TRIGGER WARNING : contains sensitive topics such as rape and abuse. if you're uncomfortable with the topics, please leave this page immediately.
***
Harry duduk disofa putih, matanya merah dan rambutnya terlihat sangat acak-acakan. Dimana dia sekarang? Dia tidak ada di rumah Ibunya, rumah Lara, maupun temannya yang lain. Bagaimana jika dia polisi tidak bisa menemukannya? Bagaimana jika- Harry terisak lagi. Louis disebelahnya memandangnya dengan kasihan.
"Harry-" Louis mencoba berbicara, tapi Harry langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.
Harry tidak tahu apa yang terjadi tadi malam, karena dia mabuk. Dia mabuk pada saat Y/N hilang, dia tidak sadar kalau Y/N hilang. Lelaki macam apa dia? Lelaki macam apa yang membiarkan pacarnya sendirian pada malam hari? Lelaki macam apa yang lebih memilih mabuk dengan temannya daripada mencoba untuk melindungi pacarnya? Y/N, suara gadis itu terdengar terus dikepalanya, Y/N memanggilnya, Y/N yang semalam dengan sabar menghadapinya, hanya Tuhan yang tahu dimana gadis itu berada.
Y/N membuka matanya dengan perlahan, dia langsung mencium bau alkohol yang sangat tajam, matanya terasa perih, pasti dia menangis sepanjang malam. Tulang rusuknya, untuk pertama kali dalam hidupnya, sangat sakit. Dia mencoba untuk mengucapkan satu kata, tapi tidak bisa, tenggorokannya terlalu sakit dan mulutnya tertutupi dengan sebuah kain. Seorang pria memasuki ruangan, mata Y/N terbelalak. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan putus asa, air matanya kembali bercucuran.
"Oh, lihat! Siapa yang baru saja bangun!" kata pria itu, lalu tersenyum licik. "hey, kau tidak pernah bilang kalau kau pacar-siapa namanya? Babi sialan itu?" katanya lalu tertawa, kepalanya dengan berlebihan terjungkal kebelakang. Y/N memandang pria itu dengan mata penuh benci.
"Aku melihatnya di berita, oh, sebegitu berharganyakah kau? Kurasa tidak. Apalagi kalau dia mengetahui apa yang sudah kau lakukan denganku!" kata pria itu lagi sambil tertawa. Y/N mengangkat tubuhnya, dan berteriak--yang tentu saja sia-sia. Pria itu menendang perutnya, Y/N kembali berbaring lalu terisak. Pria itu berjongkok di sampingnya, lalu membuka kain yang menutupi mulutnya. Pria itu menciumnya dengan kasar, Y/N merasa jijik dengan dirinya sendiri, lalu pada saat pria itu memaksa lidahnya masuk, Y/N mengigitnya sekeras mungkin, sampai dia merasakan darah dimulutnya. Pria itu menarik tubuhnya, lalu menampar keras wajah Y/N.
"Berani-beraninya kau! Jalang kurang ajar!" dia berdiri lalu menendang perut Y/N, yang langsung menjerit kesakitan. "Rasakan itu! Jalang tidak berguna, jalang kotor!" satu tendangan lagi, Y/N menjerit sekeras-kerasnya.
Polisi dengan seragam yang rapih melihat ke arah rumah dihadapannya, rumah itu terlihat sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Pada saat polisi itu berjalan untuk kembali ke mobilnya, suara jeritan seorang wanita terdengar dari dalam, dan itu sudah cukup membuatnya yakin untuk memeriksa apa yang terjadi didalam.
"Sakit? Oh, sebaiknya aku membunuhmu saja, dasar jalang kotor. Kalau kau mati, tidak ada yang akan-" lalu suara tembakan terdengar, pria itu langsung jatuh di lantai, tangannya menyentuh paha Y/N, yang langsung menggerakkan pahanya hingga tangan itu menyingkir. Dia tidak pernah sebahagia ini saat mendengar suara tembakan. Ada seorang pria di depan pintu, polisi, yang sedang menurunkan senjatanya dan memasukkannya kembali ke suatu tempat di pinggangnya. Dia berjalan membuka ikatan tangan dan kaki Y/N.
"Dimana Harry? Tolong aku, tolong aku!" jerit Y/N, polisi tadi merasa simpati, lalu mencoba menyentuh Y/N untuk menenangkannya, tapi, Y/N bergerak menjauh.
"Jangan sentuh aku! Jangan sentuh!" jerit Y/N lagi, suaranya mulai terdengar serak. Jadi polisi itu melihatnya dari jauh, dengan tangan diatas.
"Kau aman sekarang,Y/N. Tidak akan ada lagi yang menyakitimu." Y/N hanya terisak.
"Aku mau Harry, dimana Harry? Harry-ku. Dimana dia? Kenapa dia tidak datang menyelamatkanku?" katanya.
"Harry menyarimu, dialah yang membuat aku datang disini, apa kau mau Harry datang kesini? Itukah maumu?" Y/N mengangguk, dan polisi itu menatapnya sebentar sebelum keluar dari ruangan.
"Aku menemukannya, Harry." Harry terisak, baru kali ini dia merasakan kebahagiaan dalam beberapa jam belakangan. "Oh terima kasih, Tuhan. Dimana dia? Apa dia baik-baik saja? Tolong pastikan dia baik-baik saja. Apa yang terjadi?" Harry mulai berjalan keluar dari apartemennya, dia akan menjemput Y/N, sejauh apapun itu. Setelah menerima alamat yang diberikan polisi, Harry dengan cepat menyalakan mobilnya.
"Y/N, Harry dijalan, dia akan kesini. Apakah-apakah kau mau ke mobilku? Disini terlalu menjijikkan." kata si polisi, melirik mayat disampingnya, dia menendang mayat itu dengan kasar. Y/N menatap polisi itu dengan takut.
"Aku tidak akan melukaimu, percayalah." ucap polisi itu, dia mengangkat tangannya lagi. Y/N terisak.
"Aku-aku tidak bisa," dia melihat kakinya yang penuh lebam ungu, dan merasakan sakit di tulang rusuknya. Polisi itu melihat ke mayat tadi lagi, lalu menginjaknya. Setelah merasa puas, dia menatap Y/N.
"Aku akan menggendongmu, oke?" Y/N terlihat ragu, tapi dengan pasrah mengangguk kecil. Setelah melalui perjalanan yang sangat menyakitkan, Y/N akhirnya duduk di mobil polisi itu, Y/N menatap rumah itu dengan penuh amarah. Saat sebuah kain lembut menyelimutinya, dia berbalik, lalu melihat polisi tadi menatapnya dengan khawatir.
"Mari kita tunggu Harry, oke?" Y/N mengangguk, pada saat polisi itu ingin keluar--karena ia yakin Y/N pasti akan lebih senang bila sendirian--Y/N menanyakan namanya.
"Charlie. Namaku Charlie." jawab Charlie lalu tersenyum.
"Terima kasih, Charlie." kata Y/N, tersenyum kecil.
"Sudah tugasku." kata Charlie lalu keluar, dan duduk di pinggir jalan, mengisap rokoknya.
***
"Y/N, oh tuhan, Y/N." Y/N membuka matanya, menemukan sepasang mata hijau menatapnya dengan penuh kasih. Harry merasakan air matanya keluar, lalu memeluk Y/N dengan erat, Y/N merasa kesakitan, tapi dia sangat tidak peduli.
"Bagaimana bisa aku membiarkanmu sendirian? Bagaimana aku bisa membiarkanmu-" Harry terisak di leher Y/N, mencoba mencium aroma tubuh gadisnya itu, tapi tidak ada, yang dia cium hanya bau aneh, bau pria itu.
"It's alright, poppet." kata Y/N, berusaha meraih rambut Harry.
"Kenapa ada lelaki yang tega seperti dia? I'm so sorry, my angel. Aku sangat menyesal." kata Harry, menyentuh wajah Y/N yang penuh dengan lebam dengan sangat hati-hati. "Lelaki macam apa dia? Lelaki macam apa yang berani menyentuh dan menyakitimu?"kata Harry, isakannya menjadi lebih keras, dan dia ingin keluar dari mobil, tapi Y/N menahannya, dia memengang tangan Harry dengan lemah.
"Tolong, peluk aku saja, disini saja." Harry menatap Y/N dengan putus asa, lalu kembali memeluk gadis itu.
"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku." ucap Harry tanpa henti.