Extraordinary Night

100 8 0
                                    

Senja itu Max meneleponku mengajak aku pergi menemaninya ke sebuah pesta. Max menyuruhku berdandan secaktik mungkin. Aku heran, karena tak biasanya Max begini. Tapi aku menyiapkan diri untuk pesta itu menggunakan dress lengkap dengan tatanan rambut bak princess. Aku tak mau mengecewakannya hari ini. Tak lama menunggu, Max datang menjemputku dengan mobilnya yang mahal. Bagian atas mobil itu terbuka, sehingga perjalanan kami di warnai cahaya bintang yang begitu teduh dilihat. Hari ini Max berpakaian layaknya pangeran. Setelah melalui perjalanan kurang lebih setengah jam, kami pun tiba di pesta itu. Pesta yang diselenggarakan dekat menara eiffle itu memang sangat mewah. Di sana sudah banyak tamu yang datang. Tapi aku tak tahu siapa yang mengadakan pesta ini. Aku dan Max duduk di bagian paling depan dekat panggung. Di sana terlihat Ibu Meryl dan teman-teman Max juga. Aku rasa ini pesta ulang tahun kawannya. Ternyata bukan. Aku begitu terkejut saat lampu tiba-tiba padam. Aku tidak takut, tapi bingung. Beberapa detik kemudian lampu tiba-tiba menyala dan semua suasana berubah. Kini aku berada di atas panggung itu, tanpa aku tahu bagaimana aku bisa berpindah tempat. Saat ini aku berdiri di tengah panggung di sebelah kolam dengan cahaya lampu menyorot hingga terbentuk banyak bayangan. Sungguh indah pemandangan ini. Aku tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata. Aku heran, semua mata memandangku sekarang. Dan... Max. Dia berlutut dihadapanku saat ini. Aku semakin bingung. Panggung tempat aku berdiri sekarang naik keatas dan sampai di puncak menara eiffle. Aku bahagia sekali, hampir air mataku menetes. Aku tak tahu bagaimana Max bisa membuatnya begitu cantik. Mengemas acara ini dengan mulus. Sekarang, di bawah semua tamu sedang melihat ke atas menyaksikan kebahagiaanku dengannya. Max membuka sebuah kotak berisi cincin sambil berkata,

"Will you marry me?"

Disaat bersamaan ada lagu thousand years yang dimainkan dengan biola. Aku tak bisa bicara lagi. Kakiku gemetaran, bibir dan pipiku merona. Aku menangis lalu memegang tangannya. Dia memasangkan cincin itu di jari manisku.
Tiba-tiba..

"duar"

terlihat kembang api bertuliskan 'i love you' diujung langit. Aku sangat terharu. Max mengajakku berdansa dibawah seribu bintang di atas menara itu. Dia mencium leherku kemudian menatap mataku dalam.

Aku berkata padanya "i love you too Max"

Kini Max berdiri di depanku dan berkata, "Banyak wanita sempurna di dunia ini. Tapi hanya satu yang aku pilih menjadi pasanganku selamanya. Dia yang terbaik dari yan paling sempurna. Dan dia itu kamu"

Aku sanagt bahagia, entah bagaimana bisa aku mengungkapkan perasaan ini. Hatiku jatuh sejatuh-jatuhnya karena gravitasi cinta. Aku hampir tak sanggup bernafas. Sangat mustahil di percaya, tapi semua itu nyata!

Ibu Meryl berdiri di belakangku. "Aku merelakan Max hanya untuk orang yang ia cintai. Dan aku memilih kamu"

Malam itu tidak pernah bisa kulupakan seumur hidup. Aku menangis bahagia tak henti. Aku tak tahu bagaimana harus aku bersyukur. Aku tak pernah menyangka hari ini datang. Aku tak tahu bagaimana harus membawa hatiku pulang. Aku lupa cara marah dan kesal padanya. Aku menyesal...

Tidak mengetahuinya dari dulu. Aku merasa begitu telat mencintainya. Logika bertanya jika 1474 hari mencintainya mampu membuat aku tak bisa berbicara akankah seumur hidup di cintainya membuat aku bisu, lumpuh, dan buta?

Love In ThalasemiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang