"Dengar, kau adalah teman kecil ku, dan kita baru-baru saja bertemu di toko coklat favorit ku, mengerti?" Nave berbicara langsung dihadapan wajah Clary, bahkan Clary bisa mencium wangi laki-laki itu.
Mereka sekarang berada di parkiran Restauran Perancis pilihan Vivian.
"Kau sekarang bersikap bossy terhadap ku huh?" Clary terkekeh sambil memutar bola matanya.
"Aku bahkan bisa bersandiwara jadi Bibi mu yang paling muda" ucap Clary sambil melipat kedua tangan di dadanya. "Benarkah?" Nave mengangkat salah satu alis nya dan tersenyum miring.
"Ya, anggap saja paman mu adalah Paman Bob, dan ia selingkuh dari Bibi Lucy mu karena ia pernah bercinta berkali-kali dengan ku" Entah darimana pikiran Clary menjadi liar seketika. Nave tergelak mendengar ucapan wanita yang bahkan sepertinya masih perawan ini. "Baiklah,baiklah, darimana kau mendapat khayalan si Bob, Lucy, dan bercinta, dan kau itu, maksudku, Kau masih perawan bukan?" Nave terkekeh sambil mengangkat kedua tangannya.
"Sebenarnya aku pernah bercinta dengan Ayah mu dan sepupu jauh Ayah mu" Clary menyipitkan matanya sambil menjulurkan lidah nya dan membuka pintu mobil.
Nave tertawa sampai mendongakkan kepalanya, ia pun menyusul Clary yang sudah bersender di samping mobilnya.
"Aku tidak tahu bahwa gadis perawan seperti mu memiliki fantasi lebih liar dari ku" Nave masih terkekeh sambil menyeka air mata terbahak-bahak nya dan Clary pun ikut terkekeh melihat Nave yang berlebihan.
"Ayolah, kekasih mu pasti sudah menunggu mu" Clary berjalan mendahului Nave.
Nave langsung menyusul Clary yang berjalan sendirian.
Ketika memasuki restauran mewah ini, mata Clary langsung tertuju pada patung Dewi kecantikan, Afrodit.
Mata birunya terpana melihat setiap ukiran patung tersebut dengan sempurna.
Nave sepertinya kewalahan mencari Clary dan ketika ia mendapatkan Clary ia tidak melepaskan tangan anak bebek yang lepas dari pengawasan induk nya itu.
"Kau tahu? aku rela mencuri patung Afrodit itu" Clary si anak bebek membiarkan tangannya ditarik oleh Nave.
"Kau sangat menyukai Afrodit? Tapi bukankah ia terkenal tukang selingkuh?" Nave memandangi Clary yang masih memalingkan wajah nya ke arah patung Afrodit.
"Kau tidak tau sa.." tangan Clary dan Nave terlepas. "Hai sayang" Seseorang dari samping melepaskan genggaman tangan mereka berdua sehingga Clary meringis kesakitan karena tangannya langsung di hempaskan oleh aligator betina yang sedang menciumi kekasihnya.
Vivian langsung menarik tangan Nave tanpa memperdulikan Clary yang terdiam ditempat.
Clary mendengus kesal dan ia langsung menghampiri mereka berdua.
"Nave hanya makan malam bersama ku di meja ini, kau silahkan makan di meja sebelah sana" saat Clary hampir meletakkan bokong nya di kursi empuk itu, Vivian melarangnya seperti ibu tiri Cinderella.
"Vivi, ia teman ku, bukankah kita sudah membuat kesepakatan?" Nave membela Clary, Clary berteriak kesenangan dalam hati.
"Tentu, sayang. Aku sudah mengizinkan nya makan malam dengan kita di restauran ini, tapi aku tidak mengizinkan nya makan malam di meja yang sama dengan kita" Vivian tersenyum.
Nave yang kehabisan kata-kata pun akhirnya menyerah.
Dan ya, Clary makan malam sendirian, ia bahkan tidak menyentuh pasta nya sama sekali.
Ia melihat bagaimana aligator itu bergelayut manja di lengan Nave.
Dan ia hanya memutar bola matanya setiap melihat mereka bermesraan.
"Sendirian?" ucap laki-laki yang tak dikenal Clary dan duduk tepat di hadapan Clary,
"Ya" ucap Clary memandangi makanan nya dengan lesu.
"Aku, Derek, dan kau?" ucap laki-laki yang hanya menggunakan kemeja putih dan dasi hitam ditangannya.
"Clary" Clary mendongak dan melihat laki-laki bermata hijau yang wajah nya mirip dengan Christian Cooke. Tuhan pasti sedang menguji Clary, Ia diuji melalui semua laki-laki seksi yang dekat dengannya akhir-akhir ini.
*****************************
Mata Clary pun semakin ngantuk.
Ia melirik arloji kecil di pergelangan tangan ramping nya.
Pukul sebelas.
"Demi Tuhan, wanita itu sungguh gila! Bagaimana bisa ia tahan duduk selama enam jam penuh?! Jangan tersinggung tapi sungguh, kekasih mu benar-benar aligator paling mengerikan yang pern..."
"Bisakah kau diam?" Nave seketika menjadi dingin.
Clary terdiam sejenak tapi masih saja ia mengumpat dalam hati.
"Vivian meminta ku untuk menikahinya" Nave masih terdengar dingin.
"Kau tidak ingin menanggapinya?" tanya Nave sambil sesekali melirik Clary.
"Bukankah kau yang meminta ku diam?" Clary menyandarkan kepalanya ke kaca mobil.
"Baiklah nona penggerutu, aku memohon permaafan"Nave terkekeh.
"Kau sepertinya sangat bersenang-senang dengan Derek" ucap Nave yang sedak fokus mengemudi.
"Kau mengenalnya?" Clary menoleh ke arah Nave.
"Ya, Siapa yang tidak mengenal eksekutif salah satu pemegang saham di Dubai" ucap Nave terkekeh.
"Aku tidak mengenalnya" Clary terkekeh.
"Kau ingin minum tequila?"
Clary hanya mengendikkan bahunya.
"Aku belum pernah minum beralkohol, kecuali Vodka, itupun karna pesta dansa" Ucap Clary sambil terkekeh karena teringat kesan memalukannya di SMU.
"Umurmu berapa?" tanya Nave seperti menyelidik.
"19 tahun, kenapa?" Clary memandangi wajah Nave yang masih fokus ke arah jalan.
"Apakah aku akan ditahan? karena aku sedang mengendarai bersama gadis dibawah umur"Nave tertawa berusaha mencairkan suasana.
"Hey aku sudah dewasa!" Clary mencubit lengan Nave yang lumayan kekar.
Mobil sedan Nave memasuki gerbang apartemen.
"Bagaimana dengan mu, orang tua? berapa umur mu?" ejek Clary.
"Aku? Aku adalah pria mapan berusia 24 tahun" Nave menyombongkan dirinya sambil terkekeh pelan.
Mereka berdua saling olok satu sama lain bahkan di dalam lift pun mereka masih saling olok.
"Siapa yang kau sebut Tuan Jackansis yang Tua huh?" Nave mengejar Clary —setelah mengunci pintu— yang mendahului nya masuk ke apartemen milik Nave.