Part 3 : Marnie Koor

37 7 0
                                    


Tak kusangka pelajaran hari ini selesai dengan cepat. Pelajaran berat yang kami satu kelas alami ini membuat tekanan kepada kami semua karena selama guru mengajar tak ada satu kalimat bahkan kata yang dia sampaikan tersimpan diotak kami mengingat kami selalu tegang selama pelajaran.

"Sungguh hari yang berat" kataku dengan diriku sendiri. Aku menghampiri James dan Katty yang sedang mengobrol. Aku melihat Scott masih asik dengan teman barunya dan 'calon' masa depannya, katanya.

"Dia senang sekali" kata Katty

"Yeah, dapat dilihat dari wajah dan nada berbicaranya. Tetapi saat aku perhatikan, hanya cowok kelas kita saja yang tergila-gila pada Lizzy tetapi aku tidak mendengar cowok dari kelas lain membicarakannya. Jangan-jangan dia mempengaruhi anak_anak kelas kita saja?" kataku dengan wajah bertanya-tanya

"Itu tidak mungkin. Kalian bisa lihat dari parasnya, Lizzy benar-benar cantik. Mungkin kalian belum mendengar dari cowok kelas lain yang melihatnya. diakan baru saja pindah ke sekolah ini, pasti baru sedikit yang mengenalnya"

"Itu benar yang dikatakan James. Coba Marnie lihat, hanya James sendiri yang tidak terpengaruh oleh kecantikan Lizzy" kata Katty

"Aku tidak tertarik dengannya sama sekali. Tidak salah kalau mereka mengatakan kalau Lizzy cantik tetapi kecantikan bukanlah segalanya"

"Oww.. seram" kataku dan Katty bersamaan

"Sudahlah. Katty kenapa kau semalam menelfon kami bertiga? Ada yang kau ingin katakan?"

"Ahh itu, sudah jangan dibahas lagi. Itu hanya halusinasiku yang aneh dan lebih baik tidak usah diingat" jawab Katty dengan raut wajah yang berubah. Aku tahu dia sedang menyembunyikan sesuatu dari kami. "Lain kali saja aku bicarakan dengan kalian. Aku dalam keadaan hati yang senang jadi jangan diganggu moodku untuk saat ini, oke?"

"Oke, kami menghormati privasimu" jawabku. Aku juga, aku sudah tidak ingin mendengar sesuatu yang mistis karena aku mulai sensitive dengan itu. Setiap kali aku melihat lenganku yang meninggalkan bekas luka disana, aku selalu teringat kejadian tempo lalu. Betapa menakutkannya yang aku alami dengan Katty hampir sama. Kakiku diseret dilorong lantai dasar tetapi tidak ada orang disana.

Kami bertiga meninggalkan Scott yang sibuk sendiri dengan urusannya dan memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Pada saat kami keluar dari sekolah kami tetapi kami belum melewati gerbang tersebut entah mengapa aku menatapi gedung tua sekolah kami yang berada diseberangnya. Gedung tiga lantai disana berdiri kokoh tetapi sudah tidak terawat lagi. Seseorang laki-laki tidak jelas muda atau tua memakai seragam kebersihan sekolah sedang membersihkan area gedung itu.

"Aku baru tahu petugas kebersihan sekolah ditugaskan juga membersihankan area gedung sekolah tua itu. Sudah lama sekali rasanya" kataku sambil menunjuk kearah petugas itu

"Iya sudah lama sekali. Jessy yang memberitahuku" kata Katty. "Jessy melihat petugas juga membersihkan bagian dalam gedung tersebut. Bukan hanya petugas tetapi beberapa murid juga membantu dan bermain disana"

"Mungkin pihak lain ingin menggunakan gedung itu lagi untuk kelas mengajar tambahan, kegiatan sekolah lainnya atau organisasi tersembunyi hahaha" kata James

"Tidak mungkin, gedung yang baru saja mempunyai banyak ruangan kosong. Tetapi aku pikir itu untuk menghilangkan suasana 'dingin' disana saja" ucap Katty . "Sudahlah kita pulang saja. Ayahmu menjemputmukan, Mar?"

"Iya, biasalah ayahku. Nah, itu dia mobilnya baru saja kita bicarakan hahaha. Kalau begitu aku duluan semua, dah" kataku kepada mereka berdua dan cepat-cepat masuk kedalam mobil. Didalam mobil ayah tidak sendiri. Ada tiga teman ayah, ayah dan supir yang biasa mengantarku. Ayah membawa mobil berkapasitas besar jadi muat untuk 5 orang lebih. Sudah rutinitas atau kebiasaan ayah membawa teman rekan kerjanya ke kantor bersama sesudah meeting atau makan.

"Om" sapaku dan tersenyum kepada teman ayahku. Aku duduk dikursi paling belakang bersama teman ayahku. Seteh beberapa menit berjalan teman ayahku mulai berbicara.

"Aku ada disini karena kau" katanya dengan nada suara rendah serak

"Apa maksud dari perkataan paman?" tanyaku bingung. Dia disini karena rekan kerja ayah tetapi dia mengatakan itu. Mungkin saja dia teman ayah yang pernah ayah ceritakan yang selalu menemaniku waktu aku kecil.

"Kau menggangu anak"

Perkiraanku salah. Aku mulai tidak mengerti apa yang dia maksud. aku mulai berfikir kembali, mungkin dia ayah dari salah satu orang yang pernah aku omeli saat organisasi sekolah, tetapi itu merupakan hal yang wajar. Aku melihat ayahku menoleh kebelakang tetapi kembali menoleh kedepan. Setelah teman ayahku mengucapkan kata-katanya aku terdiam tanpa bersuara sedikitpun. Sesampainya dirumah aku langsung pergi kedalam sedangkan ayah kembali bekerja. Disana ada bibi yang sedang merapikan tumpukan pakaian kotor.

"Nona sudah pulang" katanya ketika melihatku.

"Iya. Bi, tolong siapkan makanan ya, aku sangat lapar. Nanti dibawa kekamarku ya" kataku meninggalkan bibi dan pergi kekamarku yang berada dipojokan ruangan. Aku mengecek apakah ada pesan masuk atau tidak. Tak lama kemudian bibi masuk dengan membawa makanan yang aku minta tadi.

"Bi, ini banyak sekali" kataku ketika melihat banyak makanan yang bibi bawa untukku

"Bibi pikir ini akan cukup" katanya. "Jika ingin sesuatu, tinggal panggil bibi saja"

"Hmm?"

Aku mulai berpikir apakah aku sanggup memakan ini semua sampai habis.

***

Aku hanya bisa menatap layar ponselku menunggu pesan dan telfon masuk untuk memastikan siapa yang duduk disebalahku saat dimobil siang tadi.

Aku : Ayah, kau dimana? Aku ingin tanya, tadi rekan kerja ayah yang disebelahku itu siapa? anaknya sekolah ditempat yang sama denganku?

Ayah : Ayah bingung apa yang kau katakan? Saat dimobil kau duduk sendiri.

Aku : Tidak, aku yakin ada seseorang teman ayah yang duduk disebelahku.

Ayah : Hmm... Mungkin ayah lupa atau tidak melihatnya. Ya, mungkin saja salah satu teman ayah yang duduk paling belakang

Aku : Ayah jawabr pertanyaanku dong, teman ayah itu anaknya sekolah ditempat yang sama denganku?

Ayah : Ayah saja tidak tahu kau membicarakan teman ayah yang mana. Sudahlah ayah sedang sibuk. Ayah jawab saat ayah pulang minggu depan

Aku : Ayah tidak pulang lagi? sudah seminggu ayah tidak pulang kerumah

Ayah : Jangan manja. Ada bibi yang menemani.



Dark Next to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang