-Cancel

233 12 9
                                    

"Mwo?? Travel Guide?! Apa kamu itu artis yang kekurangan uang makanya mau cari kerja sampingan?!" Pagi itu menejer Park kaget setengah mati setelah mendengar Kim Woobin memintanya mencancel seluruh job Woobin yang berhubungan dengan dunia keartisannya selama dua minggu, hanya karena harus menjadi seorang travel guide.

"Ini terpaksa, hyung... aku tidak mungkin menolak permintaanya. Ia sudah banyak membantuku kemarin malam." Kilah Woobin saat ini ia duduk di sofa ruang tamu rumahnya.

Menejer Park berjalan mendekati Kim Woobin dan memeriksa kening Woobin, "ada apa denganmu? Apa kau sakit? Apa semalam seseorang telah menghipnotis artisku hingga menjadi gila begini??" Tanyanya kuatir.

Woobin memutarkan kedua bola matanya dengan malas, "aniyaa... yang ada semalam aku keburu akan mati gara-gara para fans kalau turis dari Indonesia itu tidak menolongku." Ceritanya.

"Begitukah? Jadi cuman gara-gara dia nolong kamu dari kejaran para fans. Makanya kamu mau ngecancel jadwalmu selama dua minggu??" Ujar menejer Park sarkastik.

"Kau tidak tahu hyung... dia sudah banyak menolongku. Kalau saja dia tidak----"

"Ok. Baiklah." Menejer Park mengangkat satu tangannya untuk memotong pembicaraan Woobin. "Biar aku tahu kau tidak dihipnotis, ada baiknya kau ceritakan dulu bagaimana kejadiannya semalam itu?" Pintanya.

Woobin hanya mengangkat bahunya. Ia tidak keberatan jika menejer Park meminta ceritakan bagaimana pertemuannya dengan Zahra perempuan berkerudung biru semalam.

****

"Ah, tidak apa-apa. Biar aku saja yang bayar. Take it easy..." Kata Kim Woobin setelah memenangkan perdebatan kecil dari Zahra tentang 'siapa yang harus membayar pesanan kebab mereka. Tapi Zahra masih saja bersikukuh untuk membayar, mau tak mau Woobin harus berdiri cepat dari kursinya dan berjalan menuju meja kasir.

"Thank you. Gamsahamnida!" Senyuman Zahra terbentuk saat melihatnya.

"Ne, Gwenchana." Balasnya

Memang sudah seharusnya kan Woobin kudu membayar kebab yang barusan ia dan Zahra makan tadi. Apalagi ia adalah seorang pria. Pasti gengsi-lah jika perempuan yang harus bayar.

"Berapa semuanya?" Tanya Woobin ketika sudah sampai di depan kasir.

"Semuanya 25000."

"Ok." Woobin memeriksa saku celana jeansnya berniat mengambil dompetnya, "Mwo?!" Pekiknya kaget. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres sekarang.

Kemana dompetnya?!

Woobin ingat betul. Ia selalu menyelipkan dompetnya di saku belakang sebelah kanan celana jeansnya. Tetapi sekarang dompetnya tidak ada.

Dengan gusar, Woobin mulai meraba-raba seluruh saku celana jeansnya maupun kantong jaket yang ia kenakan. Hasilnya nihil. Dompetnya sama sekalih tidak ada. Seperti raib entah kemana.

"Kenapa?" Tanya Zahra yang sudah ada disampingnya. Ia menghampiri Woobin setalah menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan gerak-gerik Woobin barusan di depan kasir.

"Err...nothing...." Jawab Woobin menggeleng pelan dan mencoba bersikap biasa saja.

Hanya saja ia tahu jawaban itu tidak akan menutupi wajahnya yang sudah gelisah dan berkeringat dingin mencoba mengingat dimana dompet sialannya dia taruh tadi.

"Ow--okay... kalau begitu. I will treat you to dinner, Kim." Kata Zahra tersenyum.

Untungnya ia cepat menyadari situasi yang dihadapi pria di depannya ini.

Something Different {Kim Woo Bin Fanfiction}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang