Clary tengah berdandan agar terlihat cantik didepan laki-laki bernama Nave yang baru saja ia kenal beberapa hari lalu.
Ia hanya mengenakan celana jeans, kaos putih bertulisan Florence Camp Summer Season,syal,kupluk,boots.
Clary berdandan seolah-olah ia seorang gadis pirang, sayangnya ia gadis brunette ke merah-merahan.
Ia tidak mengenakan make-up berlebihan, hanya bedak, sedikit pelembab bibir dan parfume.
"Apa kau yakin laki-laki ini orang baik? Maksudku, ia bisa saja terlihat sopan didepan mu, siapa tahu ia seorang penyihir atau ia seorang goblin yang..." Lee—sahabat terbaik yang Clary miliki selama kurang lebih enam tahun—menyambar seolah-olah ia sedang memberi gagasan untuk karakter di karya tulisnya sambil melihat Nave dari balik jendela.
"Kau konyol, ia sama sekali tidak terlihat seperti goblin, ia sangat tampan" Clary tersenyum pada dirinya sendiri di kaca seakan-akan yang didepan nya adalah Nave.
"Terserah kau saja, tapi jika ia bersikap brengsek terhadap mu,aku akan mengebiri laki-laki itu" Lee memutar bola matanya. Clary hanya terkekeh mendengar ucapan sahabatnya yang sangat protektif itu.
Clary sangat mengerti bahwa sahabatnya yang satu ini menyayanginya dan akan melakukan hal gila jika sesuatu menimpa nya. Clary mengecup pipi Lee dengan singkat.
"Bersenang-senanglah sementara aku menjaga rumahmu" Ucap Lee sarkastik sambil memakan popcorn dan menonton TV.
"Aku menyanyangi mu, Lee yang cantik" Clary berlalu dan melompat ke arah pintu.
Saat ia membuka pintu, disana, tepat di hadapan nya laki-laki dengan mata nya yang cokelat madu bersender di mobil nya yang menanti Clary. Nave seketika langsung berdiri ketika gadis cantik yang berdandan sangat sederhana itu membuka pintu dan mendekat ke arahnya.
"Ku harap kau tidak keberatan jika aku mengenakan pakaian yang tidak formal ini" ucap Clary menginggit bibir bagian bawahnya.
"Aku menyukai kaos mu" Nave menunjuk bagian tulisan di kaos Clary sambil terkekeh pelan menunjukkan gigi nya yang rapi dan putih.
"Aku mendapatkannya ketika aku mengikuti kamping di Alabama" Ucap Clary dan Nave hanya menganggukkan kepalanya.
Mereka terdiam beberapa detik yang kemudian Nave langsung menggandeng tangan Clary, menggiring nya masuk ke mobil seperti domba-domba yang digiring oleh gembala.
Wangi coklat tercium ketika Clary memasuki mobil Nave.
"Wewangian coklat?" Ucap Clary dengan nada bertanya. Ia mengendus seperti anak anjing.Nave tertawa ketika Clary mengendus bagian belakang mobilnya.
"Entahlah, Clary. Adik—perempuan—ku yang membelinya dari Milan" Nave memasukkan gigi mobil dan menancap gas.
"Milan?" Clary merasa tertarik ketika Nave membicarakan kota indah yang terkenal dengan fashion itu.
"Ya, Jeanné berkuliah disana, ia merasa tertarik dengan dunia fashion, kau harus bertemu dengan nya suatu hari nanti" Nave sesekali melirik Clary ,sambil berusaha agar tetap fokus melihat jalanan.
"Entahlah, Nave, aku mungkin tidak sebanding dengannya yang sangat bergaya" Ucap Clary sambil mengoreksi gaya yang dikatakannya kasual. Ponsel Nave bergetar namun saat ia melihat siapa yang menelpon ia hanya membiarkan ponsel nya itu tergeletak dan terus-menerus bergetar.
"Sepertinya kau harus mengangkat panggilan itu" Clary penasaran.
"Itu Vivian, kekasihku." Ucap Nave seolah-olah membaca pikiran Clary sambil memutar bola matanya.
Clary tertegun. Kekasih?
Pondasi harapan yang beberapa hari sudah Clary bangun runtuh seketika ketika Nave mengatakan k-e-k-a-s-i-h. Ia seharusnya tidak terlalu berharap pada laki-laki tampan yang baru saja ia kenal ini.
"Kekasih? Sejujurnya Nave, aku tidak pernah pergi kencan , maksudku pergi dengan laki-laki —selain kakak dan Ayah ku—, dan pergi dengan kekasih orang lain, ini pertama kalinya aku pergi dengan laki-laki dan laki-laki itu adalah kekasih orang lain" Clary menggigit pipi bagian dalamnya. Ia merasa sangat malu.
"Kau tidak keberatan kan jika..." Ponsel Nave terus bergetar dan membuat nya tertekan.
Nave mengangkat panggilan dari Vivian dengan malas dan meminta Clary memegang ponsel Nave selama ia menyetir.
"Ya? Entahlah, Vivian... aku sedang bersama teman kecilku, dia? Clary...
aku tidak mungkin meninggalkannya, begini saja, aku ajak ia makan malam bersama kita, sepakat?... itu penawaran terakhir ku..., benarkah? baiklah kau dimana sekarang...? aku tiba dua puluh menit lagi, aku juga mencintaimu" Laki-laki itu tersenyum kepada Clary.
"Kau mengajakku makan malam dengan kekasihmu? Ya Tuhan!" Clary menepuk jidat nya. Ia khawatir jika Vivian akan meracuninya atau membunuhnya ketika Nave pergi ke toilet. Wajahnya panik.
"Tenanglah, ia bukan pembunuh Rusia yang ada dalam pikiranmu,Vivian hanya gadis Itali yang sedikit sadis" Ucap Nave sambil terkekeh ketika Clary memohon agar ia diturunkan di pinggir jalan.
"Hey, tenanglah, aku hanya bercanda. Tapi, mungkin kau akan sedikit terganggu dengan sikap nya yang kasar terhadap teman wanita ku" Nave mengusap lengan Clary, seperti berusaha menenangkan hati kekasihnya sendiri.
Clary hanya meneguk ludah nya.
"Omong-omong , ia percaya dengan alasan teman kecil mu itu?" Clary bertanya dengan nada meremehkan.
Nave terkekeh mendengar gadis cantik disebelahnya itu menggumam sendiri.
"Kau terlihat lebih cantik saat kau marah" puji Nave dengan gampangnya seolah-olah ia tidak takut dengan kekasihnya.
Clary yang sudah terjebak bersama kekasih Vivian ini hanya bisa pasrah
Karena ia akan makan malam bersama aligator betina buas yang bernama Vivian.