Kakiku bergerak tak nyaman menyusuri lorong panjang dengan susana ramai akan penjenguk dan pasien yang berlalu lalang untuk sampai di ruang inap yang tadi pagi kutinggalkan.
Tentu saja dengan sebuah alasan.
Pintu kubuka perlahan, menyajikan sebuah sapaan hangat lengkap dengan sebuah senyum manis yang terukir di samping cekukan tipis di pipi tirus itu.
Aku tersentak mendengar namaku dipanggil dengan keras.
Aku berjalan ke sisinya dengan tangan yang masih berada di tengkukku.
"Maaf aku melamun tadi, gimana? apa udah lebih mendingan?"
"Ya, meskipun agak mual waktu nyium parfum kamu waktu kamu jalan kemari."
Aku bergerak menjauh beberapa langkah darinya dengan spontan.
Apa yang dikatakannya tadi tak salah kan? Aku tentu tau jika itu berarti aku yang membuatnya kembali mual-mual saat berada di dekatku.
Tampak dari wajahnya yang hampir kehilangan warna yang tampak menyerngit tak sedap saat aku mendekatinya.
Pikiranku campur aduk, dengan cepat aku mencari kontak seseorang di ponselku dan menelponya. perlu beberapa detik sebelum suara berat di ujung telpon menyepa indra pendengarku.
"Hal-"
"Abang kapan kemari? Kakak sendirian disini. Aku harus pulang."
Tanganku terulur ke arahnya dengan sebuah kantung kecil berbahan karton yang di dalamnya berisi sekotak strawberry segar yang kupilih sendiri untuk kuberikan padanya.
Tangannya bergerak ke depan dengan sebuah gelengan singkat di kepalanya.
"Aku gak suka buah itu sekarang. Maaf ya.. ngerepotin kamu lagi."
"Gak papa kok, aku harus pulang."
Aku berbalik dan hendak menggapai kenop pintu sebelum suara manis itu membuat langkahku tertahan.
"Ref... kamu baru datang, mau balik aja?"
"Bang Edo bakal datang bentar lagi. Aku harus balik"
Aku berbalik dan menyunggingkan senyum singkat lalu memutar kenop pintu dan segera keluar dari sana.
Ini rekor.
Menit tercepat aku meninggalkannya jika waktu-waktu sebelumnya dia yang harus memaksaku untuk pergi dari hadapannya.
Tanpa alasan yang jelas, ada perasaan tak nyaman yang bersarang di hatiku saat menemuinya.
Perasaan yang membuatku dengan segera pergi dari hadapannya setelah tau dia baik-baik saja.
Aku bahkan tak tau urusan apa yang kumaksud. Aku hanya ingin pergi menjauh darinya dan menenangkan hatiku yang terasa tak nyaman ini.
***
"Aku ingin bertemu direktur"
"Mohon maaf, direktur sedang makan siang dan membahas beberapa hal bersama para kolega di restoran seberang jalan sana. Apa saya perlu membuat janji untuk anda?"
Ucapnya setelah menerima telepon yang membuatku menghela nafas jengah.
"Tak perlu, sudah berapa lama?"
"Baru saja, sekitar satu jam yang lalu. Anda ingin menunggu Pak?"
"Terima kasih"
Aku keluar dari gedung besar bertingkat ini dengan langkah kilat, berjalan masuk ke mobil lalu melajukannya ke-- kemana tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
UNASKED FEELINGS ( On Going )
RomanceRefis memutuskan untuk menikah dengan gadis pilihannya sendiri. Gadis baik-baik dengan latar belakang tak kalah baik yang disukai semua orang. Apakah dia akan mencintainya? Dia hanya memilih seorang gadis yang dikiranya pantas untuk memulai hubungan...