Akhir-akhir ini Clary sudah terbiasa bangun pagi dari biasanya karena anjing baru yang baru saja diadopsi Ayah nya dari penampungan selalu menjilati wajah nya setiap pagi. Ia sudah membersihkan wajah dan tentu saja tubuh nya , lalu ia menyusuri anak tangga yang terbuat dari kayu oaks menuju dapur untuk menyeruput secangkir coklat panas. "Selamat pagi tukang tidur" kata Kate—Nyonya Böucheri—sambil membalik panekuk yang hampir matang. Clary menempatkan bokong nya di kursi sambil mengikat tali sepatu nya.
Kate menaruh panekuk buatan nya diatas piring bermotif bunga-bunga kecil berwarna hijau muda lembut dan meletakkan nya di atas meja makan. "Bisakah kau membeli sendiri telur organik sehabis kau pulang nanti? Ibu dan Ayah akan kembali ke Massachusetts, kau tahu lah Ayah mu seperti apa" Kata Kate menjeleskan.
Ayah Clary memang tidak terlalu menyukai Manhattan.
"Tentu, tapi kau harus menambah uang jajan ekstra ku" Kata Clary yang membuat Kate mencubit pinggang Clary.
Clary terkekeh sambil mengunyah panekuk di mulutnya.
"Selamat pagi, sayang" Seperti biasanya, Ayah Clary yang romantis —Jack Böucheri— memberikan kecupan singkat kepada dua wanita terpenting di hidupnya.
"Aku harus berangkat" Clary menyuap panekuk terakhir nya dengan tergesa-gesa karna waktu sudah mengatakan ia sangat terlambat. Ia mencium pipi kedua orang tua nya dan berteriak, "Panekuk nya sangat lezat bu! Aku menyayangi kalian" dan pintu segera tertutup.
Musim dingin yang sangat-sangat dingin bagi Clary.
Ia mendengus kesal.
Pohon-pohon yang tertimbun salju akibat dari badai kemarin malam sangat lah tebal. Aspal yang tertutupi salju juga sangat membuat Clary semakin lambat untuk berjalan.
Ia berencana untuk pindah ke daerah tropis seperti Bali untuk menghindari salju yang selalu menghambat semuanya. Entah kapan ia akan mewujudkannya.
"Guten Morgen , sir Otter" Clary selalu menyapa Tuan Otter setiap pagi dengan menggunakan bahasa dimana ia di lahirkan, Jerman.
Dan setiap pagi juga tuan Otter melambaikan tangannya dan memberikan senyuman hangat ala kakek dan Clary menyukai nya.
Semenjak nyonya Furry meninggal ia menjadi pikun bahkan ia pernah tersesat di danau dan berkata bahwa nama nya adalah Elliot Van den Meer.
*************
Clary melangkah masuk menuju perpustakaan tua yang terletak di tengah kota Manhattan.
Ia melihat Sir Cornelius seperti biasanya membaca koran dengan kaca mata nya di balik meja kayu yang menyangga komputer. "Selamat Pagi , sir" Clary tersenyum dan langsung melewati sir Cornelius.
Clary langsung menuju meja atau bisa dibilang sarang nya karna hampir setiap hari ia mengunjungi perpustakaan tua ini. Clary hanya merasa separuh hidup nya tinggal disini, ia senang membaca bahkan ia sering me-resume cerita-cerita atau dongeng tua yang ia tulis ulang menjadi sebuah karya tulis.
Kali ini Clary menyusuri lorong ke 1011 untuk mencari buku sastra yang ia gunakan sebagai dasar pembahasan materi kuliah nya.
Dengan lentik ia memainkan jari nya di bagian penanda buku untuk mencari judul buku apa yang ia perlukan. Ia bersenandung seolah-olah ia tidak peduli jika ada orang yang mendengarnya karna memang tidak ada orang yang segila Clary menyusuri pagi yang bersalju tebal hanya untuk ke perpustakaan.
Sial. Umpat nya dalam hati, ia terpaksa menggunakan tangga yang sangat tinggi untuk meraih buku yang ia cari.