Part 5 [Nail]

7.2K 526 17
                                    

Nail's POV
Aku tak peduli ayah mau menikah lagi atau ayah mau menyumbangkan semua hartanya ke panti asuhan, panti jompo atau panti apapun itu.
Pokoknya yang kupedulikan hanyalah pasokan voucer untuk bermain games.
Dan sayangnya sekarang semua pasokan voucerku di STOP karena kami hanya mendapatkan 2% warisan dan itupun di bagi ber 6.

Karena itu, keuangan hanya di prioritaskan untuk keperluan mendesak seperti makan dan tempat tinggal.
Dan dengan gampangnya pengacara botak itu mengatakan bahwa uang untuk membeli Voucer tidak akan di berikan lagi.

Oh ayolah, games adalah bagian dari hidupku.
Tanpa game hidupku hampa.
Aku hanya mencintai games.
Aku bahkan tak pernah melirik wanita.
Sehari-hariku hanya berkutat dengan games, games, dan games

Sampai tak terasa usiaku sudah 49 tahun dan aku masih jomblo.
Mana ada gadis yang ingin bersanding dengan ku?
Tapi setidaknya games selalu setia menemaniku.
Games adalah segalanya dalam hidupku.

Hari ini aku meratapi nasibku karena aku tak bisa membeli pedang yang sudah lama kuinginkan.
Pendekarku dalam permainan Dota serasa hampa tanpa persenjataan itu.
Tapi apa daya, aku tak mendapatkan uang untuk membelinya.

Oke, aku jujur.
Aku memang pengangguran.
Aku juga hanya tau bermain games.
Dulu semasa sekolah.
Di sekolah aku bukan juara kelas
Bukan pula bintang kelas
Apalagi murid terkenal.
Nilaiku pun pas-pasan.
Kadang juga di bawah standart.

Aku bukan murid berprestasi, bukan pula murid yang ganteng.
Ya, yang kukuasai cuma games dan programming.
Sebenarnya aku bisa menghacker banyak situs, bahkan aku bisa menghacker uang dari atm.
Tapi buat apa?
Aku bukan seorang maling.
Aku belajar semuanya secara otodidak.
Tak ada sekolah khusus, tak ada kuliah atau kursus.

Bahkan ayah sering kali memarahiku karena aku tak pernah mau berkuliah.
Ayah mengaku malu memiliki seorang putra yang tidak bisa melakukan apapun.
Dan aku tidak peduli, karena tanpaku ayah juga sudah memiliki 5 orang putra yang jauh lebih sempurna dibandingkan diriku.

Mungkin kalian berpikir, apa kelebihanku?
Mengapa aku begitu menyedihkan?
Pantas saja aku jomblo di umur 49 tahun tanpa pernah sekali pun berpacaran.
Tenang, aku bukan homo. Aku normal kok.
Tapi ya itu, setiap aku menyukai perempuan.
Pasti aku akan mengalami penolakan.
Selalu, dan selalu penolakan.
Tak pernah sekali pun ada yang mengatakan yes, I do.
Atau ya, aku juga.
Semua selalu bilang, maaf, no, sorry.
Ya,ya,ya, nasib seorang yang jelek selalu begini.

Oke, kembali ke topik utama.
Sekali lagi kugaris bawahi, cetak tebal, huruf miring, bahwa aku tak peduli dengan istri baru ayahku.
Tapi kembali ke masalah utama, aku hanya peduli pada voucer ku.
Kalau aku tak bisa mendapatkan uang maka aku tak bisa membeli vocer, kalau aku tak bisa membeli vocer maka aku tak akan bisa membeli pedang, tanpa pedang maka aku akan kalah dalam permainan.

So, aku harus mendapatkan uang, kemudian membeli voucer, lalu membeli pedang dan akhirnya memenangkan permainan.
Tapi itu tak semudah membalikkan telapak tangan.
Semua uang itu berada di bawah kendali gadis kecil itu.

Ya, si gadis kecil yang umurnya baru 19 tahun tetapi sudah harus menjadi ibu tiriku.
Sebenarnya dia cukup manis, tapi tetap saja dia bukan tipeku.
Tapi dia harus kujadikan tipeku kalau aku menginginkan hidup 10 tahun kedepan bahkan 100 tahun kedepan tanpa perlu bekerja dan hanya bermain game tetapi sudah memiliki uang begitu banyak dan tak pernah merasa kehabisan uang.

Tapi apakah gadis itu mau dengan pria tua sepertiku?
Tunggu, tunggu, tapi aku tak setua ayahku.
Dia saja bersedia menikah dengan ayahku.
Mungkin, ya, mungkin dia juga bersedia bersamaku.
Di lihat dari sisi mana pun juga aku lebih muda dan ganteng lah dari pada ayahku yang sudah tua dan rentan itu.
Ya,ya, katakanlah aku anak durhaka.
Tapi memang kenyataan bahwa aku lebih muda dari mendiang ayahku.
Sudah, akui saja.
Aku juga lebih ganteng di banding tukar bubur di samping rumah.
Ya, setidaknya tidak buruk lah memiliki seorang Nail.
Hahaha

Aku terus berpikir sambil memainkan permainan games dari handphoneku.
Kini aku hanya bisa bermain game offline, karena kebanyakan game online memerlukan uang untuk membeli voucher.

"Nail, bisa minggir sebentar? Jangan bermain di depan pintu."
Terdengar suara seseorang yang terus saja ribut di rumah ini.

Aku tersadar dari pikiranku yang panjang dan melirik sumber suara itu.
Terlihat gadis kecil itu mendengus kesal kearahku.
Oho, badannya tak setinggi badanku.
Rupanya, aku menghalangi jalannya.
Aku menggeser tubuhku sedikit hingga dia bisa leluasa pergi dari ruang tamu.

Akhirnya dia pergi dengan dengusan kesal keluar dari kedua lobang hidungnya yang kembang kempis.
Ya, dari dulu aku memang di kenal sebagai anak yang tidak suka banyak bicara.
Setiap hariku hanya kuhabiskan untuk berseru atas kemenanganku dan sangat jarang berinteraksi dengan banyak orang.

Bahkan aku tak mengenal dengan satu pun jaringan sosial media.
Aku hanya memiliki email untuk bisa di gunakan mendaftar game online dan membeli voucer.
Setelahnya email itu pun tak pernah di gunakan untuk hal lainnya.

Jangan bilang aku seorang gaptek, karena aku bahkan lebih pintar dari kalian untuk mengutak atik laptop kalian.
Sudah kukatakan di awal bukan? Bahwa aku seorang hacker yang belajar otodidak.
Dari 6 bersaudara hanya dirikulah yang paling menyedihkan dengan segala kekuranganku dan segala keanehanku.

Oke, mulai hari ini sudah ku putuskan untuk memiliki seorang pacar kemudian menikahinya dan hidup berbahagia dengannya hingga ajal menjemput kami.
Tapi,,,,,,,
Dimana aku bisa mencari wanita yang bersedia denganku?

Jika aku kaya mungkin aku tak perlu repot-repot mencari wanita, mereka akan berdatangan dengan sendirinya.
Tetapi sayangnya aku ini pengangguran, rumah tak punya,
Hanya rumah ayahku ini, tabunganku sudah terkuras habis untuk membeli voucer dan aku tidak tampan.
Huaaa, sedihnya nasibku.
Tapi kalau di dunia games aku adalah seorang milyader dan sangat di takuti.
Hahaha, tidak buruk juga.
Setidaknya aku terkenal di dunia persilatan itu. #ahaa.

Apakah aku harus mengejar gadis kecil itu dan setelahnya aku bisa menikmati hidup seperti yang kuinginkan?
Oke, sudah kuputuskan.
Setidaknya aku harus berusaha untuk mengejar gadis itu, menjadikannya istirku dan kemudian aku bisa menikah lagi untuk mewujudkan mimpiku memiliki keluarga yang harmonis dengan alam, bahagia dan happly ever after.
Tunggu aku Eveline.


Chased by Five HuntersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang