BAB4::Railine-Sabtu Bahagia

28 8 3
                                    

pic. Adrian (Robbie amell)

Pagi ini aku bangun dengan kepala berdenyut. Fikiranku tak lepas dari kejadian semalam. Namun aku mencoba melupakannya, mengganggap itu tak pernah terjadi.

Kulangkahkan kakiku menuju walk in closet. Pagi ini aku bangun pukul 9 pagi. Yah hari ini hari sabtu dan aku tidak masuk sekolah.

Aku berniat untuk pergi berbelanja kebutuhanku dan adikku varo untuk seminggu kedepan.

Setelah aku keluar dari toilet, ku lihat adikku tengah menonton film kartun kesukaannya.

"Varo, kakak pergi dulu. kamu disini dulu ya, ada apa apa hubungi kakak ya"

"Ya kak" balas varo seraya menyunggingkan senyum.

Aku keluar dari apartemenku dan menuju keluar. Kutunggu bis yang tak kunjung datang juga, hingga sebuah mobil jazz hitam berhenti di depanku.

Kuamati sejenak mobil ini dan beberapa saat kemudian kaca mobilnya turun dan memperlihatkan seorang laki laki yang aku kenali.
A
D
R
I
A
N
.
Ya, itu adrian. Mau apa lagi dia?

"Masuklah" Katanya kepadaku namun aku tak menggubrisnya sama sekali.

Aku memilih berjalan meninggalkan halte dan menempuh perjalanan walau dengan berjalan kaki sekalipun.

"Hei, gue ingin ngomong sama lo" Masih juga tak ku gubris.

Hingga kulihat dia keluar dari mobilnya berjalan mendekati gue.

Hal yang paling memalukan adalah, DIA MENGGENDONG GUE DEMI MASUK KE MOBILNYA! ini orang uda sinting!

"Mau apa si lo?" Ketus gue dalam mobil

"Lo mau kemana?" Tanyanya namun masih tetap fokus ke jalan.

"Bukan urusan lo" Ketusku

"Kalau lo ga ada tempat mau kemana, temenin gue makan, dan gue bakalan omongin sesuatu ke elo"

Aku hanya diam menunggu apa yang ingin dia lakukan.

"Pesen aja dulu" Katanya padaku. Buset dah, ntar kalau aku yg di suruh bayar gimana?

Tiba tiba Adrian terkekeh "udah lo santai aja keles, gue tahu kok lo takut kalau gue suruh lo yang bayar. Pesen aja gue yang traktir"

Terbersit difikiran ku untuk mengerjain Adrian.

Adrian mengangkat tangannya buat memanggil waitress
"Mba, mau pesen" Kata Adrian saat mba nya datang.

"Spaghetti carbonara satu, sama ice lemonade nya satu" Tukas Adrian.

"Lo pesen apa?"
Gue mulai tersenyum licik

"Saya mau fish n' chips baru sphagetti bolognes, trus chicken fillet, bistik sapi panggang saus mentega, minumnya strawberry milkshake, italian red soda, lychee sparkle sama youghrt twist"

Ku kedipkan satu mataku dan sambil memberi simbol 'peace' kepada Adrian.

Reaksi melongo di lontarkan Adrian kepadaku yang ku balas dengah cengiran sok polos.

'Rasain tuh' batinku.

"Lo gila apa ga waras?" Tanya Adrian setelah waitress nya beranjak.

"Lumayan lho karena di traktir, lagian kan lo banyak duit" Cengir ku

"Matre lho ah" balas Adrian

"Biarin, lagian kan lo yang minta buat traktir gue, salah sendiri deh" Kataku sambil menjulurkan lidah

"Terserah lo deh, awas kalau ga abis, mubazir tau"

"Tenang aja pasti abis"

"Jadi tadi lo mau ngomongin apa?" Tanya ku ke Adrian

"Gue mau bilang sorry, adek gue ngambek tuh karena ga di ajarin les sama lo lagi, padahal baru aja sekali lo datang" Katanya setengah hati.

"Terus?" Tanyaku lagi

"Terus adek gue tau kalau orang yang dia taksir adalah adek lo, si al- al..... al apalah gitu"

"Demi apa?"

"Iya aneh tuh adek gue, katanya sih adek lo ganteng terus pinter lagi, tapi kayanya lo ga deh. biasanya kan antara adek kakak adalah miripnya"
Maksudnya gue jelek gitu?

"Oh,jadi lo kata gue jelek gitu?" Kataku dengan rawut wajah kesal.

"Lo ga cantik sih, ga jelek juga, ya lo manis sih menurut gue"

'splash! gue harus nutupin muka gue nih kayanya, soalnya agak agak aneh gitu, apa gue blushing?'batinku.

"Gausah blushing juga kali, santai aja" cibirnya

'sial'batinku

"Siapa juga keles blushing dibilangin gitu, gue tau kok" Kataku mengelak

"Serah loh deh"

"Jadi lo cuma mau bilang gitu doang?" Tanyaku lagi.

"Gue cuman mau nawarin lo jadi guru privat Nadine lagi, lo mau ga?" jawabnya

"Ehm gimana ya?" Aku pura pura berfikir

"Keputusan ada di tangan lo kok"

"Hmm,yaudah deh, berhubung lo juga uda traktir gue, mau deh gue"

"Oke deal ya?" Kata Adrian sambil menjulurkan tangannya.

"Apaan tuh tangan lo?"

Adrian malah balik tertawa.

"Napa? ada yang salah?"

"lo polos atau bego ya, ini ceritanya kaya bisnis, lo karyawannya gue yang gaji. jadi ini jabat persetujuan. lo setuju jadi karyawan gue buat jadi guru privat Nadine dan gue setuju buat gaji lo" Aku hanya bisa ber-oh-ria.

Ku balas uluran tanggannya.
Tangannya besar namun halus dan mulus. Pengen aku berlama lama menjabatnya, hangat.

'heh konslet lagi gue, focus Railine. ini bisnis seperti kata Adrian.'

Kami melepas sesi berjabat tangannya.

Makanan kita Akhirnya datang.

Beberapa waktu kita habiskan dengan makan sambil bercerita

"Jadi lo selama ini gatau kalau kita satu sekolah?" Tanya Adrian kaget

"engga, gue ga banyak tau kakak kelas, mau dia famous atau ga sekalipun"Kataku jujur.

fakta yang baru gue dapat adalah Adrian merupakan kakak kelas gue ternyata

"Jadi lo siap ini mau kemana?" Lanjut tanyanya

"Biasa belanja bulanan dulu lah" balasku

"Lo kenapa tinggal sendiri bonyok lo mana?"

Aku hanya bisa diam, bingung dengan apa yang harus kujawab

"Sorry,bonyok lo uda gaada ya?"
Aku menggelengkan kepala

"Bonyok gue berantam mulu, gue dan adek gue udah ga tahan dengan kondisi rumah, bonyok gue juga uda ga peduli sama kita lagi, buktinya uda beberapa tahun ini gue sama adek gue keluar dari rumah juga merek gaada tuh yang cariin" Tutur ku panjang lebar.

Kulihat Adrian diam seperti memikirkan rentetan kalimat buat menghiburku.

"udahla gapapa juga keles, toh buktiny gue sama adek gue masih hidup kok sampe sekarang. Lo sendiri kenapa ga sama orang tua lo?" Tanyaku balik

"Orang tua gue tugas ke luar negeri, mereka awalnya ngajakkin gue sama Nadine, tapi kita lebih milih di Indonesia aja"

"Jadi lo tadi bilang mau belanja? yaudah sekalian aja gue temenin, lumayan kan? tebengan gratis plus cowo ganteng di samping" Lanjut Adrian seraya nyengir

Holla, Gue balik lagi, moga aja deh cerita gue kali ini ga bosenin. kuy lanjut baca


I was HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang