(Louis POV)
Seusai pemotretan, kami tidak langsung beristirahat. Aku, Calum, dan Luke bersantai-santai di Starbucks. Bisa dipastikan ada paparazzi. Ini yang ku tidak suka kalau aku bersantai dengan artis. Well, aku juga punya penggemar. Maksudku, tidak selamanya aku menjadi fotografer. Aku juga model. Hanya saja, waktuku lebih banyak untuk memotret orang.
"Louis, jujur saja. Aku bosan melihatmu terus melajang." ucap Luke.
"Luke benar. Aku saja yang melihatmu sendiri saja bosan. Apalagi kamu." celoteh Calum.
Kedua pasangan itu tertawa terbahak-bahak. Mereka puas ya, mengejekku? Oh pasti puas. Lihat saja bagaimana mereka tertawa.
"Haha, very funny." ucapku sarkastik.
"Ayolah, Louis. Kami hanya bercanda. Yaampun.." ucap Calum. "Omong-omong, kapan pemotretan perdanamu dengan Harry?" tanyanya.
"Besok lusa." jawabku singkat.
"Kukira besok, Lou. Kenapa diundur?" tanya Luke sambil meminum Vanilla Latte-nya.
"Dia sedang di New York. Sehabis penampilannya di MSG, ia akan kembali ke London. Jadi ku hubungi manajernya yang bernama Liam untuk mengundurnya agar ia bisa beristirahat." jawabku panjang lebar.
"Liam? Liam Payne?" tanya Calum.
"Yup. Memang ada apa?"
"Tidak. Suaminya yang bernama Zayn Malik itu adalah teman masa kecilku. You know what? Payne family have a special gift. Something that maybe me or Luke don't have."
"Memang kenapa?"
"Zayn bisa hamil."
"What? You can't be serious."
"Oh yeah, I'm serious. Zayn itu sudah punya 4 anak dari hasil hamilnya."
"Ya ampun.." ucapku dengan rasa kagum. Aku ingin punya anak dari darahku sendiri seperti Liam dan Zayn. Kuharap ada keajaiban suatu saat nanti.
(Harry POV)
Selesai. Hari ini sudah selesai. Sekarang aku akan kembali menuju London. Akhirnya, setelah melewati masa-masa penat, aku bisa beristirahat. Dan Luke akan menjemputku besok di bandara.
Aku duduk sambil menunggu panggilan pesawat. Aku sedang memainkan iPhone 6 plus-ku, membuka twitter, dan aku mengecek notifications. Aku melihat bahwa Louis Tomlinson mengikutiku di twitter.
Louis Tomlinson mengikutiku di twitter. Sengaja diulang biar greget.
Aku pun men-stalk akunnya. Padahal aku tidak mengikutinya. Dia kalau tidak salah adalah fotografer yang akan memotretku besok lusa. Hmm... Dia sangat tampan. Lalu aku tidak sengaja mengklik foto Louis sedang topless. Biseps dan abs-nya tidak terlalu besar tapi itu berhasil untuk membuatku terkagum-kagum. Kurasa dia orang yang baik, jadi aku akan berkenalan dengan dia, kita berteman.
Atau mungkin sehabis itu, kita akan lebih dari teman. Oh Styles no.
Oh Luke meneleponku. Nada deringku berbunyi lagu Dessert. "Yeah, Luke?" "Kapan kau sampai?" tanyanya.
"Besok jam 8 pagi. Memang kenapa?" tanyaku.
"Aku akan mengajakmu berbelanja. Suamiku akan ke California dan aku tidak ada teman berbelanja."
"Apakah penting?"
"Penting? Kau tanya 'apakah penting'? Styles, itu sangat penting. Lipstick, lipbalm, concealer, blush on, dan eye shadow ku habis."
"Tolong gunakan bahasa 'Manusia'. Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, Luke."
"Oh duh, whatever. But please.. Temani aku yaaa..?"
"Baiklah. Akan kutemani." lalu kudengar panggilan pesawat menuju London berbunyi. "Luke, aku akan naik pesawat. Sudah ada panggilan. Sampai jumpa nanti, Luke." tanpa menunggu dia mengucapkan 'bye'. Aku berjalan menuju passing dan masuk ke first class bersama Liam. Liam masih sibuk menelepon Zayn. Ia minta dijemput. Jadi, akupun duduk dan lama kelamaanpun aku tertidur.
(Luke POV)
"Louis, kau mau tidak ke bandara dan temani aku?" tanyaku sambil meneleponnya. "Tentu. Besok hari Minggu, aku bebas. Memang ada apa ke bandara?" tanyanya.
"Menjemput Harry. Dia akan tiba jam 8 pagi."
"Oh begitu. Baiklah."
"Dan tolong juga antarkan kami ke mal. You know... Aku belum lulus mengemudi dan aku masih berlatih dan Harry pasti capek kalau dia yang menyetir."
"Yup, ok. Sure. Aku juga akan berkenalan dengannya. Lagipula hari Senin aku ada pemotretan dengannya. Jadi aku harus mengenalnya, so.. Yeah, ok."
"Ok, baiklah. Jemput aku di rumahku jam 7."
"Yeah, sure."
"Ok thank you, I'll see you tomorrow morning. Bye."
Great. Dirumahku sekarang hanya ada aku. Dan beberapa pembantuku. Ok. Sekarang aku akan mencoba tight mini-skirt yang baru kubeli. And... Great its nice!! But... cramp!! Aku ingin mual rasanya. Kucepat lepas rok-ku dan menggantinya dengan dark blue leggings lalu ku ke kamar mandi dan yeah, I'm vomit. A lot.
Hot here. Aku pun menguncir rambut halus panjangku dan kubuat messy bun. Lalu, kembali mual lagi dan muntah lagi. Aku pun berteriak "Becca!!! Rebecca!!" dan ia pun datang. "Ada apa Mrs. Hood?" yup, Mrs. Hood. I'm Mrs. Hood.
"Tolong antarkan aku ke kamarku. Aku muntah. Cepat."
"Baiklah, mrs. Hood."
I flushed my toilet and go to my bedroom. Dan dia membantuku ke kamar dan membantuku berbaring. "Mrs. Hood, Mrs. Fletcher akan merawatmu. Saya akan melanjutkan tugas saya membereskan dapur." ucap Becca. "Baiklah. Lakukan tugasmu." lalu Mrs. Fletcher seperti memeriksa perutku dengan cara yang bisa dibilang aneh.
"Excuse me, Mrs. Hood. Kapan terakhir kali anda berhubungan dengan Mr. Hood?"
"Umm.. Sebulan yang lalu?"
"Is he wore a condom?"
"No.."
"Ah yeah, kau hamil dan ada anak kembar disana."
"WHAT? AKU MEMANG MENGINGINKAN ANAK TAPI AKU TAK PERCAYA!"
"Tapi, Mrs. Hood... Kadang pemeriksaanku mungkin salah. Tapi apa salahnya mengecek di rumah sakit."
"Ide yang bagus. Terima kasih Mrs. Fletcher."
Lalu dia memintaku untuk meminum teh hijau yang sudah ia bikinkan, meminum segelas air putih, dan obat. "Mrs. Hood, kapan kau akan ke rumah sakit?" tanya Mrs. Fletcher.
"Mungkin besok."
"Baiklah, istirahat yang nyaman. Mrs. Hood."
"Terima kasih." ia pun tersenyum dan perlahan-lahan menutup pintu. Ia pun keluar.
Kurasa mungkin tidak ada masalah mencoba untuk memakai pregnant tester. Aku menyimpannya karena dulu aku terobsesi memiliki anak. Aku pun bangun dan membuka isi laci disamping tempat tidur yang atasnya menjadi meja lampu tidur. Dan aku bergegas menuju toilet. Dan ketika kulihat hasilnya, aku hamil.
Aku. Hamil. dan Hasilnya po-si-tif.
A/N:
Seperti biasa. Chapter pendek :v btw gue makasih banget buat DOLLARRY yang udah lanjutin chapternya, itu keren ceritanya. Sebagai balesan, gue dedicate buat dia.
Happy, Larry, Peace,
Hazel xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph l.s. (Larry Stylinson AU) (SLOW UPDATE)
Teen FictionCinta itu buta. Tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, tidak mengenal situasi, tetap saja cinta akan membawamu untuk jatuh cinta. LARRY, CAKE, ZIAM AU