BAB2:: bossy

89 17 4
                                    

Terlihat beberapa figuran menghiasi dinding dinding yang tidak terlalu luas itu dan dua orang yang sedang menikmati pemandangan sekeliling ruangan. Ruangan bernuansa putih dan coklat terang itu begitu nyaman d tempati oleh pasangan kakak beradik ini. Railine Jocyeline dan Alvaro Julio. Mereka baru saja pindah ke apartemen sederhana ini dari hasil jeripayah mereka. Sudah setahun berlalu sejak mereka memutuskan keluar dari rumah dan meninggalkan orangtua mereka. Railine pertama menyewa kost kostan kecil dan mengambil part time job di salah satu kedai kopi dan sebagai guru private di malam harinya. Ia bersyukur setidaknya ia masih bisa menghidupi dirinya dan adiknya sampai sekarang. Orangtuanya? Entahlah mereka sama sekali tidak menghiraukan Railine dan Alvaro. Menurut Railine hidup mereka malah lebih damai ketika tak lagi berada di rumah itu.

Kini Railine telah menginjak usia 16 tahun di bangku kelas 2 SMA dan adiknya Alvaro telah berusia 13 tahun dan menduduki bangku kelas 1 SMP. Hidup mereka sederhana dan tidak terlalu banyak pengeluaran. Railine adalah siswi yang pintar dan mendapatkan beasiswa penuh karena kepintaranya. Begitu juga dengan Adiknya yang juga mendapat beasiswa penuh di sekolahnya.

"Varo suka apartemennya?" tanya Railine kepada adiknya sambil mengikat tali sepatunya "suka kok kak! Bagus kakak hebat deh, ntar kalau varo uda gede pengen kaya kakak deh bisa sekolah sambil kerja baru bisa beli apartemen kaya gini". "kakak kan bayarnya nyicil var, ya walaupun kakak cuman bisa nyicil buat apartemen kita, kamu tetap suka kan? " Railine beranjak dan mengelus rambut varo. "hehe sama saja kak, yang penting kakak hebat! Varo bangga sama kakak!" dua jempol varo terpampang ke arah Railine dengan senyumnya yang polos dan lebar. "yasudah, kakak ada Jadwal ngajar di rumah murid baru kakak. Dia tahu kalau kakak punya les tambahan dari si kak Niken temen kakak . Dia bantuin kakak promosiin kalau kakak juga ngajar sebagai guru privat, hehe" "oh kak Niken, yaudah kakak hati hati di jalan ya!" Railine beranjak meninggalkan Apartemennya dan berhenti di pintu Apartemennya dan melirik Varo kembali. "nanti mau kakak beliin apa Varo buat makan?" terlihat varo memegang dagunya dengan jari telunju tampak memikirkan sesuatu. "Varo pengen sate yang di ujung jalan saja kak, pake kuah kacang ya kak" senyum lebar terpampang di wajah Varo sembari menampakkan rentetan giginya yang putih dan rapih itu. Railine menganggu dan beranjak keluar.

Railine berada di halte bus menunggu bus untuk menuju rumah Nadine, murid barunya. Railine melihat alamat rumah yang di berikan Niken. Ia mengetahui bahwa kawasan itu merupakan kawasan elite di daerah Kebayoran. Namun Railine sedikit bimbang, kenapa ia tinggal di Apartemen? Bukannya harusnya keluarga lebih biasa tinggal dirumah? Namun entahlah, mungkin mereka lebih nyaman tinggal di apartemen.

Kini Railine tengah berada di depan Pintu apartemen Nadine, lantai 5 nomor 72. Railine menekan bel yang tersedia di dekat pintu apartemen itu dan tampak seorang laki laki yang sekitar umur -- tidak pasti karena Railine melihat melalui Layar tamu yang disediakan bagi pengguna apartemen ini. "sebentar" kata laki laki itu dingin dan sepertinya tidak bersahabat. "selamat malam, perkenalan nama saya Railine Joyceline yang kemarin diminta sebagai guru privatnya Nadine." "oh silahkan masuk" "terima kasih pak" kata ku santun. Kening laki-laki itu sedikit berkerut dengan alis sedikit terangkat. "silahkan duduk terlebih dahulu saya mau memanggil Nadine".

Railine memandang sekitarnya dengan figura yang tak ada di dinding apartemen ini, 'sepertinya mereka keluarga yang tidak suka berfoto' batn Railine

Seorang anak kecil yang mungkin sebaya dengan varo datang dan menghamiri Railine. "halo kak, namaku Nadine umurku 13 tahun aku sekolah di SMP Pelita Kusuma. 'pelita kusuma? Berarti dia satu sekolah dengan Varo' batin Railine

"Hai nama kakak Railine, kamu bisa panggil kakak Aline atau Ailine. Kakak masih enam belas tahun, jadi kita mulai belajar sekarang?" "ayo kak" laki laki itu duduk di sofa ruang tamu apartemen ini dan beberapa meter dari situ Railine dan Nadine sedang melangsungkan kegiatan private. Sesekali Railine melirik laki laki itu yang tampak sedang memainkan gadgetnya.

"Kak ian jangan cuman duduk aja dong, masa daritadi aku sama ka Railine ga dikasih minum, jahat banget sih" celetuk Nadine tiba tiba yang dibalas dengan kerutan di dahi laki laki yang dipanggil nadine dengan nama ian itu. "gapapa kok Nadine, bukannya itu papa kamu ya?" tanya Railine polos kepada Nadine. Terlihat sembrutan merah di wajah Nadine yang tak bisa diartikan Railine . Beberapa detik kemudian tawa Nadine pun pecah dan terlihat kakaknya atau papanya (atau mungkin tidak keduanya) terganggu. "Kak Adrian? Papa Nadine? Emang setua itu ya wajahnya kakak Nadine?" beberapa menit kemudian tawa Nadine mereda. "eh maaf- maaf, saya kira tadi bapak eh maksudnya om eh maksudnya anda papa nya Nadine" rawut wajah aneh terlihat di wajah Adrian, kakaknya Nadine. "maaf bisa dilanjutkan kegiatan les nya? Saya menggaji anda untuk mengajarin nadine, bukan membuang-buang waktu anda." Celetuk Adrian dingin.singkat.padat.menusuk.

"tapi sayangnya kak Adrian, jam belajar kita telah selesai 15 menit yang lalu. Makanya kakak jangan keasyikan sendiri main gadget" sembur nadine.

Terlihat Adrian menyerah dan tak mau membalas celotehan adiknya itu."anda bisa pulang sekarang, namun tolong tinggalkan email anda disini karena saya akan memberikan penjelasan mengenai cara pembayaran" tutur Adrian. 'lah memangnya siapa guru disini? Seenak jidat banget bisa main nentuin sendiri' batin Railine.

"baik selamat malam. Kakak pulang dulu ya Nadine, jangan lupa di ulang yang sudah di pelajari tadi, permisi"

"Ka Adrian? Kakak masih ingat punya utang permintaan sama Nadine kan?"

"hm" kata Adrian.

"kalau begitu ayo kita Antar kak Railine pulang"

Adrian kembali menautkan alisnya dan Railine terlihat kaget . Belum ada balasan dari Adrian.

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik

Ahirnya Railine ambil bicara, "tida perlu, saya bisa sendiri kok, tidak usah terlalu repot, saya permisi"

"tunggu -" potong Adrian.


I was HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang