Prolog

101 23 0
                                    

"Sebenernya yang gua suka itu lo, bukan siapa-pun lagi". Laki-laki berseragam sama seperti perempuan yang ada didepannya itu berkata dengan penuh keseriusan, wajahnya menegang menunggu jawaban dari pernyataannya.

Jantungku berdegup, rasa sesak seolah memenuhi rongga dadaku. Entah harus ekspresi apa yang aku keluarkan, yang aku tahu, aku hanya ingin secepatnya lari dari sini. Mungkin hanya itu opsi terbaik yang ku punya.

"Naff."

Tepat setelah berbalik, suara itu memanggilku. Kupercepat langkah sejauh mungkin. Sampai setidaknya aku tak terlihat lagi oleh mereka, ya mereka, aku hanya tak ingin mereka melihatku dengan keadaan seperti ini. Mengenaskan.

Tiba-tiba saja, aku terbangun di ruangan gelap dan dingin ini. Oh, ternyata ini kamarku.

Tapi, mimpi itu lagi...

Mengapa seakan-akan itu nyata dan terus menghantui. Dan apa ini?

Aku menangis?

TIMELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang