"Kalau begitu ayo kita antar kak Railine pulang" Kata Nadine yang membuat Railine terkejut. Yang benar saja, diantar pulang? Oh, sepertinya itu merupakan alternatif yang tidak baik untuk Railine. Hanya dalam beberapa jam saja dia sudah membuat banyak masalah mulai dari dia yang mengira bahwa Adrian adalah papanya Nadine, terkena semburan Adrian ketika Nadine meminta kakaknya membuatkan minum untuk Railine dan sekarang , diantar pulang oleh Adrian dan Nadine? BIG NO!
"Tunggu" Adrian membuka bicara dan segera mengambil sesuatu dari belakang celananya yang ternyata adalah dompet. Railine penasaran dengan apa yang akan dilakukan Adrian
"Yang lo butuh cuman ini kan untuk pulang? Sekarang ambillah dan coba untuk pulang sendiri" 2 lembar uang merah di sodorkan di depan mata Railine yang membuatnya panas, bahkan sangat panas!
"Hei, gue nggak butuh uang lo itu bung! gue bisa pulang dengan kaki dan uang gue sendiri, dan satu lagi, mungkin lo telah mengotori harga diri gue, lo tau? lo adalah orang yang memuakkan! Detik ini juga gue milih resign dari pekerjaan ini daripada tidak dihargai seperti ini" Railine berapi namun ketika dia melihat Nadine dia menjadi lembut. "Nadine, maaf ya kakak ga bisa ngajarin nadine lagi, kakak sebel sama kakaknya nadine, namun nadine bisa bermain ke tempat kakak jika ingin belajar, kamu sudah ada nomor kakak kan Nad?" Nadine mengangguk mengiyakan. Railine beranjak keluar dan pulang menuju apartemennya.
Kini Railine tengah memandang ke jalanan dari kaca jendela bus. Kota yang menyimpan semua perstiwa. Kota yang menjadi saksi bisu perjalanan Railine sampai sekarang. Railine diam dalam keheningan. Bus yang ia tumpangi melewati sebuah taman bermain yang beberapa tahun silam pernah menjadi saksi bisu dari kebahagiaan sesaat yang dirasakan Railine. Perlahan airmata itu turun dari mata Railine. Memori manis namun hanya sesaat. Kenangan indah yang tak berlangsung lama.
"Hei! Railine bukan?" Seorang anak muda yang kira-kira sebaya Railine atau mungkin tidak mengambil alih kursi kosong di sebelah Railine dan mendudukinya. Railine mengabaikan sapaan pemuda itu sembari menghapus airmatanya.
"Bukan Railine ya? Berarti salah orang dong ya, kirain Railine 11IPA1 nusa bangsa" Katanya pecicilan. Railine beralih melihat pemuda tersebut dan meliriknya tajam."iya Railine, siapa ya?" Tanya Railine datar. Pemuda itu mengerutkan keningnya. 'hah, lagi-lagi mengerutkan kening, kenapa harus mengerutkan kening sih?apa semua cowok seperti itu?' batin Railine. Lagi lagi peristiwa itu mengingatkan Railine pada Adrian.
"Lo ga kenal gue? Masa sih? Kita satu sekolah lho!ya walaupun gue abang kelas lo" Mata Railine membelalak mendengar penuturan pemuda itu. Railine mengamatinya lagi dengan seksama mencoba mengingat apaah ia pernah tahu orang ini?
"Pertama gue ga kenal lo,dan gue emang ga kenal lo, dan gue gatau kita satu sekolah, dan terakhir gue ga terlalu peduli kita satu sekolah atau bukan" Jelas Railine yang berhasil membuat pemuda itu bengong.
"Yaudah, jadi gimana kalau kita kenalan saja" Tanya pemuda itu sambil mengulurkan tangannya yang tak di balas Railine. Railine hanya menatap diam pemuda itu. Beberapa detik kemudia tangan Railine langsung ditarik agar menjabat uluran tangan pemuda tadi.
"Gue tahu nama lo Railine dan kenalin nama gue Steven Sammy Brahmana, mungkin lo bisa panggil gue steve atau sammy tapi jangan langsung keburu panggil gue 'sayang' atau 'baby' karena kita belum resmi pacaran, resminya pas kamu nerima pernyataan cinta dari aku nanti?" Penuturan itu berhasil membuat Railine terbelalak. Bahkan hanya ingin berfikiran seperti itu aja sudah kebelet muntah duluan,apalagi kalau sampai terjadi, mungkin Railine akan megap megap tak tertahan.
Pemuda itu masih dengan gayanya yang pecicilan dan tetap senyum lebar. Railine kembali memperhatikannya, mungkin sudah entah yang keberapa kalinya . Wajah dengan rahang yang kokoh dan bersih, kulit bewarna putih namun dikategorikan putih agak coklat dengan mata Hazel yang indah dan Alis mata yang tebal. Over all bisa dikatakan ya, mungkin akan membuat cewek-cewek klepek kecuali Railine.
"Hello, gausah ngelihatin gue segitunya juga kali, tapi gue uda kebiasa kok, maklum sudah menjadi kebiasaan untuk wajah tampan gue mendapat perhatian" Tatapan bangga muncrat dari wajahnya sambil mengibaskan tangannya di depan Railine
Railine hanya membalas dengan gelengan dan beranjak dari bangkunya bersiap untuk turun dari bis.
Pemuda itu masih mengikutinya dan tak jarang menanyainya. 'sayang wajahnya ganteng tapi pecicilan' batin Railine.
"Tolong di jalan masing masing" kata Railine dingin. Railine teringat pesanan Varo padanya untuk di belikan sate. Railine berjalan menuju tempat tukang sate itu dengan masih diikuti pemuda bernama Steven itu
Akhirnya Railine berhenti di tukang sate tersebut. "lo ngapain sih ngikutin gue? Kenal juga barusan uda langsung sok kenal aja" Ketus Railine.
Steven hanya melontarkan tawa khasnya membalas celotehan Railine.
"Aduh neng, punya cowo ganteng kaya si mas itu masa dianggurin, mubazir neng. Kalau mamang jadi neng nih, mamang pasti bersyukur deh si mas mau deket sama mamang, neng gelis juga jangan galak galak atuh neng, ntar kegelisan neng teh nanti berkurang" Ternyata penjual sate ini mendengar celotehan ketus Railine dan menanggapinya.
Steven yang masih di tempat pun malah kembali tertawa mendengar penuturan si mamang.
"Tapi saya tidak kenal dia mang" Kata Railine sopan kepada si mamang lalu menatap tajam menusuk kepada Steven.
"Kamu ini gimana sih? Kan kamu itu pacar aku yank, masa kamu lupa kita udah jadian, dan ini hari jadi kita yang ke tiga bulan, tepat hari ini" Kata Steven dengan lagak serius dan manja. Penuturan tersebut berhasil membuat Railine kaget sejadi jadinya.
"Wah, jadi si mas sama neng lagi...., apa itu namanya kalau anak muda bilang sekarang? E..e..eniperseri! ha, iya eniperseri ! eh tapi itu dirayain tiap tahun.., kalau tiap bulan apa itu mas namanya? Mamang jadi bingung" Mamang menggaruk tengkuknya sembari berfikir.
"Monthversery mang" balas Steven kekeh kepada mamang
"Hah iya, monperseri! Karena si neng dan mas sedang monperseri yang ketiga, mamang kasih dua bungkus sate gratis deh, anggep aja sebagai hadiah mamang. Sebentar mamang buatin dulu ya." Railine terlihat Malas menanggapi omongan Steven yang jelas jelas tidak benar. Railine berjalan menuju meja yang ada di pinggiran jalan itu.
Sebuah sepeda yang di kendarai anak-anak sedang melintas dengan ngebut dan ugal-ugalan tak terkendali menuju arah Railine yang membelakanginya.
"AWAS!!" Teriak Steven kepada Railine yang di sambut kaget dengan Railine. Steven segera menarik paksa Railine hingga membuat Railine tertarik ke dada bidang Steven.
Pandangan mereka bertemu satu dan yang lain. Pertemuan mata Hazel dan darkblue yang hanya berjarak beberapa belas senti. Steven mendekatkan wajahnya ke wajah Railine yang membuat Railine menutup matanya. Railine bisa merasakan nafas Steven yang semakin mendekat.
"AW!" Pekik Railine tiba tiba. Ternyata Steven melepaskan pegangannya terhadap Railine yang membuat Railine sontak terjatuh. Railine yang kini sedang dalam rawut wajah yang merah dan airmata yang tinggal menunggu bendungannya roboh pun berdiri. Menatap Steven lekat lekat.
PLAK!! Sebuah tamparan melayang ke pipi Stevan. "Berhentilah bertingkah seperti lo kenal gue. Dan gue peringati, gue ga kenal lo dan ga seharusnya" Kata Railine lalu pergi meninggalkan Steven
Hai! gue balik lagi. wah makasih banget buat yang uda kasih saran dan votenya, gue tunggu nih saran saran dari kalian lagi , dan gue harap part ini ga terlalu boring ya, jangan lupa vote dan comment cerita gue ya! salam hangat-modernfairytale-:D
KAMU SEDANG MEMBACA
I was Here
Ficção Adolescentecerita kehidupan Railine yang bekerja keras untuk melanjutkan hidupnya dan adiknya namun terjebak pada keadaan dimana dia harus mengorbankan perasaanya untuk prioritas utamanya