'pic. baju sekolah Adrian, Steven, Railine. Anggap suasana perbincangan mereka seperti itu dan seseorang tengah mengamati mereka'
Hai guys! balik lagi nih, Jangan lupa cek mulmed ya! jangan lupa beri vote dan comment di part ini kalau kalian suka.
saran dari kalian sangat berarti!
yuk langsung dibaca aja kali ya!(:=
=Bab5==
'Study Tour goes to Jogjakarta. Harap setiap ketua kelas dari masing masing kelas berkumpul di ruang tata usaha'Ku perhatikan tulisan yang bertengger manis di mading sekolah yang terletak di koridor.
Badan ku yang tergolong tidak besar mampu menyelinap masuk melewati kerumunan keramaian sehingga bisa melihat berita mading itu.
'eh tau ga girls, katanya Study Tour tahun ini bakalan dipasang dengan kakak kelas loh! ga sabar gue, semoga kita dapat Kelas 12IPS2 ya, kan lumayan 3hari deket si beken Adrian'
'Ya ampun demi apa tuh sekolah memikirkan kebutuhan kita, tumben ngasih kita kabar plus plus, mau deh gue dapat jatah sama kelas Adrian'
'Adrian i'm comming baby, semoga ini takdir kita'
Kira kira seperti itulah celotahan beberapa siswi Yang mungkin merupakan fans Adrian.
"Minggir-minggir semuanya, tolong minggir gue mau lewat. Awas lo jangan halangin jalan gue. Rusak ntar baju gue ini" Salah seorang siswi yang sepertinya kakak kelas dengan santai membuat siswa siswi lain untuk undur diri dengan perkataannya, terkecuali aku.
Aku masih tetap dengan posisi baca ku tadi hingga sebuah lengkingan suara menggangguku.
"Eh lo, ga punya telinga apa? Gue bilang minggir. Budek ye lo?" dengan songongnya dia berkata.
Namun kata-katanya tak kuhiraukan.
'siapa dia? seenak jidat saja mengusir orang. emang ini sekolah buyut dia apa?'batinku
Sebuah tangan menarik bajuku yang berhasil membuatku terhempas hingga terdorong mundur ke belakang.
Ingin saja aku langsung berdiri dan menjambak rambutnya, namun itu tak ku lakukan saat seseorang membantu ku berdiri dan dia adalah Adrian.
"Kasar banget sih jadi cewek. Lo ga harus gitu juga kali cuman buat ngelihat itu doang." terdengar suara Adrian yang dengan lantangnya berkata demi kian.
Kutatap ia tidak berani membalas kata-kata Adrian.
Ku lihat sekelilingku yang tadinya semua orang undur diri saat dia datang kini kembali berhimpun saat Adrian datang.
"Lo gapapa al?" tiba-tiba saja Steven, yang beberapa hari lalu ku temui di bus muncul.
"Gapapa gue, cuman keseleo dikit aja. Tadi jatuhnya ga pas" cengirku berusaha mendinginkan suasana.
"Ayo ke UKS" tangan Adrian terulur kearah ku sambil mengajakku ke UKS.
"Gapapa, gue bisa sendiri"
potongku.Bukannya mengerti apa yang ku katakan Adrian malah menggendongku ala-ala bridal style.
Tatapan heran, aneh, kepo dan lainnya terpampang nyata di sekelilingku.
Sudah hal yang wajar bagi Adrian untuk dikelilingi para siswi. Namun, tidak untukku.
"Hei Adrian, gue bilang gue bisa sendiri. Gausah gini juga. Malu gue. Gasuka gue jadi pusat perhatian" Kata ku sebal yang hanya di balas cengiran oleh Adrian namun tetap masih menggendongku ala bridal style.
Akhirnya kita sampai di UKS. Adrian menurunkan ku perlahan ke tempat tidur dan membaringkanku disana.
Dengan cekatan ia mengambil conterpain dan mengusapkannya perlahan ke kakiku sambil mengurut-urut kakiku.
"Ngeri gue liat fans lo" celetukku saat Adrian masih mengurut kakiku.
"Lo tau siapa dia ga?" tanya Adrian padaku.
"Taulah jelas jelas dia fans lo, fans anarkis lo, berharap banget dia bisa ikut trip yang barengan dengan lo" tutur ku panjang lebar yang membuat Adrian menautkan alisnya.
"Ngomong-ngomong soal Study Tour, lo ikut ga?" tanya adrian yang kujawab hanya dengan gelengan.
"Kenapa lo ga ikut? kan lumayan siapa tau lo se-trip sama gue, rezeki tau" aku hanya bisa bergidik ngeri mendengan penuturan Adrian.
"Idih amit dah tuh rezeki, lagian males gue ikut-ikut begituan mana biayanya mahal lagi, gue kan harus bayar cicilan apartemen gue keles" Penjelasanku hanya di balas dengan anggukan beberapa kali Adrian.
"Yaudah deh, sayang banget loh ga ikut siapa tau tiba-tiba kita se-trip, hahaha"
"You wish! Eh thanks ya, jadi ngerepotin gue, btw tumben lo baik, padahal awal kita ketemu lo dingin banget kaya es"pertanyaan wajarku pun keluar begitu saja.
Menurutku itu pertanyaan yang wajar, Karena pada saat pertama bertemu dia bersifat begitu dingin. Namun sekarang kami bersikap seolah-olah kami adalah teman akrab.
Adrian hanya terkekeh kemudian dengan santainya ia menjawab "Karena Gue terkejut ketika lo datang, gue kira lo fans fanatik gue yang hanya menyamar menjadi guru privat Nadine"
"Terus?" tanya ku lebih intens
"Terus gue cari info tentang lo dan gue kaget waktu tahu kalau lo ternyata sama sekali enggak tahu kalau ternyata gue kakak kelas lo"
"Terus kalau masalah kasih uang sebagai ongkos gue?" tanyaku lebih jauh.
"Kalo soal itu gue cuman mau ngetes lo doang Siapa tahu lo matre"
"Najis gue liat lo, dan lo uda dapat fakta kan kalau gue yang difikiran lo kaya gitu ternyata nol besar, dan gue ga matre" senyumku bangga.
"Awalnya sih gue pikir lo ngga matre, cuman waktu pertemuan kita di cáfe itu gue baru tau kalau lo matre maksimal" Kata Adrian dengan penekanan di kata maksimalnya
"Kalau itu mah beda!!" geramku sambil memukul-mukul bahu Adrian
"Sama aja!" balas Adrian tak mau kalah
"Ihh Adrian"
Tanpa sadar samar-samar seseorang tengah mengamati kami berdua dari luar, tidak pasti dia siapa, namun ia seperti sebuah bayangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I was Here
Fiksi Remajacerita kehidupan Railine yang bekerja keras untuk melanjutkan hidupnya dan adiknya namun terjebak pada keadaan dimana dia harus mengorbankan perasaanya untuk prioritas utamanya