Part 1-Join Hands

219 33 16
                                    

Aku tak tau, berawal dari jabatan tangan antara dua orang yang merasa seolah mereka sama, bisa membawaku sejauh ini.

Tanpa sebuah perjanjian, atau hal sejenisnya. Itu hanya tentang jabatan tangan sesudah kesepakatan.

Antara dua orang yang sama-sama sedang merasakan rasanya apa itu cinta bertepuk sebelah tangan.

Sama-sama mengetahui dan merasakan bagaimana sebuah proses untuk menjadi cinta yang utuh, penantian yang tanpa tau sampai kapan akan berakhirnya, pengorbanan, atau bahkan saat dimana kita harus merelakan.

Kami mengalaminya.
Aku dan dia.

Kadang aku berpikir dia sangat mirip denganku, dia aku versi wanita. Bagaimana caranya berpikir atau bertindak, dia sepertiku.

Dan aku, aku bukan 'aku' lagi saat berhadapan dengannya.

Satu-satunya orang yang membuatku tak bisa berkutik dan hanya menuruti titahnya seperti seorang pengawal.

Tatapan mengintimidasi serta senyum mengejeknya yang mirip denganku, aku tak bisa melawannya.

Dan itu tidak berlaku kepada selain dia. Wanita dengan pikiran logis, selogis-logisnya.

Dan dia, ehmm..
Istriku yang super sibuk dengan segudang pekerjaannya yang tetap selalu menomor satukan diriku.

Wanita yang semua orang katakan cantik, memiliki pribadi yang baik, koki handal, didukung dengan pekerjaannya yang jauh dari kata biasa-biasa saja.

Satu kalimat yang menggambarkan dirinya adalah..

Dia sembilan puluh sembilan persen hampir sempurna.

Siapapun yang menatapnya akan dikatakan bodoh jika sedetik saja mengalihkan pandangan ke arah lain.

Yang benar saja, mahakarya tuhan ada disini. Dan aku tidak ingin berkhianat dengan mengatakan aku membenci kehadirannya.

Rapat penting, klien luar negeri, tender menguntungkan?

Itu tak lebih penting baginya dibandingkan pulang secepat kilat karena aku memintanya pulang untuk memasakkan ku sesuatu hanya karena aku menginginkannya.

Tak ada yang berhak mengatakan aku egois atau apapun selama dia tak mempermasalahkannya.

Aku juga tak ingin mengambil pusing dengan memikirkan hubungan seperti apa ini.

Kami menikah tanpa perjodohan. Tanpa cinta, melakukannya dengan kesadaran penuh.

Alasan?

Aku hanya tau, gadis istimewa ini sama sepertiku. Gadis yang sama-sama hancur hatinya sepertiku. Menyembunyikannya dengan senyum paksaan yang terlihat mengenaskan, lagi-lagi sepertiku.

Dan kami hanya mencoba untuk memulai sebuah hubungan normal yang biasa orang lain jalani dengan ikatan yang lebih dalam dan sah.

Berharap hati yang sudah hancur tak berbentuk ini bisa menyatu kembali oleh orang baru dan perasaan yang baru.

Mencoba untuk saling mengerti, berbagi senyuman tanpa menoleh kebelakang.

Dan pilihanku jatuh padanya. Seseorang yang sama terlukanya sepertiku.

Jika dia berbicara tentang pangeran kuda putihnya yang pergi, maka aku berbicara tentang aku yang kehilangan Cinderella ku.

UNASKED FEELINGS ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang