04

80 34 12
                                    




a/n

On media : Gabriella Wilde as Karina Agatha Galena

Haii! udah lama banget kayaknya author ngga ngepost, hehe, maafkan. So, ini dia Part 4. Enjoy!


PART 4

====

"Ssstt" bisikan dari belakang punggung Karina tidak membuat gadis yang sibuk memperhatikan guru di depan menolehkan kepalanya.

"Woi Agatha" panggil Rafa dengan suara yang tidak terlalu pelan sehingga dapat ditangkap telinga orang yang ia panggil. Merasa panggilannya tidak dihiraukan, cowok itu menjulurkan tangannya menoel noel punggung Karina membuat gadis itu memutar bola matanya. Setelah ia pastikan guru nya tidak melihat kearahnya ia segera memutar badannya "Apaan lagi sih?" gerutunya.

Rafa tersenyum sumringah "Pinjem pena dong" ucapnya.

"Gaada gaada, pena kemaren aja belom lo balikin" jawab Karina hendak membalikkan badannya melihat kedepan lagi. Namun ditahan Rafa "Ilang tha. Pinjem lagi napa, kali ini gabakal ilang deh"

"Ngga" balas Karina singkat

"Ayolah" pinta Rafa. Karina mendengus sebal "Ngga, Rafa" ucapnya

"Pelit" Rafa mengrucutkan bibirnya seperti anak kecil "Ciee manggil nama gue dengan lengkap, Ra-fa seneng deh gu--" "Ada apa Rafa? Karina?" ucapan guru mereka, bu Sri begitu melihat dua murid nya yang sepertinya sedang asik berbisik bisik. "Eh ngga bu ngga ada apa apa" jawab Karina cepat yang diikuti anggukan kepala dari Rafa. Bu Sri masih menatap mereka sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya kembali menerangkan pelajaran yang sempat terputus tadi.

Karina menghembuskan nafas pelan. Masalahnya kalau sampai tertangkap guru itu mereka lagi mengobrol bisa bisa gadis itu pulang jam 5 sore mengingat guru tersebut merupakan salah satu guru yang hobi memberikan muridnya pekerjaan yang ngga nanggung nanggung jumlahnya.

====

"Gimana lo sama Rafa? Ada kemajuan?" Neta menaik-turunkan alisnya menatap Karina yang sedang sibuk dengan ponselnya. Saat ini kelima sahabat itu sedang duduk duduk di salah satu café deket sekolah, tentu saja sehabis Karina mengantarkan Rafa pulang, kalo ngga bisa bisa dia ngga dibolehin bawa mobil lagi sama mamanya dan kemana mana harus sama supir.

Karina mengangkat kepalanya "Kemajuan apaan?" tanyanya. "Boro boro ada kemajuan net, ketemu aja udah kayak emak emak rebutan barang diskonan" cetus Alana membuat semua yang ada dimeja itu tertawa, dan tentu saja terkecuali Karina. "Dia itu nyebelin, serius deh nyebelin banget, coba kalian ada di posisi gue pasti sama aja kayak gue" kata Karina. "Masa sih? Dia baik kok setau gue, pas itu aja dia bantuin gue ngerjain beberapa nomer yang gue ga bisa" ucap Alana lagi.

"Iyaa, dia juga pernah bantuin gue bawain bola pas disuruh sama pak Indra" sambung Vanya.

"Gue juga pernah dibantuin dia pas itu di kantin gue jatuh, dia yang bantuin padahal bukan dia yang nabrak gue" sambung Neta.

"Dia juga pernah bantuin gue belain di depan pak broto yang seenaknya aja nuduh gue ngerobekin mading" kata Alana.

"Gue gakenal dan ngga pernah dibantuin dia sih, tapi kata Varo dia anaknya supel, gampang bergaul juga sama yang lainnya, bahkan dia udah mau dicalonin jadi ketua basket karna permainan basketnya yang wow" kata Vira. "Lah? Dia kenal Varo?" Tanya Vanya. "Namanya juga sesama the most wanted guy" Vira mengangkat bahunya.

"Sebagus apa sih permainan basket dia? Paling sama gue kalah" Karina menyombongkan dirinya, kesel melihat sahabat sahabatnya yang malah menyukai Rafa.

"Gatau gue na, tapi biasanya kalo Varo bilang jago berarti emang bener bener bener sebener benernya jago banget sebanget bangetnya" Jawab Vira. "keren juga ya dia, belom seminggu masuk udah deket sama Varo and the geng, mana fans nya bejibun juga" Alana mendecak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luckiest LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang