Chapter 10

5.6K 398 62
                                    

Ini kata-katanya lebih baku yaa. Supaya dapet feel-nya. Haha :D

Yuk ah, langsung aja ^^

~~~~~:*~~~~~

7 tahun kemudian XD

MARK POV

Oceans apart, day after day
And I slowly go insane
I hear your voice on the line
But it doesn't stop the pain

If I see you next to never
But how can we say forever

Wherever you go, whatever you do
I will be right here waiting for you
Whatever it takes or how my heart breaks
I will be right here waiting for you

I took for granted, all the times
That I thought would last somehow
I hear the laughter, I taste the tears
But I can't get near you now

Oh, can't you see it, baby
You've got me goin' crazy

I wonder how we can survive this romance
But in the end if I'm with you
I'll take the chance

Waiting for you

(Right Here Waiting - Richard Marx - Kurt Schneider Cover)

Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan. Aku berdiri dan melihat di depanku semua orang ikut berdiri sambil bertepuk tangan dengan senyuman terpatri di wajah mereka. Aku senang melihatnya. Aku menunduk sopan berkali-kali.

"Thank you so much," ucapku tulus.

"Lagu tadi spesial untuk orang yang sangat spesial disana." Mendengar kata-kataku tadi, tiba-tiba saja aku mengingat wajah manisnya.

Saat pertama kali kita bertemu di malam pentas seni, aku pernah menyanyikannya sebuah lagu romantis, ucapanku sama, yaitu 'spesial untuk orang yang spesial'. Tapi ada perbedaan di dalamnya. Dulu aku menyanyikannya langsung di depan dia. Sekarang, aku menikmati permainan piano dan laguku seorang diri. Tanpa ada dia disini.

Aku melangkahkan kakiku turun dari panggung yang megah ini. Menjadi musisi profesional sudah berhasil aku genggam. Aku senang, tentu saja. Orang-orang menunduk, dan menampilkan senyum mereka seraya menyapaku ramah. Aku balas mereka dengan senyum.

"Mark."

Aku menoleh ke asal suara. Disana berdiri Kevin. Sahabat sekaligus partner kerjaku selama di Los Angeles. Ya, aku sekarang menetap di LA. Kembali ke tempat kelahiranku bersama keluargaku. Kebetulan sekali, Papa dipindah tugaskan disini. Kita semua ikut pindah bersamanya.

"Ya, Kev. Ada apa?" tanyaku.

"Permaninanmu bagus sekali. Banyak orang mengagumi suara dan permainan pianomu itu."

"Ah, kau bisa saja."

"Serius. Bagaimana kalau kau mengadakan konser. Konser tunggal. Aku sendiri yang akan mengurusi semuanya," tawarnya.

Aku memang belum pernah mengadakan konser tunggal. Aku hanya sekedar di undang atau menjadi bintang tamu dari acara ke acara lainnya. Menurutku tak ada salahnya untuk mencoba.

"Baiklah. Terserah kau saja," balasku.

Dia tersenyum gembira. Kami mengobrol sebentar disana. Hingga kemudian aku pamit pulang. Udara musim gugur menyeruak menyapa kulitku. Aku merapatkan jaket tebalku seraya menghangatkan tubuhku yang mulai kedinginan. Aku berjalan keluar menuju mobil. Saat sudah sampai, aku pun masuk ke dalam dan segera mengendarainya menuju rumahku.

***

"Kakak sudah pulang?" tanya Mama sembari mengambil jaket tebalku dan menaruh benda tersebut di tempatnya. Aku hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah, aku melihat Papa sedang serius menatap layar persegi di depannya dengan minuman hangat yang sedikit mengepul di atas meja.

Like a Fool [ MarkBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang