Prolog

2K 28 2
                                    

Ayahku —seorang warlock yang sangat hebat— telah membuatkan sebuah kastil untukku. Kastil yang selalu kuimpikan sejak berumur 4 tahun. Sebuah kastil yang sangat besar dan terbuat dari kaca.

Ayah membangunnya untukku ketika aku berulang tahun ke 13. Yaitu ketika aku mendapatkan kekuatanku sebagai penyihir.

Banyak dongeng penyihir yang menceritakan tentang kastil kaca. Ayah dan Ibuku telah membacakan dongeng tersebut berkali-kali kepadaku. Aku sangat menyukai dongeng tersebut. Tapi menurut penyihir atau warlock yang lain, dongeng ini lebih seperti legenda atau sejarah.

Dari dongeng yang kudengar berkali-kali itu disebutkan bahwa kastil kaca tersebut akan mendatangkan kebahagiaan yang sangat sempurna atau kesengsaraan yang teramat sangat. Hal ini tergantung pada hati si pemilik. Jika pemilik kastil ini memiliki hati yang baik, dia akan memiliki kebahagiaan yang sempurna. Tetapi jika pemilik kastil ini berhati buruk, maka si pemilik akan merasakan kesengsaraan yang teramat sangat.

Awalnya, Ayah segan untuk membangun kastil tersebut untukku. Yang akhirnya aku tahu bahwa alasannya adalah; dia tidak mau mengetahui anak yang sudah ia besarkan ternyata berhati buruk. Namun akhirnya setelah aku meyakinkannya bahwa aku akan menerima bagaimanapun hasilnya, Ayahku berjanji akan membangunnya untukku.

Aku yakin dongeng ini benar dan berharap bahwa hatiku bukanlah merupakan hati yang buruk.

Setelah ayah akhirnya selesai membangun kastil megahku, akupun mengetahui sepertinya hatiku tidak terlalu buruk.

Siang yang cerah, ketika aku bermain di puncak teratas kastil kacaku, aku menyadari seseorang datang ke kastilku. Bukan Ayah atau Ibuku, tetapi aku mengenalnya. Oh, dia adalah pamanku. Aku tidak perlu melongok lewat jendela, hanya perlu menengok ke bawah. Karena tentu saja lantai kastil ini terbuat dari kaca. Aku selalu memastikan bahwa aku tidak memakai rok saat bermain di kastil ini.

Paman memanggilku dari bawah sana dengan panggilan kesayangannya untukku, "Zedileenku yang manis,". Aku pun tersenyum dan turun menghampirinya.

Tapi ternyata, Pamanku tidak pernah menyayangiku. Dia membunuhku saat itu juga dengan kutukan yang sangat mengerikan. Rasa sakitnya tidak pernah kulupakan. Bahkan sampai sekarang, ketika jiwaku telah terpisah dari tubuhku. Ketika hanya arwahku yang tersisa.

Aku bersumpah akan membalas dendam kepada pamanku.

Atau kepada orang-orang yang hendak memiliki kastil yang sekarang menjadi milik pamanku.

Aku akan selalu melindungi yang berhati baik supaya bisa merampas kastil ini dari pamanku.

~Prolog End~

Bring me to the Castle of GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang