, kan? Astaga tampan sekali" Zeno yang mendengarnya dirinya dipuji-puji tersenyum lebar.

"Aku rindu nenek" entah inisiatif dari mana Zeno langsung memeluknya.
Ayah dan neneknya hanya tertawa bahagia.

Beberapa saat kemudian, nenek menunjukan kamar sementara yang akan ditempati ayah dan Zeno untuk beberapa hari mereka di Cina. Ayahnya ditempatnya dikamar tamu yang hanya cukup untuk satu orang, sedangkan Zeno ditempatkan di kamar sepupunya yang tinggal bersama neneknya.

Berlahan Zeno membuka pintu kamar sepupunya itu, aroma mint menusuk hidungnya namun terasa segar. Seorang laki-laki berusia tiga tahun diatas Zeno sedang asik menarikan jemarinya di atas keyboard.

"Permisi" ucap Zeno kaku dengan bahasa mandarin.

"Ahh, Zeno! Ternyata kau sudah datang" laki-laki yang ada dalam kamar itu menghentikan aktivitasnya lalu membuka kacamatanya kemudian mematikan layar komputer di depannya.

"Xi Fan?"

"That's right!" Xi Fan memeluk ringan dan dibalas oleh Zeno.

"Terakhir kita bertemu waktu pemakakaman ibuku. Wah sekarang kau bermata empat ya" Kata Zeno.

"Ah kau ini, mataku ini aset berharga jadi harus dijaga" balas Xi Fan.

"Sebenarnya rumah nenek masih tersedia banyak kamar tamu, namun aku meminta nenek agar kau tidur satu kamar denganku" Xi Fan membatu membereskan barang bawaan Zeno.

"Kenapa begitu?" Tanya Zeno penasaran.

Xi Fan dengan senyum khasnya membalas, "Karena aku punya proyek besar untukmu"

"Aku tidak mengerti, apa maksudmu sebenarnya?" Tanya Zeno.

"Sesuai dugaanku, kau hanya tampak jenius, padahal nyatanya kau itu masih amatir" Xi Fan tertawa renyah.

Deg.

Zeno terdiam, kata-kata Xi Fan masih ia cerna untuk mengetahui maksud terselubung sepupunya itu. Pikiranya seakan mencari memori file. Dagunya terangkat untuk menangkap Xi Fan. Dengan keberanian yang mencul dan senyum semuringah Zeno beranjak dan menepuk pundak sepupunya itu, sepupunya pun menegok ke arah Zeno.

Pertemuan tak terduka, Zeno mendapatkan kuncinya.

"Bittersweet" Xi Fan tersenyum mengangguk.

Merasakan manis namun bersamaan juga merakan pahit.

To be continued

Pendek ya? Sengaja. Okay di tunggu VOMENT.

Diary of a Hacker  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang