Mark POV
"Hahaha." Gue mulai gila deh kayaknya. Gue berhasil bikin dia salah tingkah. Demi apa mukanya sampai merah begitu. Cute. Apa? Nggak-nggak, maksud gue biasa aja.
Gue masih di dalam mobil setelah nganterin Bambam pulang ke rumahnya. Tadinya sih dia gak mau. Tapi gue paksa. Gue memang sudah merencanakan ini semua. Gue mau balas dendam karena ulahnya di sekolah. Dia udah bikin gue malu.
Sepertinya gue lumayan berhasil. Tadi gue sengaja pegang pipinya yang tembem itu. Dan pas gue lihat mukanya, Oh My God, merah banget kayak udang rebus. Gue juga bilang gue mau ajak dia nge-date. Oh, sebenernya itu diluar rencana. Gue tiba-tiba aja kepikiran pingin nge-date sama dia supaya rencana gue berjalan tambah baik.
"Hahaha." Lagi-lagi gue ketawa. 'Makin lama makin menarik juga' pikir gue. 'Permainan baru dimulai, Bambam'. Dia sering bilang kalau gue gak boleh jatuh cinta sama dia. Tenang aja, gue gak bakalan jatuh cinta sama seseorang yang bernama Bambam. Gak akan. Yang ada, Bambam-lah yang akan jatuh cinta dengan seorang Mark Tuan.
Dan ternyata rumah gue dengan rumah Bambam gak terlalu jauh. Gue baru sadar setelah setengah jam menyetir akhirnya sampai juga di rumah gue. Gue keluar dari mobil dan mulai melangkahkan kaki gue ke dalam rumah.
***
Hari minggu yang cerah secerah perasaan gue kali ini. Gue lihat jam di dinding, sudah jam 9 pagi. Weekend kayak gini malah bingung mau ngapain. Ah, gue ada ide. Gue kerjain aja deh si Bambam. Lumayan, buat hiburan. Gue mau ke rumahnya walaupun janjinya gue bakalan kesana jam 7 malam.
Gue sudah mandi dan rapi, tentunya. Gue menuruni tangga sambil bersiul-siul bahagia.
"Kakak, rapi banget. Mau kemana?" tanya Mama yang sedang nyiram tanaman di depan rumah.
"Mau ke rumah temen, Ma. Kakak pergi dulu, ya," balas gue sambil cium tangannya.
"Hati-hati." Gue tersenyum dan mengiyakan. Selanjutnya, gue bergegas menuju motor gue. Gue lagi males naik mobil.
Nggak sampai setengah jam gue udah sampai di rumah Bambam. Gue turun dari motor, dan membuka helm yang gue pake. Gue lihat kaca sebentar, merapikan rambut gue. Gue mulai berjalan mendekati pintu rumahnya sambil sedikit merapikan baju. Gue gak sengaja tersenyum pas sudah ada tepat di depan pintu rumahnya.
Gue tekan bel rumahnya berkali-kali tapi masih belum ada jawaban. Hingga beberapa menit kemudian pintu terbuka. Dan menampilkan seorang wanita cantik tersenyum ramah sama gue. Gue prediksikan wanita di depan gue ini Ibunya Bambam. Mirip. Sama-sama cantik. Apa? Otak gue ketinggalan di rumah kayaknya.
"Nak, cari siapa?" suara wanita cantik di depan gue menyadarkan gue.
"Eh.. Oh, saya Mark, Tante," kata gue sedikit gugup.
Wanita di depan gue terlihat bingung, dari raut wajahnya seperti bilang 'siapa sih?'. Gue pun menambahkan kata-kata gue. "Saya Mark, temennya Bambam."
Dia tersenyum dan menyuruh gue masuk. Gue balas senyum dan masuk ke dalam. "Silahkan duduk, Mark," ucapnya lembut. Gue pun duduk dengan manis dan bilang terima kasih.
"Tante nggak nyangka, lho. Bambam bawa temennya ke rumah. Biasanya dia gak pernah tuh mau ngenalin temennya ke Tante kecuali Yugyeom, Jinyoung dan Jackson," katanya yang sudah duduk di depan gue. Siapa mereka? Ah, mungkin temennya Bambam. Gue hanya balas tersenyum saat beliau berceloteh panjang lebar.
"Makasih, ya, Bi," katanya ramah pada pelayannya yang entah siapa gue gak kenal.
"Diminum dulu, Nak. Sebentar yah, Tante panggil Bambamnya. Dia memang suka kayak gini kalo lagi libur. Tidur terus, gak tau waktu." Gue tersenyum sopan dan menganggukan kepala gue tanda mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Fool [ MarkBam ] √
Fiksi PenggemarCompleted √ 211015-180116 [Beberapa chapter diprivat, follow dulu kalau mau baca ^^] "Gue udah bilang, kan? Lo gak boleh jatuh cinta sama gue." "Ya nggak bakalan, lah." "Ck, terus kenapa lo liatin gue kayak gitu? Udah mulai naksir, hm?" Sial. Bicara...